Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pretty Princess
Kata orang saya putih. Keluarga ibu saya berasal dari Palembang, jadi mungkin turunannya memang begitu. Lain halnya dengan Pak Teddy, yang lebih gelap dari saya. Lumayanlah lebih gelapnya. Hahaha. Nah, makanya nggak heran kalau Aira nggak seputih saya. Gelap seperti ayah juga nggak. Kalau di keluarga Pak Teddy, Aira termasuk putih, kalau di keluarga saya baru dia kelihatan gelap.
Persis seperti yang Manda alami, orang yang melihat kami juga suka refleks berkomentar, "Nggak putih seperti Bundanya, ya?" atau "Wah, yang ini, sih, kayak Ayah, ya," Hal ini dulu suka bikin saya khawatir, khawatir Aira jadi nggak PD atau merasa kalau nggak putih itu nggak cantik. Maklum saja, di masyarakat kita sepertinya masih banyak yang menganggap kulit putih itu ‘lebih cantik’, lihat saja beragam iklan krim pemutih kulit di TV. Jadi kalau ada yang komentar seperti tadi saya suka bilang, "Nggak kayak Bundalah, kan lebih cantik dari Bunda," atau semacam itu. Tapi sepertinya saya tidak perlu terlalu khawatir, Aira cukup nyaman dengan dirinya, karena ternyata dia suka kesal kalau dibilang kayak ayah bukan masalah warna kulit, tapi karena dia anak perempuan, ya, masak dibilang seperti bapak-bapak. Hehehe.
Kemudian juga Aira seperti anak perempuan lainnya, senang sekali sama film-film Disney, khususnya yang dengan tokoh princess. Nah, siapa favorit Aira? Pocahontas. Ya, Pocahontas, dengan kulit gelap, rambut hitam, tanpa gaun dan sepatu. Sampai-sampai waktu ulang tahun, Neneknya nawarin Aira kado boneka princess yang ukurannya lumayan besar, bukan yang sebesar Barbie, pilihan Aira, ya, si Pocahontas. Bukannya dia gak suka sama princess lainnya, hanya saja sepertinya si Pocahontas yang dianggap paling juara sama Aira, karena menurut Aira, Pocahontas karakternya ‘strong’ dan ceritanya seru. Sepertinya saya perlu sedikit berterima kasih sama Pocahontas yang sedikit banyak membantu Aira mengenal 'cantik' diluar warna kulit yang putih dan stereotype princess umumnya. Setelah Pocahontas, princess yang Aira suka adalah Mulan. Stubborn and adventurous. x)
Saya pun tidak memaksakan dia harus ke-princess-princess-an macam anak perempuan lain, atau suka pakai rok tutu, atau warna pink atas-bawah, karena terus-terang saya sendiri tidak terlalu suka yang terlalu girly begitu. Tetapi saya juga nggak memaksa dia untuk mengikuti selera saya. Memang ada masanya dia mau pakai semua aksesori sekaligus kalau kami lagi jalan-jalan, bando, jepit, gelang, kalung semua dipakai. Atau pilih warna baju yang tabrak lari atas-bawah. Ya, saya cuma bisa tarik napas saja, karena saya pernah ngobrol dengan tante saya yang seorang psikolog, beliau bilang biarkan saja kalau anak bereksperimen dengan pakaian, memang ada masanya. Dan lebih baik dia bereksperiman disaat kecil, dari pada baru bereksperiman pakai baju tabrak lari saat sudah dewasa. Sudah nggak lucu lagi pastinya. Haha.
Sekarang ini banyak yang bilang gaya pakaian Aira seperti saya, dan ini bukan karena saya yang dandanin, tapi sepertinya dia memang bercermin dari apa yang saya pakai. Dia mulai suka pinjam aksesori saya, tentunya yang masih age appropriate untuk ia kenakan, kami mulai berbagi tote bags, dan pakai flats shoes seragam. Kadang-kadang saya suka berpikir, apa cara berpakaian saya yang kekanak-kanakan. Mudah-mudahan, sih, tidak. Hahaha..
Pastinya sekarang ini saya lagi senang-senangnya, karena punya teman belanja yang bisa ditanyai pendapat. Jadi biar tidak mirip Bunda warna kulitnya, masih banyak sisi lain dari Aira yang ternyata mirip dengan saya. Biar tidak berkulit putih macam Snow White, Princess Aira still the prettiest of them all, Bunda mah kalah jauh, begitu kata ayahnya. x)
Share Article
COMMENTS