Siapa sih yang nggak kenal sama Yoris Sebastian? Mommies yang bekerja di bidang kreatif atau senang wira wiri di dunia maya pasti akrab dengan nama atau akun Twitter @yoris. Profesinya sebagai konsultan kreatif melalui OMG Creative Consulting, bisa dibilang hal yang baru di Indonesia dan bisa bikin kita bertanya-tanya, “Apa sih, yang dikerjain?”. Mommies kenal sama program I Like Monday yang dulu jadi salah satu event wajib kunjung di Hard Rock Café? Nah, Yoris adalah pencetusnya. Yoris juga merupakan pemenang Young Creative Entrepreneur of the Year Awards 2006 dari British Council. Karya lainnya? Wah, berderet!
Karena saya sejak pertama kali kerja juga di bidang kreatif, alhasil jadi bertanya-tanya, “Diajari apa ya oleh orangtuanya hingga bisa kreatif begitu?”. Awal Juli lalu, Female Daily HQ mengadakan workshop mengenai Creativity dengan Yoris sebagai narasumber. Saya nggak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk ‘mengorek’ insight darinya.
Waktu masih kecil, dulu nggak nakal/ kreatif. Apa yang bisa dingat “wah ternyata dulu gue pernah begini kok”?
Jadi kalo kata gue tadi, creativity itu bisa dilatih dan gue cukup beruntung decision yang gue pilih selalu berada dalam satu tempat, salah satunya SMA PL (pangudi Luhur)dan gue punya testimonial dari teman SM, katanya gue biasa aja. Nggak culun tapi juga bukan yang outstanding. Nah begitu masuk PL, mungkin karena cowok semua dan dari dulu terkenal di berbagai media karena kreativitasnya dan kita jangan diajari “lo jangan coret-coret PL top, biar orang yang ngomong PL top”, itu kan kaya ngelatih kita bikin apa lagi ya, supaya orang ngomongin gue?
Di Hai juga gitu, cuma Hai yang bisa begini. Hard Rock (café) apalagi, dare to be different. Jadi semua perjalanan itu membuat saya berubah dari anak yang biasa-biasa aja, bukan juga di bawah rata-rata, ya. Tapi saya juga bukan anak di atas rata-rata. Saya anak average. Hanya ternyata kalo ngomong kreativitas itu bisa berubah. Itu bisa menjadi sesuatu yang lebih baik.
Kan apa yang diajarin sama orangtua akan turun ke anaknya. Nah, dari orangtua Yoris sendiri gimana?
Dia lebih liberal, maksudnya dia nggak pernah maksa. Jadi, itu yang menurut saya bagus, karena saya jadi kaya punya 110% tenaga untuk memastikan bahwa pilihan saya benar. Tapi dia selalu ngasih pandangan, masukan, banyak wawasan. After that, I have to choose my own.
Even yang kaya waktu saya, walaupun saya kreatif atau sukses saya tetap kebetulan saya bukan tipe anak mami, tapi pas beberapa tahun mau resign dari Hard Rock pas galau saya tetap datang dan nanya. Karena nggak didukung juga, maksudnya nggak dibilang iya atau enggak, akhirnya saya sempat cancel dan mundur lagi resign-nya. Baru yang setelah saya menang di Inggris, saya yakin. Saya mau coba jadi entrepreneur.
Jadi, itu sih buat saya, ya. Mungkin banyak yang saya nggak sadar. Tapi misalnya sekarang saya jadi konsultan, itu mirip dengan ibu saya juga konsultan tapi di gereja. Dia nggak dibayar, bedanya di situ. Sadar nggak sadar ini mempengaruhi saya, saya jadi lebih sensitive. Tapi itu yang saya pelajari di seluruh keluarga. Anak kecil itu kan melihat, jadi kita ngomong apa aja percuma kalo kita nggak jadi role model.
Yoris saat ini sudah menjadi seorang ayah dari seorang anak perempuan cantik bernama Deara. Menjadi ayah, malah dijadikan salah satu momen ‘Break your routine’.
Sekarang ke anak gimana? Pengen nggak anak jadi seperti Yoris?
Anak saya sih, biarin aja. Yang penting saya saat ini, sambil belajar dari beberapa sumber juga. Tapi kalau sekarang saya biarin aja. Yang penting dana pendidikan, saya sudah siapin dia ke Montreal sekolahnya. Tapi, saya nggak maksain dia sekolah di sana. Kalo ternyata dia maunya di Singapur ya nggak apa-apa, malah kita dapet banyak ekstra. Tapi maksudnya tadi, I will make sure she choose her own destiny, tapi saya sebagai orangtua harus membuka banyak sekali wawasan dia. Sehingga before she decide, dia sudah well informed. Tapi saya nggak akan, misalnya “Pi, gimana nih?”, saya akan bilang, “you have to make your own decision”.
Di usianya saat ini, gimana cara membuka wawasan seluas-luasnya?
Oh kalau sekarang belum. Masih ngikutin yang standar. Buat saya yang membedakan adalah saya dan istri saya sekarang terutama di 0-5, saya dan istri saya pengen be there for her. Nanti juga anak ke-2 gitu. 0-5 kan dari hasil riset adalah golden year.
Nah, all I wanna do ada di situ.
