Sorry, we couldn't find any article matching ''
Family Friday: Arletta Danisworo,"Support Itu Penting."
Arletta Danisworo yang akrab dipanggil Letta ini sudah malang melintang di dunia radio lebih dari 10 tahun. Sejak kuliah, lulus, sampai menikah punya anak, beliau tetap aktif menjadi penyiar. Setelah off dari dunia radio, Letta sekarang laris manis menjadi MC dan punya bisnis berjualan Nachos.
Dengan seabrek kegiatan ini, apa sih, pengalaman yang bisa dibagi Letta dalam menyeimbangkan antara pekerjaan (yang bagi Letta sebenarnya merupakan hobi), bisnis, dan keluarga?
Sekarang kan Mbak Letta lebih banyak kerja dari satu event ke event lain. Nah, waktu anak-anak masih kecil apa juga seperti ini?
Saat kuliah, saya bekerja sampingan menjadi penyiar. Tapi setelah lulus saya sempat berhenti siaran dan bekerja di luar radio. Setelah menikah dan punya anak kecil, saya berhenti kerja dan mengurus anak-anak. Saat itu di dekat rumah ada stasiun radio baru berdiri, dan kebetulan salah satu teman penyiar dulu bekerja di situ juga. Saya coba-coba melamar siapa tahu bisa bekerja lagi jadi penyiar. Penyiar, kan, waktunya tidak se-mengikat kerja kantoran jadi masih tetap bisa sambil mengurus anak.
Namanya perempuan sekarang, ya, lama-lama berat juga diam di rumah terus tanpa aktivitas di luar. Bagaimanapun juga sejak masa sekolah hingga kuliah kita terbiasa banyak aktivitas di luar rumah. Kalau tiba-tiba berhenti begitu saja terasa ada yang hilang, ya.
Suami setuju Mbak Letta kembali bekerja?
Alhamdulilah suami bukan tipe yang melarang perempuan bekerja, ya. Selama bisa menjalani keduanya, walau bekerja tapi urusan rumah tetap beres, ya silakan saja.
Wah, enak, ya. Suami mendukung dan pekerjaan juga tidak menyita waktu..
Waktu awal-awal kembali jadi penyiar memang waktu tidak terlalu tersita. Di rumah ada pembantu juga yang bisa diserahi menjaga anak-anak. Tapi kemudian jam siaran bertambah, atau harus menggantikan teman yang ijin off siaran. Belum lagi siaran jam 9 sampai jam 3 sore, misalnya, kan sudah harus di tempat sejak sebelum jam 9 untuk persiapan. Pulangnya juga pasti lebih dari jam 3 karena kadang masih harus taping iklan atau meeting tentang konten.
Nggak keteteran?
Mulai keteteran saat aktivitas saya bertambah dengan menjadi MC, presenter acara televisi, sampai membuka usaha makanan. Apalagi saat ART keluar kemudian penggantinya nggak dapat-dapat yang cocok. Mana anak kecil, kan, lumayan sering sakit, ya. Saking keteterannya sampai ada saat di mana anak-anak saya titipkan di ibu saya di Bandung, dan tiap akhir pekan saya ke Bandung.
Disinilah Ibu saya mengingatkan,"Kamu nggak bisa kerjain semua sekaligus."
Kita sebagai perempuan yang memang punya banyak peran, juga butuh banyak support baik dari keluarga, atau dari orang-orang yang kita pekerjakan. Keberadaan orang-orang ini harus kita sadari sebagai berkah. Karena ada mereka, kita jadi bisa bekerja dengan lebih tenang. Jadi mereka juga harus kita perlakukan dengan baik. ART yang sekarang alhamdulilah sudah 10 tahun bareng saya. Sudah nggak repot seperti dulu lagi harus tulis daftar to-do, ajarin ini-itu, semua sudah bisa jalan sendiri.
Kapan itu, Mbak? Kira-kira saat perkawinan berjalan berapa tahun?
Kurang lebih sekitar lima tahun, ya.
Kalau saya pikir-pikir lagi sekarang, dan melihat sepupu, teman, dan saudara yang sedang berada di titik yang sama dengan saya waktu itu, memang perempuan saat usia 30-an itu masa yang paling 'gatel' kepengen bisa mengerjakan macam-macam. Banyak yang kepengen dilakukan, setting a high goal, tapi secara resource sebenarnya nggak mungkin. Sampai akhirnya stres sendiri karena semua yang dilakukan berjalan tidak sesuai rencana atau kemauan.
Ada pengaruh ke hubungan dengan orang terdekat?
Nah, kita sebagai perempuan harus bisa menyuarakan keinginan kita. Memang benar, ya, komunikasi itu yang utama. Kebanyakan perempuan terjebak sok mau dimengerti tapi nggak mau ngomong maunya apa. Atau bahkan kadang-kadang malah memang nggak tahu maunya apa saking banyaknya yang dimau, makanya nggak bisa ngomong hahaha..
Kalau kita bisa menyampaikan kemauan kita, berdiskusi dengan suami dan orang terdekat; saya maunya gini, suami maunya gitu, lalu dicari jalan tengahnya, insya Allah relasi tidak banyak terpengaruh.
Sekarang kayaknya sudah nggak keteteran lagi? Apa yang dilakukan?
Sekarang saya sudah melewati masa-masa riweuh itu. Kalau melihat sepupu yang sedang mengalami apa yang saya alami sepuluh tahun yang lalu jadi bisa senyum sendiri sambil membatin,"I've been there."
Anak-anak juga sudah besar, Athaya sudah 13 tahun dan Shresha 10 tahun. Sudah banyak kegiatan sendiri dan malah senang mamanya kerja hahaha..
Kita harus bisa ikhlas. Kita bisa mencoba mengerjakan semua, tapi nggak perlu mengeset target terlalu tinggi. Jadi saat ada rencana atau kemauan kita yang tidak sesuai harapan, kita juga tidak terlalu kecewa. Jalani saja dengan santai. Kalau memang sedang tidak bisa dilakukan, ya, tidak perlu memaksakan diri.
__
Wah, lumayan 'dalem', nih, insight yang didapat setelah mengobrol dengan Mbak Letta. Banyak hal yang nampaknya sederhana, gampang diomongin, tapi sebenarnya susah dipraktikkan.
Terima kasih, ya, Mbak!
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS