Beberapa orang tanya kenapa tweets atau status BBM belakangan ini galau. Biasanya mereka chat via BBM ato Facebook dan tanya apa semua baik-baik saja. Jawabannya ya dan tidak.
Hadiah terbesar untuk seorang ibu adalah kesehatan anaknya. That’s what I’ve learned so far. I’m fantastically happy and grateful for my daughter’s presence. Tapi, ada beberapa hal tentang Ubii yang perlu mendapat perhatian khusus di usianya yang 6 bulan 16 hari.
Sebagai orang tua, harus jeli mengamati pertumbuhan dan perkembangan anaknya dan harus rajin membaca so that when your kids happen to meet any obstacles in their development, you will be the first to know. Okay, lanjut. Jadi, setelah mendapati itu, saya mulai mengamati lebih serius. I started to tweet various doctors via Twitter asking if Ubii's okay, I began to observe other babies and their developments to compare, and I googled on if Ubii's condition is common for kids at her age.
Kadang jawaban-jawaban yang saya terima berbeda-beda dan membuat lebih bingung. Kebanyakan orang yang sudah berumur menjawab, "Ah, santai aja, anak-anakku semuanya gak ada yang bisa mengkurap nyatanya baik-baik saja," "Kamu jangan terlalu parno, distimulasi aja terus". -and so on, and so forth- But, deep inside, I knew that something was wrong. Akhirnya, suatu hari saya dan suami mengikuti seminar tumbuh kembang anak. Awalnya kami underestimate seminar tersebut karena rupanya seminar itu adalah ajang promosi susu formula (okay, misfokus). Ternyata ada satu hal bermanfaat yang kami dapat di sana, kami diajari cara mengobervasi perkembangan dan pertumbuhan anak dengan KPSP.
KPSP stands for Kuesioner Pra Skrining Perkembangan. KPSP berisi pertanyaan-pertanyaan sebagai acuan untuk mengamati perkembangan bayi dan anak. Untuk bayi, kuesioner tersebut dijawab oleh orang tua berdasarkan pengamatan sehari-hari. Jika jawaban YA berjumlah 9-10, maka perkembangan anak Sesuai (S), jika jawaban YA berjumlah 7-8, maka perkembangan anak Meragukan (M), dan jika jawaban YA berjumlah 6 atau kurang, maka kemungkinan ada Penyimpangan (P). Next, I began to ask myself those question. The result...jawaban YA berjumlah 6 saja. Berarti memang ada kemungkinan penyimpangan. Jadi semua kekhawatiran tentang Ubii ada pijakannya, bukan karena saya yang terlalu parno ataupun demanding. By the way, ini link kuesionernya, siapa tau ada yang butuh : http://tumbuhkembang.net/2008/09/13/kuesioner-praskrining-untuk-bayi-6-bulan/
After getting the result and being sure that there's something wrong indeed, I and my husband took Ubii to her doctor. Waktu ke dokter, saya membawa 'bekal' hasil KPSP tersebut. Dokter bertanya "Gimana TORCH-mu dulu?"
Apa itu TORCH? You can find it here http://childrengrowup.wordpress.com/2012/05/05/penanganan-terkini-infeksi-torch-saat-kehamilan/
TORCH, huruf R nya adalah singkatan dari Rubella, atau nama Indonesia-nya Campak Jerman. Malam setelah kami pulang dari dokter anak, tiba-tiba saya ingat bahwa sewaktu bekerja di pertambangan batu bara di Kalimantan Timur, saya pernah terkena campak. Yeah, the local doctor simply said 'campak'. He didn't use the term 'rubella'. Dulu, orang-orang lokal berkata bahwa saya sakit mungkin karena masih beradaptasi dengan tempat dan udara baru, jadi saya tidak usah terlalu khawatir. And, I was not worried then..
Malam itu, saya Googling ciri-ciri, gejala, dan gambar Rubella. Ternyata sangat cocok dengan apa yang dulu saya alami. I was scared. Apalagi di artikel-artikel kesehatan online disebutkan bahwa ibu hamil yang terinfeksi virus Rubella pada trimester pertama kehamilan risikonya bisa berat untuk bayinya nanti. To be sure, saya minta surat pengantar untuk tes darah untuk Ubii.
