15 menit itu... lama, nggak? Apa, sih, yang bisa kita lakukan dalam 15 menit?
Saat konferensi pers Sariwangi, camera man merekam secara candid para peserta yang menunggu acara mulai sambil coffee break. Ada yang menikmati coffee break, ada yang mengobrol dengan sebelahnya, ada yang menelepon kantor, ada yang serius membaca materi, ada juga yang memainkan gadget-nya.
15 menit memang biasanya nggak dianggap lama. Saat kita minta orang untuk menunggu kita menyelesaikan aktivitas kita sebelum merespon orang tersebut, kita sering memakai,"Bentar, ya. 15 menit lagi!" Nah, tapi, sudahkah kita menggunakan 15 menit itu untuk berinteraksi mendalam dengan orang-orang terdekat kita atau keluarga? Menelepon orang tua yang berbeda kota, menanyakan kabar pasangan, atau mengecek anak dari kantor (biasanya ini yang sering, ya?).
Dari survei yang diadakan oleh Sariwangi bersama Divisi Riset Kompas Gramedia menyatakan bahwa 65% dari 200 responden yang berasal dari tiga kota besar di Indonesia memiliki kegiatan rutin bersama keluarga namun hampir seluruhnya (96%) merasa membutuhkan waktu bersama yang lebih lama. Cukup banyak kegiatan bersama dalam keluarga yang dicontohkan oleh para responden, seperti:
Menilik dari hasil survei ini, Sariwangi mencanangkan gerakan "Sariwangi 15 menit sehari": Mengajak keluarga Indonesia untuk menjadikan kebersamaan keluarga sebagai rutinitas yang lebih bermakna.
Menurut psikolog Anna Surti Ariani yang biasa dipanggil mbak Nina, kegiatan bersama ini harus dipertahankan dan dirutinkan. Tapi ada baiknya nggak cuma ngumpul, tapi betul-betul berkomunikasi dan terlibat percakapan. Kalau cuma kumpul doang tapi masing-masing asyik dengan gadget, buku, atau koran masing-masing, ya, sama saja bohong. Hati-hati,"..tanpa adanya kualitas kebersamaan di keluarga bisa menjadi awal dari kurang mengenalnya anggota keluarga dan tanda-tanda hadirnya budaya bisu."
Apa, sih, budaya bisu ini?
Ini budaya yang munculnya sejalan dengan pertumbuhan pengguna gadget. Di mana orang saling bertemu, bersebelahan, tapi sudah nggak saling ngobrol atau menyapa lagi karena tertuju pada gadget masing-masing. Untuk yang pemalu atau sungkan berinteraksi dengan orang asing mungkin ini menolong, ya. Tapi tidak sehat untuk hubungan antar anggota keluarga.
Ter-update-nya kabar dan keadaan masing-masing anggota keluarga juga memberi kesempatan untuk curcol (curhat colongan). Jadi meminimalisasir adanya masalah pribadi anggota keluarga yang terpendam tanpa diketahui oleh anggota lain. Hal ini juga memperkecil kemungkinan stres dan depresi, serta membantu mendiskusikan jalan keluar dari masalah tersebut.
Untuk keluarga yang masing-masing anggotanya sudah punya kesibukan sendiri-sendiri, biasanya lebih susah mencari waktu untuk berkumpul. Waktu anak masih kecil-kecil mungkin mereka akan ikut apa saja dan kemana saja acara orang tua. Tapi begitu mereka punya dunia sendiri, punya acara sendiri dengan teman-temannya, kadang hampir mustahil bisa 'memaksa' mereka ikutan kumpul acara keluarga. Apalagi yang anaknya sudah sekolah di luar kota atau bahkan di luar negeri.
Nah, untuk yang begini Ferdy Hasan punya tips. 'Kumpul' dalam bentuk telepon, atau conference call melalui aplikasi seperti Skype juga bisa dilakukan. Asal syaratnya, menurut Ferdy, berkomunikasilah dengan tujuan benar-benar ingin tahu dan mendalam. Bukan sekedar basa-basi. Nggak perlu lama juga, 15 menit kalau dilakukan setiap hari juga sudah lebih dari cukup untuk meng-update kabar masing-masing anggota keluarga hari itu.
O, ya, kalau Mommies punya cerita unik tentang kebiasaan bersama di keluarga Mom, bisa dikirim ke Sariwangi, lho, melalui PO BOX 8711 JKB Jakarta 11000 dan website www.mari-bicara.com. Sepuluh pemenang dengan cerita paling menarik akan diumumkan di bulan Agustus, September, dan Oktober 2013 dan akan mendapatkan hadiah uang masing-masing lima juta rupiah serta kesempatan untuk ikut "Sariwangi Tea Camp" sebagai sarana liburan yang mendekatkan setiap anggota keluarga.
Jadi, sudahkah Mommies meluangkan 15 menit hari ini untuk menanyakan kabar anggota keluarga?
gambar dan thumbnails dari sini