Sorry, we couldn't find any article matching ''
Belajar dan Bermain di Ensiklopedi Dewi
Setelah sekian lama niat mengajak Bumi ke museum, akhirnya keinginan saya ini terwujud juga lewat acara Ensiklopedi Dewi yang digagas Museum Ceria di Museum Purna Bhakti Pertiwi, TMII beberapa pekan lalu. Awalnya, sih, saya sempat bertanya-tanya konsep acaranya akan seperti apa, ya? Maklum, soalnya ini kali pertama saya mengikuti acara Museum Ceria :D
Dan ternyata, acaranya seruuuuu banget, loh! Soalnya Bumi nggak cuma diajak keliling-keliling museum saja. Di kelas toddler, Bumi bersama teman-temannya yang lain diajak oleh Kak Chusnul dan Kak Hanum untuk bermain bubble. Kalau di awal acara saja, Bumi sudah terlihat begitu enjoy, tentu ke depannya juga akan begitu. Dengan bimbingan ke dua kakak dari Museum Ceria, Bumi pun menikmati storytelling Cerita Kaguya dan Role Play Cerita Ramakien, dua kisah yang diambil dari dogeng khas Negeri Matahari Terbit.
Asiknya, nih, Bumi dan teman-temannya nggak hanya mendengarkan, namun juga ikut ambil peran karena masing-masing mereka memerankan tokoh yang dipilih sendiri. Tapi, ya, namanya juga bocah, ya? Saat Kak Chusnul dan Kak Hanum memberikan interuksi, peran apa yang harus main, Bumi dan teman-temannya malah sibuk sendiri, hahahaha. Selain itu, anak-anak pun mendapatkan boneka origami yang mereka tempel di sertifikatnya masing-masing. Yang jelas, acara ini seru banget! Setelah sesi story telling selesai, seluruh peserta bekeliling museum sambil bernyanyi bersama.
Origami hasil karya Kak Chusnul dan Kak Hanum
Bumi serius menempel origami disertifikatnya
Berbeda dengan kelas toddler, untuk anak-anak usia 5 tahun hingga 12 tahun, mereka diajak bermain dengan level yang lebih serius. Soalnya mereka harus mengumpulkan 7 stiker Dewi dari berbagai peradaban kuno dunia. Dimana stiker ini harus mereka temukan pada benda-benda yang ada di dalam museum. Supaya lebih mudah, benda-benda museum yang dimaksud merupakan benda yang berkaitan dengan perempuan. Setelah ditemukan, stiker-stiker ini nantinya mereka tempelkan di museum trail mereka.
Penjelajahan demi menemukan stiker ini nggak cuma dilakukan di lantai dasar saja, tapi para peserta harus bereksplorasi menemukan ‘harta karun’ tersebut hingga lantai dua karena tujuh pos unruk mendapatkan stiker tersebut memang tersebar. Asiknya, lewat permainan ini, anak-anak juga sekaligus belajar sejarah kuno. Mulai dari mencari stiker, misalnya Dewi Fortuna adalah Dewi Keberuntungan Bangsa Romawi atau Dewi Nut, Dewi Langit dan Surga bagi bangsa Mesir Kuno hingga belajar menulis menggunakan huruf Rune Kuno, hurufnya Bangsa Vikings. Woooh... saya saja baru tahu, nih, hihihi.
O, ya, konsep yang diterapkan di setiap pos, juga berbeda-beda, lho. Kakak-kakak dari Museum Ceria ini memang sangat kreatif mengemas acara family weekend di museum ini menjadi jauh dari kesan membosankan. Salah satu pos yang menurut saya sangat asik adalah Pos 3, di mana kakak Museum Ceria mengajak peserta mengenal peradaban kuno Benua Afrika lewat permaian puzzle lukisan bergambar perempuan dari Suku Zulu, Dewi Nomkhubulwane yang dipercaya sebagai Dewi Hujan dan Kesuburan bagi Suku Zulu.
Yang jelas, lewat acara ini, Bumi dapat pengalaman seru ke museum. Kesan membosankan yang selama ini ada pada museum terbukti nggak tepat. Demikian dengan Bumi, saat saya bertanya apakah dia senang jalan-jalan ke museum, dengan semangat 45 dia pun berujar, "Senang, bu... aku senang dapat ini," sambil menunjukan sertifikat yang ia dapatkan.
Kalau mau ikutan program-program kreatif dari Museum Ceria, hari Minggu 28 April besok ada kegiatannya juga dengan tema Green Philatelist. Pantengin akun Twitter mereka @museumceria untuk tau info lebih detail, ya!
Share Article
COMMENTS