Sorry, we couldn't find any article matching ''
We Are Roker Mommies!
Roker juga manusia ... eh, nggak ada hubungannya sama roker yang itu, ya. Kami adalah ibu-ibu Roker alias rombongan kereta, yang pulang pergi kerja menumpang KRL jabodetabek.
Privilege ini sepertinya hanya berlaku bagi mereka (termasuk saya) yang rumah tempat tinggalnya berada (relatif) dekat dengan stasiun. Pertama kali tinggal di komplek rumah saat ini, saya belum sadar 'enaknya' naik kereta sampai ibu-ibu tetangga memberi tahu kalau naik KRL, cuma 25 menit saja sampai ke Tanah Abang! (Saya tinggal di Jombang, Bintaro). Bayangkan kalau harus naik mobil atau kendaraan umum, ke Jakarta Pusat saat jam sibuk normal bisa memakan waktu 1.5 jam lebih.
Sejak saat itu, praktis saya selalu menggunakan KRL jika ada keperluan liputan atau urusan lainnya. Di atas saya sebut 'privilege', karena memang yang pasti, naik KRL itu bebas macet. Di tengah semua warga jakarta yang macet sudah jadi menu sehari-hari, menjadi Roker adalah sebuah keberuntungan karena kami bisa memilih untuk tidak bermacet ria di jalan. Sehingga saya sudah punya perkiraan waktu yang pasti untuk bisa sampai di tujuan. Dari rumah ke tempat tujuan, biasanya total waktu yang diperlukan hanya 35 menit.
Sempat ada yang mengira, KRL itu kumuh, berdesakan dan banyak penumpang yang naik di atap kereta. Bukan sarana transportasi yang nyamanlah. Nah, kereta seperti itu memang masih ada, dan melewati jalur KRL Jabodetabek. Tapi itu adalah kereta penumpang luar kota -yang biasa diberi julukan odong-odong-, bukan KRL. Saat ini KRL Jabodetabek hanya ada 2 jenis, KRL ekonomi dan Commuter Line. Bedanya, Commuter Line sudah ber-AC dan bebas dari pedagang di gerbong. Kereta Commuter Line inilah andalan para commuter, termasuk para Roker Mommies.
Tapi tetap ada nggak enaknya juga, sih, naik KRL. Apalagi kalau bukan jam sibuk, berangkat dan pulang kerja. Walaupun jarak antar kereta sudah lumayan cepat, (setiap 30 menit ada kereta yang lewat), saat jam sibuk gerbong kereta tetap penuh, dan berdesakan. Untungnya saat ini sudah ada gerbong khusus wanita, jadi walau berdesakan, tidak khawatirlah ;). Selain itu kesal sekali kalau tiba-tiba jadwal kereta ngaco karena gangguan sinyal listrik. Tapi sejauh pengalaman saya, apalagi akhir-akhir ini, gangguan seperti ini sudah jarang sekali.
Suasana gerbong wanita diluar jam sibuk (atas) dan pada jam sibuk (bawah)
Buanyaaak banget pengalaman naik KRL, kalau diceritakan, bisa jadi satu buku, kali, ya! Tapi ada satu yang menarik, yaitu balada para Mommies yang jadi 'commuter'. Di dalam gerbong KRL, sering lho saya ketemu teman SMA, teman forum online, yang akhirnya jadi ngobrol seru. O,ya, saya tergolong cuek, mau pake outfit seperti apa pun, walau akhirnya jadi sasaran tatapan orang-orang di gerbong. Pernah juga diminta oleh para Mbak di sebelah saya untuk mengajarkan cara memakai kerudung yang saya pakai, di gerbong!
Pengalaman teman-teman sesama Roker Mommies juga seru banget. Baru-baru ini Nurul yang sedang hamil, karena salah pilih pintu keluar, terpaksa loncat saat turun dari gerbong, karena peron yang rendah. Err, nggak kebayang kalau pas pakai sepatu hak tinggi ya, untungnya sih tidak apa-apa. Ada juga seorang teman yang diberi tempat duduk oleh seorang penumpang karena dikira ibu hamil, padahal dia tidak hamil! What an awkward situation :D
Terkadang saat kita sampai di stasiun juga tidak bisa pas jadwal Commuter Line akan berangkat, kalau sudah begini, biasanya, sih, yang penting naik kereta apa saja pada jalur itu, termasuk kereta antarkota. Seperti Prima yang pernah terpaksa naik odong-odong karena ingin cepat sampai di rumah, dan suatu kali kecopetan di dalam gerbongnya! Nah, kejadian seperti ini yang kadang bikin kapok naik kereta non -KRL.
Seorang teman lain yang sedang menyusui merasa sangat beruntung bisa naik KRL tiap hari sepulang kerja, karena berarti ASIP yang disimpan dalam cooler bag-nya bisa cepat sampai di rumah. "Semenjak habis masa cuti 3 bulan, saya berusaha
pulang ke rumah lebih awal dengan tujuan biar anak masih bisa saya pegang dan ASIP-nya juga nggak terlalu banyak. Secara waktu, pakai KRL jauh lebih cepat sampai ke rumah," kata Widi, Roker Mom.
mobil-mobil ini menganggur di stasiun, karena pemiliknya memilih naik KRL menuju kantor
Banyak juga ibu-ibu yang janjian dengan teman satu kantor dan satu jurusan untuk menumpang taksi dari kantor menuju stasiun, jadi ongkos tetap hemat. Soal hemat, tiket KRL AC sekali jalan hanya 8 ribu, untuk jalur Serpong-TanahAbang. Apalagi KRL ekonomi yang disubsidi, cuma 1.500 sekali jalan! Pantas saja KRL Jabodetabek saat ini makin populer sebagai sarana transportasi utama. Hmm, mudah-mudahan, sih, rangkaian dan gerbong kereta terus ditambah terutama pada jam sibuk, jadi naik KRL akan makin nyaman.
O, ya, karena saya adalah Roker jalur Serpong, yang disebut-sebut hanya KRL jalur Serpong, termasuk pengalaman teman-teman di atas. Saya yakin para Roker Mommies jalur lain, Bogor-Jakarta atau Bekasi- Jakarta, pasti juga banyak. Ada yang mau berbagi pengalaman seru lainnya?
Share Article
COMMENTS