Kita kaya bikin kesepakatan, so far, bukan berarti nggak boleh dilanggar, ya. Seminimal mungkin ini anak tidur harus sama bapak dan ibunya, at least salah satunya. Jadi kaya ngedongengin itu gantian, mostly saya, sih. Tapi kalau saya lagi ke luar negeri, ya istri saya. Atau pake skype. Yang penting dia jangan sampe kaya dititipin di pembantu atau kakek nenek. Walaupun saya juga nggak mau bilang bahwa orang-orang yang nitip itu nggak baik. Tapi saya beruntung, punya luxury, punya perusahaan sendiri, di mana I can cancel the whole meeting hanya karena Deara jatuh dari tempat tidur. Padahal kata orang itu biasa, ya, jatuh dari tempat tidur. Ya namanya anak pertama..
Tapi saya nggak mau jump in to conclusion bahwa yang nitip anak ke kakek nenek, pembantu atau baby sitter itu jelek. Buat saya, tiap orang punya keadaan masing-masing. Tapi mumpung saya bisa, apa sih yang kita cari? Apa yang saya bisa, buat saya happiness adalah itu.
Yang lucu saya punya banyak eksperimen ya. Dari bayi, lahir, terus jemur-jemur saya punya lagu. Jadi misalnya saya lagi di luar negeri, anak kecil kan gitu, minta skype, giliran bapaknya udah skype, dianya lari-larian. Tapi begitu saya nyanyi satu lagu, dia langsung datang dan senyum, seneng banget gitu! Sampe mertua saya kaget, kok bisa sih? Itu eksperimen saya dari film Zorro. Kalo nonton Zorro kan waktu masih kecil nyanyi, pas udah gede dia inget. Nah, saya tes juga nyanyi dari perut sampe sekarang dia seneng. Tapi saya doang! Istri saya nyanyi lagu yang sama nggak berhasil. Mungkin tone-nya udah terbiasa dari kecil saya yang nyanyiin. Awalnya pake lagu, lama-lama lagunya saya matiin, saya doang yang nyanyi.
Supaya kenapa sih?
Bonding aja sih, eksperimen bahwa kita bisa bonding. Maksudnya, lo mau dibohongin apa, tapi “ini bapak lo”, begitu lo nyanyi, bisa tau “wah bener ini bapak lo”. Ya itu tadi, istri saya yang nyanyi juga nggak dapet.
Yoris sebagai ayah ingin seperti apa?
Saya ingin jadi ayah yang baik, teman yang baik, mudah-mudahan bisa. Tapi satu, asal jangan bohong. Dari kecil itu aja yang saya mau tanemin ke dia. Menurut saya nggak ada dosa yang lebih berat daripada berbohong. Saya mau nanya apa aja, look in the eye, dia pasti akan jujur. Karena saya akan sebanyak mungkin ngizinin dia. Walaupun ada beberapa hal yang saya belum sepakat nih sama istri saya, tapi along the way kita harus decide. Kita udah bikin list, kalo ini gimana. Saya nggak mau nanti juga kita ribut di depan anak. justru di depan anak kita harus kompak. Tapi intinya, buat anak harus jadi ayah yang baik, jadi sahabat, jadi kamus, segala macam. Intinya, jujur.
Kasih salah satu contoh yang ada di dalam list dan belum mencapai kesepakatan dengan istri?
Umm.. enggak sih, saya nggak berani ngomong.
Tapi gini, kita lihat kenakalan zaman sekarang. Nah kan tadi, dibilang terserah nggak boleh bohong. Misalnya sekarang lagi tren ekstasi, saya pengen nyoba, kalau saya sih saya kasih. Istri saya nggak. Buat saya, itu tren, gitu lho. Kalau kita jangan, dia malah bohong di belakang kita. Tapi ini belum decide, kan dia masih terlalu kecil. Kita akan cari cara, nanti di suatu titik kita harus sepakat. Nah itu masih beda. Maksudnya ya susah kan. Ini namanya tren, semua orang demen. Nah dia udah jujur nih, udah ngomong. Kalo istri saya akan melarang, nah saya sih, saya kasih, ntar dia suruh ceritain rasanya kaya gimana.
Yoris sebelum menikah akrab sama dunia malam, ketika sudah menikah tentu ada perubahan dari kehidupan sebelumnya. Gimana nyikapinnya?
Karena saya malah senang, break your routine. This is it. Biasanya saya create sendiri, udah mapan, enak, jadi GM, direktur di beberapa perusahaan malah resign mencari tantangan baru. Kalo ini malah tantangan tersendiri. Yang susah itu tadi, lagi asyik-asyik kerja, “beliin popok!”, awal-awal yaaa… tapi pas dijalanin, amazing!
Kalo baca blog saya, saya suka copy paste dari pembaca blog saya, sholat jumat is so simple. Sholat Jumat biasanya dekat rumah, tiba-tiba suatu hari abis baca buku saya, Break Your Routine, dia sholat jumat di tempat yang nomor 2 terdekat dari rumahnya. Agak nyasar-nyasar, ternyata pas sholat di sana, biasanya ceramah ngantuk-ngantuk, sekarang jadi dengerin. Karena di tempat yang baru ini khotbahnya lebih bagus.
Jadi break your routine, you’ll be surprised with the result.
Jadi orangtua bikin jadi kreatif nggak? Maksudnya lebih produktif nggak?
Kalo produktivitas menurun. Karena saya kan memang decided untuk its my own bill. Karena mumpung saya bisa, sampe 5 tahun saya ada dekat anak. Secara waktu berkurang, tapi dahsyatnya, karena ada force of nature tadi, dengan waktu yang sedikit saya lebih kreatif. Tapi secara waktu memang berkurang banyak sekali.
---
Menarik sekali, ya! Saya mengambil pelajaran dari bincang-bincang ini yaitu, nggak perlu terlalu takut jadi orangtua karena malah bisa menimbulkan hal-hal positif seiring dengan perjalanan menjadi orangtua itu sendiri.