Memasuki bulan ke dua puluh menyusui Menik, ada tiga pertanyaan (atau yang mirip=mirip, deh) yang sering mampir ketika melihat saya masih memberikan ASI.
Sejujurnya, saya sedih, loh, mendengar pertanyaan tipe begini. Ini kan berarti edukASI masih belum sampai ke tujuan dengan baik, ya. Percaya atau tidak, rata-rata yang bertanya adalah teman-teman saya sendiri yang baru melahirkan, atau malahan ibu-ibu asing yang kepo ketika melihat saya tiba-tiba menyusui Menik yang sudah bukan bayi lagi. Ternyata menurut mereka yang bertanya ini, ASI tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan si anak.
Lalu ada juga, kan, mitos-mitos seperti ASI sudah basi jika sudah melewati 6 bulan. ASI akan berubah jadi darah jika anak menyusu diatas 1 tahun, ASI habis karena sudah dihabiskan oleh anak selama 6 bulan, anak akan menjadi manja dan bergantung sama ibunya kalau diatas setahun masih menyusu, dan masih banyak lagi komentar lainnya. Oh, jangan lupa, komentar "lo kurus begitu, emang masih ada ASInya? Makan yang banyak dong!!" juga sering terdengar. Rasanya langsung ingin mengajak orang yang komentar tadi mentraktir saya makan, supaya kapok komentar kalau saya tidak makan banyak, haha. Lagian, makan banyak atau tidak kan tidak mempengaruhi produksi ASI. Ini jadi tanda, stereotip soal memberikan ASI 'hanya' ketika anak masih bayi ini masih melekat dengan baik di lingkungan sosial saya.
Kalau sudah begini, saya biasanya memberikan tiga jawaban. Saya sadar betul, tidak boleh malas atau kesal menghadapi pertanyaan seperti ini. Justru ini dijadikan kesempatan untuk meluruskan hal yang tidak tepat. Supaya menambah pengetahuan dan menambah agen perubahan soal ASI ini.
Hukum Supply & Demand ASI. Ini penting sekali untuk selalu diingatkan bahwa ASI akan terus berproduksi asal bayi tetap rutin menyusui. Setiap terjadi pengosongan payudara, maka saat itu juga ASI kembali diproduksi dan memenuhi payudara SESUAI KEBUTUHAN SI BAYI. Iya, sesuai kebutuhan bayi bukan kebutuhan mata si ibu atau orang lain. Toh dari awal kita juga tidak bisa mengukur ASI yang keluar, ya, kecuali di perah dan menjadi ASIP. Ini rupanya jadi beban bagi ibu-ibu yang tidak memerah ASI-nya (seperti saya), karena seperti tidak punya bukti nyata bahwa ASI masih ada. Jadi cuekin aja ya, Mommies. Selama kita menyusui si anak, maka ASI akan tetap diproduksi.
ASI Bukan Yang Utama setelah si anak memasuki usia 1 tahun. Ketika beres ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, bayi dikenalkan dengan makanan pendamping atau MPASI. MPASI ini menjadi jembatan sampai anak berusia 1 tahun, harapannya, di usia 1 tahun, anak bisa mulai makan table food dan memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dari makanan dengan gizi seimbang tersebut. Ingat-ingat pesan pakar kesehatan, deh, gemuk bukan berarti sehat. Jadi jangan sibuk dengan penampakan tubuh anak yang terlihat ramping dibanding anak lainnya. Pastikan berat badan selalu di plot di Growth Chart, agar bisa terlihat jika ada yang menyimpang dari kurvanya.
Anjuran menyusui hingga 24 bulan oleh WHO atau karena saya muslim, ya, saya insya Allah bisa menjalani aturan yang sudah tertulis di surat Al-Baqarah, bahwa hak anak untuk disusui itu sampai usia 24 bulan. WHO tidak mungkin membuat anjuran yang tidak ada gunanya. Begitupun dengan yang anjuran agama. Sesimpel itu, sih.
--
Nah, tidak perlu khawatir lagi jika merasa produksi ASI terasa menurun sejak anak memasuki usia 1 tahun. Memang pasti mulai menurun, kok, karena anak sudah makan dengan benar. Tapi turun bukan berarti berhenti, so let's continue to breastfeed our child. Just like I said before "Breastfeeding is a mind game, when you think you’re able to breastfeed your baby then you will be!"
*Gambar dari sini