banner-detik
ACTIVITY & DESTINATION

Merayakan Ultah di Pulau Tak Berpenghuni

author

ameeel20 Dec 2012

Merayakan Ultah di Pulau Tak Berpenghuni

Sebelum cerita tentang pesta ultah pertama Rakata, boleh, ya, saya mendongeng  sedikit tentang arti nama Rakata—dulu pernah saya tulis juga di forum Baby Boy/Girl Names.

Jadi ceritanya, zaman dahulu kala, ada satu gunung yang amat sangat besar, namanya Gunung Batuwara atau Krakatau Purba. Sekitar tahun 416 Masehi, gunung raksasa ini meletus hingga ¾ bagian tubuhnya hancur dan menciptakan tiga kaldera pulau kecil, salah satunya Pulau Rakata. Karena dorongan vulkanik, Pulau Rakata tumbuh besar dan menjadi Gunung Rakata.

Kemunculan Gunung Rakata memicu munculnya dua gunung lain. Persatuan tiga gunung ini dikenal dengan nama Gunung Krakatau. Pada tahun 1883, Gunung Krakatau meletus dahsyat, bahkan dianggap sebagai ledakan paling besar dan bersuara paling keras dalam sejarah manusia modern (itu, tuh, yang konon sempat membuat dunia gelap gulita).

Hebatnya, meski melewati dua kali ledakan dahsyat, sebagian tubuh Gunung Rakata masih tetap bertahan, menyisakan sekitar 1.400 hektar wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Pulau Rakata. Kesimpulannya, ini pulau kuat banget, deh, tidak hancur-hancur. Bahkan sekarang, Pulau Rakata menjadi pelindung bagi pulau lain di Gugusan Kepulauan Krakatau, temasuk pelindung Anak Gunung Krakatau yang baru nongol di tahun 1926-an itu.

Harapannya, sih, dengan dikasih nama Rakata, anak saya juga jadi anak kuat. Dan karena anak pertama, semoga bisa jadi pelindung buat keluarga. Amin!  Demikianlah sejarah di balik pemilihan nama Rakata. Panjang, ya :D

Karena namanya pula, sejak Rakata masih di dalam rahim pun saya dan suami sudah sepakat, bahwa tidak ada hal yang lebih sempurna untuk merayakan ultah pertama Rakata selain di tempat yang menginspirasi kami memilih namanya, yakni Pulau Rakata!

Persiapannya tidak banyak, karena setelah saya woro-woro mau ngadain pesta di pulau tak berpenghuni yang konon merupakan habitat ular piton, mayoritas ogah datang :D

Di satu sisi rada bersyukur, karena pada dasarnya saya dan suami itu pelit lebih menyukai private party dibanding pesta meriah dengan banyak orang. Jadi selain saya-suami-Rakata, yang menjadi tamu kehormatan adalah kedua orangtua saya dan neneknya suami. Tadinya, beberapa sahabat juga berencana ikut, tapi batal menjelang hari-H.

Berhubung Pulau Rakata masuk kawasan cagar alam, menuju sini harus mendapat izin dulu dari jagawana. Untungnya suami pernah bantu-bantu di trip organizer, jadi urusan izin cukup mudah. Sewa speedboat pun mendapat harga teman. Lumayan hemat, jauh di bawah harga standar.

Kami berangkat dari Jakarta hari Minggu siang, dan menginap dulu semalam di Pantai Carita. Besoknya, Senin tanggal 26 Juli 2010, baru menuju dermaga untuk naik speedboat. Selain kami berenam, di atas speedboat ada dua ABK.

Biar terasa aura ultahnya, speedboat dihias balon dan kertas warna-warni. Sayangnya sebagian besar properti berakhir di tengah laut gara-gara tidak kuat menahan terpaan angin—maafkan kami, ya, laut, karena tidak sengaja menyampah.

Sebelum ke Pulau Rakata, singgah dulu ke Gunung Anak Krakatau. Mengingat kemampuan fisiknya sudah tidak kuat berjalan dengan jalur menanjak, nenek suami hanya duduk di pantai, ditemani suami. Sementara saya, Ayah, Mama, membawa Rakata mendaki hingga level 5.

Setelah mengagumi panorama, kami lanjut naik speedboat menuju perairan di sekitar Pulau Rakata untuk snorkeling. Menjelang jam makan siang, baru, deh, menepi ke pantai Pulau Rakata, dan tepat pukul 12.17 (persis di jam kelahiran Rakata setahun sebelumnya), kami mengadakan ceremony tiup lilin. Iya, lilinnya cuma dipajang di atas roti sobek karena suami lupa membeli kue ulang tahun :D

Habis tiup lilin dan berdoa, lanjut makan siang di atas tikar dan batang kayu, dengan menu nasi bungkus warteg. Perayaan ultah yang sangat sederhana, jauh dari gegap-gempita, tapi bagi kami sangat berkesan!

Kekurangannya cuma satu: sepertinya semua lupa (atau tidak begitu peduli) bahwa di hari yang sama dengan ultah Rakata, saya juga ultah ke-28! Bahkan suami pun tidak beli lilin buat saya tiup, hahaha. Beginilah nasib kalau tanggal lahirnya barengan sama anak sendiri :D

 

 

Share Article

author

ameeel

http://ameeeeel.wordpress.com


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan