Sorry, we couldn't find any article matching ''
10 Kiat Memotret Si Kecil
oleh Edward Suhadi
Halo, nama saya Edward Suhadi dan saya adalah pendiri Edward Suhadi Productions, perusahaan yang bergerak di bidang foto dan video dan mempunyai spesialisasi di weddings, portraits, dan foto keluarga.
Dalam pekerjaan saya, saya sering memotret anak kecil, terutama saat mereka menjadi bagian dari foto-foto keluarga. Saya menemukan bahwa memotret anak kecil bisa menjadi pekerjaan yang amat sulit (terlihat dari sini banyak ibu sedang mengangguk-angguk). Mulai dari sifat beberapa anak yang memang tidak mau memberikan wajahnya untuk kamera, mereka yang sulit tertawa, sampai dengan anak-anak yang tidak pernah diam sehingga sepertinya cara yang paling tepat memotret mereka adalah mengajak mereka main tak patung.
Namun di antara semua kesulitan itu, jika kita berhasil mendapatkan satu gambar bagus saja, senang sekali hati ini rasanya.
Nah, dari sekian banyak hal yang saya alami dalam memotret keluarga, saya mengumpulkan beberapa kiat sederhana yang bisa digunakan Mommies yang ingin mengambil gambar buah hati mereka dengan lebih baik lagi.
1. Di atas segalanya: kuasai kamera
Semua kiat di sini tidak akan berhasil jika kita tidak bisa mengoperasikan kamera kita. Memang tidak harus mempelajari fotografi seperti pro, tapi paling tidak harus tahu tombol on/off, menyalakan flash, mencari fokus (biasanya dengan menekan setengah tombol shutter), dan tahu indikator baterai dan sisa memori di memory card. Kamera consumer (pocket, mirrorless, DSLR level pemula) dibuat dengan target pengguna amatir/awam. Jika kita mau belajar pasti bisa.
2. Foto di saat mood mereka sedang baik
Semua orangtua tahu bahwa tidak ada yang lebih sensitif daripada anak-anak yang sedang mengantuk atau sedang kesal terhadap sesuatu. Ajak mereka berfoto di saat-saat mereka sudah cukup tidur, dan dalam kondisi mood yang baik. Saya biasanya membuat janji untuk foto keluarga setelah anggota-anggotanya yang kecil sudah cukup tidur dan makan.
3. Bawa mereka ke tempat dengan banyak sinar matahari
Cahaya di dalam rumah hampir selalu kurang untuk menangkap gambar dengan kamera consumer. Mata kita yang canggih dan sangat pintar beradaptasi ini selalu melihat ruangan ‘cukup’ terang, padahal tidak demikian. Langkah yang paling aman adalah membawa objek foto ke dekat jendela, serambi, atau di bawah pohon. Cahaya matahari akan selalu mengeluarkan warna dan karakter yang jauh lebih baik daripada cahaya lampu.
4. Hindari matahari terik
Matahari terik akan membuat anak-anak mengernyitkan mata, dan di jam-jam siang bolong, akan menimbulkan bayangan yang mengganggu di mata dan di bawah hidung dan mulut mereka. Saat-saat terbaik untuk berfoto di daerah terbuka adalah pagi sebelum pukul 9, sore setelah pukul 3, atau siang ketika sedang berawan.
5. Hindari foto saat berlarian
Kecuali Anda fasih dengan shutter speed dan segala hal teknis kamera, kemungkinan besar foto saat anak-anak berlari akan menghasilkan gambar-gambar yang tidak fokus dan buram karena gerakan. Ajak mereka tenang, dan kalau bisa berfoto di saat mereka sedang break dalam permainan mereka.
6. Hindari foto anak saat mereka berkeringat
Kecuali Anda sedang membuat foto untuk iklan minuman multivitamin atau sepatu olahraga, saya melihat foto-foto di mana objeknya berkeringat selalu menarik perhatian mereka yang melihat kepada ‘keringat’ dan ‘lengket’nya. Sayangnya banyak sekali foto anak-anak yang saya lihat ingin menunjukkan kelucuan dan kepolosan mereka terganggu dengan dahi, muka dan leher mereka yang keringatan. Kecuali Anda ingin anak Anda belajar jadi model iklan sejak dini tentunya.