The result was... she's positive. Kadar ImG dan ImM dalam tubuh Ubii, reactive yang berarti memang ada virus Rubella dalam tubuh Ubii, bahkan jumlahnya cukup banyak. Tentu, sebagai seorang ibu, saya merasa sedih dan bersalah. Sebelum kami membawa Ubii untuk tes darah, kami membawa Ubii untuk USG kepala atas anjuran dan rujukan dokter anak Ubii. Ini merupakan jenis USG lain selain USG jantung, jadi kami sudah lebih santai dan tidak terlalu ngeri sengeri ketika Ubii pertama kali USG jantung.
Hasil USG kepala nggak terlalu bagus. The result showed that there's a part of Ubii's brain which is murky, whereas a normal child's brain will be clear and transparent. Dalam satu hari, Ubii menjalani USG kepala dan tes darah dan semua hasilnya nggak bagus :( I was very very devastated that day. I cried in front of the doctor and in the cab during our way home. I was, or we were, in denial.
Kekhawatiran tentang Ubii belum semua terjawab. Her not responding sounds and voices was still questioned. Akhirnya, setelah beberapa hari, saya membawa Ubii untuk bertemu dokter anaknya lagi dan saya meminta beliau untuk memberikan surat pengantar untuk tes BERA.
Tes BERA ini adalah untuk mencari tahu apa Ubii bereaksi terhadap suara. Syarat tes BERA ini, si bayi harus tidur. Jadi, hari itu, kami bawa Ubii jalan-jalan makan di kantin RS dulu supaya dia tidur. Di tengah-tengah tes, Ubii terbangun dan menangis. Jadi, saya gendong Ubii dan tes dilanjutkan dengan Ubii yang saya gendong.
Dan, lagi-lagi... hasilnya tidak bagus :( Telinga kanan dan kiri Ubii ternyata belum mampu mendengar tiga frekuensi dari yang paling rendah sampai paling tinggi. I cried again then. Sedih sekali. Ternyata benar apa yang ada di artikel kesehatan tentang Rubella. "Infeksi virus Rubella pada ibu hamil pada trimester awal kehamilan bisa membawa risiko cukup berat". Sejauh ini yang sudah dialami dan ditemukan Ubii, terkait dengan virus Rubella, adalah: kelainan jantung bawaan (PDA & ASD), ruam kulit, berat badan lahir rendah, lemas, rewel, gangguan pendengaran, dan keterlambatan motorik.
Dokter anak dan dokter syaraf umum membangkitkan semangat kami. Mereka bilang bahwa sebelum usia 2 tahun terapi obat dan fisioterapi masih dapat dimaksimalkan sehingga kemungkinan Ubii untuk sembuh masih sangat besar. Mereka juga berkata bahwa kami patut bersyukur karena kami bisa menyadari keadaan Ubii cukup dini sehingga penanganannya pun bisa dilakukan sesegera mungkin juga. Again, we were in denial.
Sekarang, kami mau optimis dalam megobati Ubii. Kami mau berpikir positif dan tetap semangat, karena Ubii pasti butuh kami untuk tetap semangat dan ceria dalam merawat dan mengobati dia. Well, anything can happen, I know. But, we choose to believe that God will NOT give us any problems bigger than our capability, He will supply, He will provide, and He will heal.
Saat ini dunia kedokteran juga sudah maju, jadi kami bisa berharap yang maksimal dari dokter, terapi, dan obat. Tapi, tentunya kami juga terbuka akan segala kemungkinan dan hasil akhir. But, whatever happens, Ubii will always be a daughter that I'm always proud of. Always. Everyday.
We now believe that everything happens for a reason indeed. Maybe now we haven't seen what that reason or plan. But I believe that we will for His plans are always wonderful at the end. So far, Ubii has taught us how to be parents, hopefully the good ones. Ubii has made us stop smoking, stop our bad habits, love our parents more, and pray more. Thus, I'm convinced that Ubii is trully a miracle for me and my husband. And, nothing will change the three of us. Oh, maybe it will change me a bit. I'll probably become a more and more protective mother for her.
I wrote this because:
[caption id="attachment_20317" align="aligncenter" width="600" caption="Ubii saat menjalani tes BERA"][/caption]
*gambar thumbnail dari sini