banner-detik
SELF

The Dramatic Changes in My Life

author

nenglita14 Mar 2013

The Dramatic Changes in My Life

Tadinya saya mau menggunakan judul Pengorbanan Sebagai Ibu. Tapi kalau pakai kata pengorbanan, kok, sepertinya lebay, ya. Menjadi ibu, bagaimanapun, adalah keputusan saya. Dan tidak pas rasanya jika saya menyebut pengorbanan, karena seperti tidak ikhlas menjalani peran baru ini. Perubahan pasti terjadi saat menjalani status ibu. Sedikit atau banyak, besar atau kecil, sejauh ini, saya tidak menyesali status saya saat ini.

Melihat kembali kehidupan saya, ternyata banyak sekali hal yang berubah (kalau tak mau dibilang dikorbankan), seperti:

- Social life

Saya adalah 'makhluk sosial' kategori ulung. Haha. Bukan anak gaul, ya, tapi hobi saya adalah nongkrong dengan siapa saja, kapan saja, di mana saja. Waktu lajang, sepulangnya dari kantor, saya nggak pernah langsung pulang. 'Jadwal' selalu padat. Ngopi dengan si A, karaoke dengan si B, arisan dengan teman SMA, biliar dengan D, reuni dengan teman kuliah, kencan dengan C, dst dsb.

Ketika sudah punya anak? Bye-bye!

Waktu Langit masih bayi, saya harus kejar-kejaran dengan stok ASI perah. Jadi wajib langsung pulang. Hanya 1-2 kali saya 'mampir' bersosialisasi dengan teman-teman. Semakin Langit besar, kebutuhannya tak lagi sekedar fisik, tapi saya secara emosi. Apalagi ia sudah bisa protes esok paginya kalau saya pulang malam di mana ia sudah tidur.

Sekarang, kehidupan sosial saya jauh berkurang. Untungnya, nggak sama sekali hilang. Entah harus berterimakasih pada teknologi atau mengutuknya, karena kehidupan sosial bisa diwakili lewat teknologi, entah itu chatting atau jejaring sosial. Untuk kopdar alias kopi darat atau ngumpul temu muka, biasanya saya harus menyesuaikan waktu sebisa-bisanya, contoh besoknya harus hari libur (supaya pagi hari nggak terburu-buru Langit berangkat sekolah dan saya kerja, yang menyebabkan waktu kami bersama hanya sedikit) atau jika kopdar memungkinkan bawa anak, maka akan dilakukan di akhir pekan.

- Ke bioskop

Percaya nggak, saya baru masuk bioskop lagi setelah Langit berusia di atas 1 tahun? Itu pun karena berkaitan dengan pekerjaan saya yang saat itu di sebuah jaringan bioskop terbesar di Indonesia.

Sebelumnya, saya banci bioskop! Setiap film baru, bagus atau tidak, saya pasti nonton!

Waktu Langit masih bayi, sempat tergoda untuk membawanya ke bioskop, toh, ada beberapa teman yang membawa bayinya juga, pikir saya. Tapi setelah dipikir-pikir, nonton film di bioskop saat itu menjadi 'kenikmatan' yang bisa ditunda. Untuk nonton midnight, ah, rasanya belum cukup tega 'membebankan' tugas lebih ke orangtua saya atau ke pengasuhnya. Dan terbukti, I survived! :D (Dapat salam dari tumpukan dvd yang semakin menggunung semenjak punya anak)

- On career

Sejak awal, karir saya adalah di dunia televisi. Berat sekali kerja di bidang ini, waktu kerja lebih panjang dan butuh fisik yang kuat. Tapi saya sangat mencintai pekerjaan di televisi!

Setelah Langit lahir (dan kebetulan televisi tempat saya terakhir bekerja dibubarkan dengan terhormat ketika Langit berusia 1 tahun), saya tak lagi bekerja di bidang ini. Pertimbangan menyandang status ibu semata kah? Bisa jadi, salah satunya.

