banner-detik
PARENTING & KIDS

Suamiku, Si Ayah Overprotektif

author

irasistible03 Jul 2013

Suamiku, Si Ayah Overprotektif

Beberapa tahun lalu, waktu saya masih jomblo, saya selalu tertawa mendengar seorang teman kantor bercerita tentang suaminya yang amat protektif kepada putri sulung mereka. Salah satunya tentang kejadian saat rumah teman saya ini, sebut saja Mbak A, sedang direnovasi.

Di halaman depan, ada sebuah keran air yang tidak pernah digunakan. Mbak A lantas mengusulkan agar keran tersebut dilepas dan salurannya ditutup agar tidak mengganggu pemandangan, plus memudahkan mereka parkir mobil.

Reaksi suaminya: “Jangan, ah. Nanti kan kalo si Mawar (nama putri sulung mereka) sudah besar dan didatangi pacar, keran itu berguna banget. Aku bisa pura-pura menyiram tanaman di halaman dari keran itu saat mereka pacaran di teras.”

Mbak A geleng-geleng kepala, saya pun ngakak luar biasa. Segitu protektifnya suami si Mbak A, sampai anak pacaran saja mau dimata-matai, pakai modus siram-siram tanaman!

Papa saya sih, untungnya nggak separah suami Mbak A kepada saya dan adik saya. Tapi, memang si Papa tidak pernah ramah kepada teman-teman kami yang berjenis kelamin lelaki. Jadi nggak usah pacar ya, teman doang pun dijutekin, hahaha…

Sampai-sampai teman-teman lelaki kami sering salting kalau main ke rumah. “Gue aja yang cuma berteman sama lo dijutekin Ra. Gimana pacar lo?” tutur seorang teman saya saat kuliah.

Ealah sekarang, saya melihat indikasi serupa pada suami saya. Ia super duper protektif terhadap Nadira. Sehari-hari, Nadira ditemani oleh pengasuhnya yang khusus menemani dia, tidak mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Itupun suami saya tidak bisa melepas begitu saja.

Alhasil, setiap hari, Nadira plus pengasuhnya harus dititipkan ke rumah mertua saya, yang jaraknya cukup dekat dari rumah kami. Kalau mertua berhalangan, Nadira plus pengasuhnya pun tinggal di rumah. Jika ini terjadi, suami saya bisa menelepon setiap 30 menit-1 jam/kali. Lalu, ia akan minta saya buru-buru pulang untuk mengecek apakah Nadira baik-baik saja. Katanya, dia takut Nadira dibawa pergi ke luar rumah dan terjadi apa-apa. Padahal rumah kami tepat berada di depan pos satpam, lho.

Lalu, saat ini Nadira sudah bersekolah di sebuah PGTK dekat rumah. Saking dekatnya, sekolah bisa ditempuh dengan naik sepeda atau jalan kaki. Tapi, suami saya keukeuh meminta Nadira naik mobil jemputan.

Waktu masih playgroup yang waktu sekolahnya 3x/minggu, saya masih bisa meredam keinginan suami dengan berbagai alasan. Tapi sekarang, karena Nadira sudah masuk TK A yang waktu sekolahnya 5x/minggu, suami tambah gencar melontarkan idenya tentang mobil jemputan itu. Mertua dan orangtua saya sih sudah geleng-geleng kepala sambil tertawa mendengar ide tersebut. Lebay banget soalnya. Tapi suami tetap bergeming. Aduuhhhh… *tutup muka*

Itu untuk masa sekarang, ya. Untuk masa depan, suami saya sudah berkeinginan membelikan Nadira mobil beserta supir untuk mengantar dan menjemputnya sekolah. “Aku akan bekerja keras supaya keinginan itu terwujud. Nanti, kalo Nadira sudah kerja, sesekali aku antar jemput juga, ah. Pasti dia senang,” katanya.

Waduuhh… Saya pun langsung pusing. Kebayang deh masa muda Nadira yang tidak se-fun masa muda saya dulu karena punya Papa yang overprotektif. Lalu, gimana dia bisa punya pacar? Wong Papanya membayang-bayangi terus, hahaha…

Sekarang, saya terus menerus berdebat dengan suami soal sifat overprotektifnya ini. Mudah-mudahan seiring waktu, sifat tersebut bisa agak mereda. Kasihan kan Nadira kalo jadi kuper :)

Share Article

author

irasistible

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan