Seperti keluarga besar pada umumnya, keluarga besar saya hobi sekali ‘ngariung’ alias kumpul-kumpul keluarga. Kalau dulu zaman saya kecil, ada saja alasan kumpul keluarga. Mulai dari ulang tahun salah satu anggota keluarga, perayaan hari besar tertentu, liburan bersama, atau arisan.
Nah, yang terakhir ini, nih, umumnya setiap keluarga besar memiliki tradisi arisan keluarga. Entah dari mana asalnya, tapi seperti yang tadi saya katakan, tradisi ini sudah ada di keluarga besar saya sejak saya belum lahir, rasanya.
Beberapa tahun yang lalu, angkatan saya dan sepupu, yang sudah mulai berkeluarga dan sibuk dengan urusan masing-masing, sudah jarang sekali ngumpul. Padahal dulu, minimal sebulan sekali kami ketemu. Rasa ingin mempererat kembali ikatan persaudaraan pun timbul, selain itu mama dan para tante juga mendorong kami untuk membuat arisan keluarga khusus sepupu, alias yang ikut hanya angkatan kami saja. Alasannya, tentu saja supaya ikatan persaudaraan tidak terputus dan supaya kami dan anak-anak kami tetap saling kenal.
Arisan sepupu ini memang baru berjalan 4 tahun belakangan. Tapi bagi saya pribadi, setiap kali arisan, saya merasa hubungan antarkeluarga menjadi lebih hangat dan akrab. Saya mau berbagi kiat, ah, mengenai arisan keluarga:
Jangan paksakan jumlah uang arisan yang disetor. Ingat, arisan ini kan tujuannya untuk mempererat tali persaudaraan, bukan untuk mengumpulkan uang.
Tentukan durasi pertemuan. Kalau keluarga kami, 2 bulan sekali. Kenapa? Menurut kami, jika dilakukan lebih sering, malah kurang greget dan biasanya malah lebih mungkin untuk tidak hadir.
Pilih lokasi yang netral. Pengalaman, nih, yang sudah berkeluarga di angkatan kami kemampuan untuk memiliki rumah banyak yang di pinggiran, jadi kami harus mencari lokasi yang benar-benar netral untuk dijadikan tempat arisan.
Berkaitan dengan poin di atas, bagi angkatan kami, sudah bukan zamannya ngerepotin si pemenang arisan. Jadi, kami jarang sekali mengadakan arisan di rumah si pemenang arisan, seperti lazimnya arisan zaman orangtua kita dulu, di mana si tuan rumah akan menyediakan makanan, minuman, rumahnya diberantakin, dan seterusnya, haha. Apalagi, angkatan kami ini biasanya hanya mampu membeli rumah yang ‘minimalis’ :D. Kebayang, nggak, sepupu dari mama saya jumlahnya ada 23, jika saat ini setengahnya sudah menikah dan masing-masing punya anak minimal 1, maka sudah berapa orang, tuh? Maka arisan sepupu dari mama, biasanya dilakukan di restoran yang letaknya di tengah-tengah. Sementara dari sepupu papa, kami masih melakukannya dari rumah ke rumah, karena jumlahnya memang tidak sefantastis sepupu dari mama. Haha.
Selain uang arisan, ada baiknya juga memiliki uang kas. Uang kas yang arisan kami kumpulkan nggak besar jumlahnya, disetor bersamaan dengan si uang arisan. Uang kas ini berfungsi untuk sewaktu-waktu ada anggota keluarga yang sakit dan butuh dibantu atau di akhir arisan biasanya kami gunakan untuk piknik keluarga besar. Tahun lalu, kami menggunakan uang kas untuk menginap semalam di sebuah vila di Puncak. Beberapa sepupu mengatakan, “Hebat, Ta, ide lo, kita jadi bisa liburan bareng-bareng lagi dan sekarang ajak anak istri." Di sana pula, kami membuat foto keluarga besar, di mana terakhir kami berfoto bersama adalah ketika usia saya baru 9 tahun :D
Ini baru sebagian anggota keluarga, belum semuanya, lho :D
Nah, siapa yang punya pengalaman sama dengan saya? Atau ada ide arisan keluarga lain yang seru, share, yuk!
COMMENTS