Sempat saya diundang wawancara kerja di beberapa stasiun televisi swasta Indonesia (yang terakhir malah sudah menentukan kapan tanggal yang menjadi hari pertama saya masuk kerja!), tapi ujungnya selalu ada pertimbangan, "Haruskah saya mengulang cerita long hours of working, sementara saat ini saya punya 'tanggungan' lain yang butuh saya di sampingnya?"

Berat? Sudah pasti. Bekerja di televisi merupakan salah satu cara mencurahkan adrenalin sekaligus kreativitas saya.

Tapi, Alhamdulillah, beruntung sekali saya masih memiliki pilihan yang tak kalah menariknya, bekerja di belakang layar Mommies Daily. Bagaimana tidak menarik? Dunia saya tentu lekat dengan dunia ibu. Saya tak perlu belajar jauh-jauh untuk menjadi orangtua, di sini saya memiliki semua aksesnya! :)

- Nyalon

Waktu lajang, sesempit apa pun waktunya, saya pasti menyempatkan diri untuk nyalon. Saya nggak keberatan sama sekali harus mengeluarkan uang dan menghabiskan separuh hari saya berada di salon. Catat, padahal saya bukan tipe yang senang bereksperimen seperti kebanyakan perempuan-perempuan yang nyalon, lho. Jadi saya ke salon biasanya hanya untuk creambath, manicure-pedicure, massage, facial, atau sekedar cuci dan blow rambut. Benar-benar standar, kan?

Pertemuan pertama saya dengan salon setelah punya anak adalah waktu Langit berusia 6 bulan. Sudah selesai ASI eksklusif, jadi saya bisa bernafas lega dan sedikit melonggarkan waktu pulang, karena nggak dikejar-kejar oleh stok ASIP yang menipis.

Hingga saat ini, jadwal kunjungan saya ke salon jauh berkurang jika dibandingkan dengan zaman lajang dulu. Penyebabnya selain masalah waktu, juga sayang uangnya! Haha.

- On music concert

Saya suka musik. Suka sekali. Kalau zaman muda dulu mungkin banyak yang suka clubbing, ya? Well, saya nggak suka. Saya lebih memilih mendengarkan live music di kafe atau nyatronin konser jika memang artisnya saya suka.

Konser pertama yang saya sambangi setelah punya anak adalah Suede, band asal Inggris, di tahun 2011. Bayangkan, 3 tahun, lho, saya absen dari hal yang saya suka. Berapa banyak Java Jazz, Jak Jazz, Java Rockin' Land, dst dsb yang saya lewati?

Saya bisa menanti selama itu karena, menurut saya, saya hanya boleh meninggalkan Langit jika memang band-nya sangat berharga. Kebetulan, Suede adalah band kesukaan saya sejak SMP. Walaupun sudah pernah menonton saat mereka datang pertama tahun 2004 lalu, tapi saya tetap harus nonton, karena ini bisa jadi adalah terakhir kali mereka ke Indonesia :D

Dan untunglah saya bisa sabar duduk manis selama 3 tahun, karena setahun belakangan ini, band/ artis favorit saya berturut-turut datang ke Indonesia!

Nah, itu 5 hal yang lekat dengan kehidupan saya yang saya 'korbankan', bukan berarti saya hilangkan, ya. Tapi seiring berjalan waktu, kita pasti bisa memilah mana yang lantas menjadi prioritas. Apakah ibu yang bela-belain nonton midnight salah? Nggak, dong! Life is a matter of choices. Dan saya yakin, setiap ibu (dengan pertimbangannya sendiri) pasti akan memilih yang terbaik.

Bagaimana dengan Mommies? Adakah hal-hal yang bisa digolongkan sebagai 'pengorbanan' garis miring perubahan dari kehidupannya?

 

Share Article

author

nenglita

Rock n Roll Mommy


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan