Sorry, we couldn't find any article matching ''
Dukungan Berbalik Tuntutan
Keinginan memberikan ASI kepada anak kita sering kali berakhir menjadi sebuah beban. Apalagi, ada banyak pendukung ASI yang seakan-akan menilai bahwa tidak sempurna menjadi seorang ibu jika tidak menyusui. Di sisi lain, ada juga yang menilai bahwa ibu yang tidak menyusui sebagai ibu yang tidak mau berusaha atau lebih kejam lagi memberikan cap sebagai ibu yang gagal.
Percayalah, tidak ada sebutan ibu yang gagal, yang gagal adalah kita, iya kita gagal memberikan dukungan bagi seorang ibu untuk memberikan ASI. Gue percaya, kegagalan seorang ibu bukan berasal dari dirinya sendiri, tapi juga ada andil dari suami, pihak keluarga, masyarakat dan pemerintah.
*gambar dari sini
Temen gue @adie_80, yang juga aktif di salah satu AyahASI Lokal, pernah cerita kalo dia dan istri pernah hampir setiap hari berantem untuk menggunakan sufor atau bertahan pake ASI. Si istri, hari-harinya diisi dengan tangisan karena nggak tahan dengan proses menyusuinya, si anak didiagnosa mengalami tongue tie, setiap nenen bisa lebih dari tiga jam dan sakit. Karena pertimbangan psikis si istri, @adhie_80 memberikan persetujuan untuk menggunakan sufor dengan beberapa syarat. Pokoknya sebisa mungkin tetap ASI. Sekarang anaknya berusia 4.5 bulan, sudah menyusui langsung, stop konsumsi sufor dan sehat.
Gue pribadi punya cerita yang hampir mirip, beberapa kali "menuntut" istri untuk selalu berpikiran positif agar hasil perahan bisa banyak. Saat itu, anak kita berada di rumah sakit, lahir prematur, diinfus dan harus disinar dalam inkubator. Berjauhan sama anak yang baru saja dilahirkan pastilah sedih, belum lagi hasil perahan ASI yang sedikit, lengkap penderitaan. Dukungan gue buat kasih ASI ke anak ternyata menjadi beban tersendiri buat si istri. Faktanya, saat itu hasil perahan memang sedikit, gue, juga nggak bisa ada di samping dia secara fisik selama 24 jam karena harus bekerja. Akhirnya gue memutuskan untuk mendukung istri gue apapun pilihan dia, target gue cuma satu, dia tenang dan nggak sedih karena terpisah dari anak. Akhirnya, kami memutuskan untuk menggunakan sufor sebagai cadangan, syaratnya satu, jika dan hanya jika ASI tidak cukup.
Mungkin bukan cuma @adie_80 atau gue aja yang sebenarnya berniat mendukung kegiatan menyusui tapi akhirnya berubah menjadi tuntutan bagi istri. Mungkin juga ada banyak yang mengalami hal serupa seperti kami, pernah ribut apakah tetap pada ASI atau beralih sejenak ke SUFOR. Biar nggak ngalamin hal seperti kami, mungkin kiat ini bisa digunakan:
Nah, ada yang pernah ngalamin seperti cerita di atas? Ending-nya gimana?
@a_rahmathidayat
Share Article
COMMENTS