7. Kuasai half-pressed shutter: dapatkan momen
Seperti banyak dari kita ketahui, menekan setengah tombol shutter akan mengunci fokus (biasanya diikuti dengan segi empat hijau dan bunyi ‘beep’) - tahan! Jangan terburu2 menekan semua/menjepret/mengambil gambar! Tunggu. Harta terbesar dari seorang fotografer adalah dia sabar dan bisa menunggu.
Prediksi apa yang akan terjadi, atau pancing dengan cara unik masing-masing orangtua untuk memicu tertawa mereka. Saat mereka tergelak, baru tekan full shutter-nya. Trik kunci fokus half-shutter ini juga berlaku untuk kiat berikut:
8. Mata ada di atas, bukan di tengah
Ini juga saya sering lihat: karena kotak fokus di layar kamera ada di tengah, maka sering foto anak-anak mempunyai komposisi dengan mata mereka ada di tengah gambar, dada mereka terpotong, dan di atas kepala mereka kosong (jika sedang kurang beruntung, kadang-kadang tertangkap paman sedang ngupil di daerah ini. Hahaha)
Manusia adalah mahluk yang ‘langsing panjang’ dengan mata berada di ujung atas badan kita, oleh karena itu, sebuah gambar baru akan terlihat ‘natural’ dan ‘enak’ jika mata juga berada di bagian atas sebuah frame foto, bukan di tengah.
9. “Ayo, tertawa! Tertawa! TERTAWA NGGAK!!” tidak pernah berhasil
Anak-anak kita bukan bintang film cilik seperti Dakota Fanning yang bisa langsung tertawa jika disuruh. Paling sering terjadi, anak-anak akan meringis seperti ketika akan diperiksa dokter gigi. (Sekali lagi, banyak ibu-ibu sedang mengangguk-angguk setuju).
Cari apa yang buat mereka tergelitik, entah itu gerakan konyol sang ayah, atau ketika sang ibu melakukan bunyi-bunyi tertentu. Dalam pekerjaan saya, hampir tidak pernah saya menyuruh klien-klien saya tertawa. Sering saya berdansa konyol untuk memancing mereka tertawa. Lupakan harga diri.
10. Jangan over-shoot: Nikmati dan pikirkan setiap jepretan
Tidak hanya di dunia awam atau di dunia papa-mama: di dunia profesional pun segala kemudahan teknologi dan murahnya memory cards saat ini membuat semua orang dengan mudahnya jepret sana-sini. Jepret sekarang, pikir nanti.
Namun mentalitas ini tidak akan membuat kita semakin baik dalam setiap jepretan. Dan juga rasa apresiasi kita untuk foto-foto yang kita ambil akan terus menurun seiring dengan banyaknya frame yang kita ambil.
Jika memang tujuannya adalah untuk terus menjadi lebih baik dalam memotret, punyailah gambar mental, bahwa kamera Anda adalah seperti senjata dengan amunisi terbatas: setiap tembakan harus ‘kena’. Paling tidak janganlah menembak liar ke segala arah sebanyak-banyaknya. Jika kita memikirkan dan belajar dari setiap jepretan, pasti kita juga akan lebih cepat untuk maju.
Bagaimana jika Mommies mencoba tantangan saya: Walaupun memiliki kemampuan memotret si kecil sebanyak ratusan frame per hari, batasi diri dengan memotret hanya 10 saja. Atau jika sedang berlibur di tempat yang betul-betul bagus: 20 frame per hari. Pergunakan kiat di atas, dan semoga Anda mendapatkan foto-foto si kecil yang tajam, bagus dan bisa dibanggakan: “Nih, foto anak gue. Gue yang foto. Bagus, kan?” Dan mungkin untuk tambahan inspirasi, Mommies bisa browse hasil karya saya di www.edwardsuhadi.com.
Share Article
COMMENTS