Mana janji manismu
Mencintaiku sampai mati
Kini engkau pun pergi
Saat ku terpuruk sendiri
Akulah sang mantan
Akulah sang mantan
Sakit teriris sepi
Ketika cinta telah pergi
Akulah sang mantan
Akulah sang mantan
(Nidji: Sang Mantan)
Semua pasangan suami istri, tentunya berharap rumah tangganya langgeng hingga akhir hayat. Hidup bersama sampai tua dengan dikelilingi anak-anak dan cucu-cucu tercinta. Potret sebuah keluarga yang sempurna. Namun, tidak semua pasangan bisa mendapatkan hal itu. Banyak yang harus merasakan betapa pahitnya rumah tangga yang dijalani sehingga berakhir di ujung palu hakim: bercerai!
Itupun masih ada PR yang tersisa. Misalnya, bagaimana selanjutnya berhubungan dengan sang mantan suami? Jika tidak ada anak, mungkin jawabnya mudah: saya putus hubungan dengan nyamuk, eh mantan! Tapi, jika dari pernikahan itu hadir anak-anak, tentunya kita tidak bisa menjawab semudah itu. Toh, namanya anak bersama, tentu harus menjadi tanggung jawab bersama. Terus, bagaimana sebaiknya berhubungan dengan mantan suami? Berikut beberapa kiat yang bisa dilakukan:
1. Tetap pakai norma agama dan norma sosial
Perlu diingat: mantan suami bukanlah suami. Dia adalah orang lain yang PERNAH menjadi pasangan hidup. Jadi, sikap kita terhadapnya harus disesuaikan. Pakailah norma agama dan norma sosial dalam berhubungan dengan lawan jenis sehingga kita tidak terjebak dalam hubungan tanpa status ataupun fitnah di masyarakat.
2. Buat komitmen hal-hal yang menjadi tanggung jawab bersama
Sebelum dan sesudah proses persidangan usai, sebaiknya dibahas hal-hal apa saja yang menjadi tanggung jawab bersama. Misalnya, si anak akan tinggal bersama ibu dan tiap akhir pekan akan menginap di rumah ayah, atau setiap bulan ayah akan berkunjung dan memberikan biaya sekolah untuk anaknya, dll. Bicarakanlah hal ini bersama keluarga besar dengan mengedepankan kepentingan bersama (terutama anak-anak) sehingga konflik yang bisa muncul di belakang hari bisa diantisipasi.
3. Berkomunikasi lewat pasangan atau keluarga
Perceraian terkadang masih meninggalkan luka atau emosi di hati mantan pasangan. Sebaiknya, untuk menghindari kesalahpahaman, komunikasi bisa dilakukan lewat salah satu anggota keluarga yang kita anggap paling bijak. Ataupun ketika pasangan yang bercerai, salah satu atau keduanya, sudah menikah lagi akan lebih baik jika komunikasi dilakukan lewat pasangan barunya. Sehingga, meminimalisir potensi cemburu pada sang mantan yang bisa jadi bara api penyulut konflik rumah tangga yang baru.
4. Hindari hal-hal yang membuka kenangan lama
Ketika berkomunikasi, baik langsung ataupun tidak langsung, hindarilah hal-hal yang bisa mengingatkan pada kenangan lama. Membuka memori hanya akan menambah luka salah satu pihak dan membuat hubungan menjadi tidak nyaman. Batasi pembicaraan untuk hal-hal yang telah menjadi komitmen bersama saja.
5. Positive thinking
Potensi miskom (miss-communication) bisa terjadi di antara siapa saja, tak terkecuali dengan mantan suami. Jika ini terjadi, tetap positive thinking dan kedepankan klarifikasi. Bahasa yang santun dan sikap yang sopan dalam melakukan klarifikasi bisa meredam akibat buruk dari miskom yang terjadi.
Memang tidak mudah berteman dengan mantan suami. Namun, kita harus sadari bahwa perceraian hanya memutus hubungan suami istri, tapi tidak memutus hubungan silaturahim. Semoga kiatnya bisa bermanfaat!
*thumbnail dari sini