...untuk orang tua!
Suatu hari, saya sedang bermain dengan keponakan saya yang berumur sekitar 3 tahun. Ketika mulai mati gaya mau main apa lagi, kami main “gambar-gambaran”. Tiba-tiba, terbersit ide.
Saya tanya, “Adek suka binatang apa?”
“Mmmm… Bebet!” (maksudnya bebek)
“Auntie gambarin bebet mau, nggak?”
“MAU!”
“Bentar ya…”
Buru-buru saya keluarkan iPad, intip Youtube untuk cari tutorial menggambar bebek dengan sederhana. Ketika saya (lumayan) berhasil mempraktikannya, sang keponakan pun kegirangan. He looked at me with a whole new respect. I was a rockstar for him.
Kemudian ia meminta saya menggambar ulang si ‘bebet’ sampai lima kali lagi. Yassalaaam…
Setelah beberapa kali mengeluarkan ‘jurus’ ini ke anak-anak lain, saya berkesimpulan bahwa kemampuan gambar itu memang penting, ya, untuk menghibur bocah. Padahal gambarnya, sih, gitu-gitu doang, lho.
Namun saya ingat, semasa kecil, saya juga begitu. Kalau ada orang dewasa yang bisa menggambarkan saya binatang-binatang atau figur-figur lucu, saya pasti senang. Tak perlu ikut mencontek gambarnya—cukup ‘minta digambarin’ hewan atau tokoh lucu saja, saya sudah terhibur.
It worked for me as a kid, it certainly works for kids today.
Jadi, kalau iseng-iseng, coba deh Mommies berinvestasi belajar doodling atau gambar corat-coret tokoh/ binatang kesayangan anak Anda. Kalau memang sudah biasa doodling, coba kembangkan kemampuan Anda. Misalnya, yang tadinya cuma bisa gambar sapi dengan membuat dua bulatan serta empat garis kecil, coba belajar membuat gambar sapi yang “agak niat sedikit”. Tutorialnya ada segambreng, lho, di Internet dan Youtube!
Berikut contoh-contohnya. Sebenarnya mudah ‘kan ya? Kuncinya latihan, hehehe.
Tips: mommies tidak perlu menguasai kemampuan menggambar SEGAMBRENG tokoh / binatang. Cukup pilih 2-3 (atau bahkan 1) tokoh / binatang kesayangan anak Anda, tapi benar-benar kuasai gambar tersebut. Begitu sudah cukup.
Say no to gambar asal-asalan!
Have fun!