Sorry, we couldn't find any article matching ''
Yeay, It's A Girl!
Sewaktu hamil Rory, saya sudah punya feeling bahwa bayi yang saya kandung ini perempuan. Tentunya, saya nggak bilang-bilang sebelum bisa dikonfirmasi lewat USG. Nggak mau mendahului! Senangnya bukan kepalang ketika hasil USG dan dokter mengatakan kemungkinan besar bayinya perempuan. Alhamdulillah! Saya akan punya sepasang putra dan putri! Saya sudah membayangkan akan bisa mendandani bayi ini dengan pakaian imut serta lucu. Belum lagi aksesori seperti bando, pita yang sebelumnya tidak bisa saya pakaikan ke Aria. :D Terbayang pula nanti saya akan menemaninya main masak-masakan, dandan-dandanan dan segala aktivitas girly lainnya. Rupanya saya selama ini mati gaya bila main sama Aria. Soalnya, dia maunya main balap mobil!
Saat Rory lahir, mulailah saya menjalankan ambisi terpendam saya. Walau Rory rambutnya tipis, saya kekeuh memakaikan bandana kalau pergi jalan-jalan. In my defense, bandana ini buat penanda kalau Rory perempuan. Habisnya, secara tampang, Rory mirip sekali sama Aria dan kulitnya cenderung gelap sehingga sering disangka laki-laki! Saat membelikan baju, saya pilih yang ada detail girly seperti renda, ruffles, atau lipit. Biar manis, lah. Mainan? Tentu saja mainan perempuan yang dibelikan! Boneka beruang berbaju pink, rattle dengan warna pastel, dan sebagainya. Saya makin senang bukan kepalang saat ada acara pernikahan saudara. Bisa membelikan Rory gaun mungil bak putri!
Tak terasa, Rory sekarang sudah 18 bulan. Sudah bisa berlari dan bermain, tidak hanya digendong atau duduk. Namun, karena terbiasa melihat dan menemani mas-nya main, Rory jadi suka main mobil-mobilan! Benar-benar “tepok jidat” moment banget, deh. Saya juga bukannya nggak berusaha, lho. Saya mengajaknya main boneka, membaca buku, atau main dengan peralatan dandan milik saya (kalau ini, Rory suka). Tapi, entah kenapa Rory tetap mencari mobil-mobilan punya Aria! Mungkin karena hampir setiap hari Rory melihat Aria dan sepupunya, Jagesa (yang juga laki-laki) main mobil-mobilan, ia jadi tertarik. Apalagi Aria dan Jagesa mainnya semangat dan kelihatan seru. Mungkin Rory juga ingin merasakan keseruan itu.
Sekarang, setiap kali Aria sedang main mobil-mobilan, Rory pasti mau ikut. Dia akan mulai berusaha mengambil salah satu mobil-mobilan Aria. Biasanya, ini akan jadi sumber pertengkaran mereka. Aria masih sangat posesif terhadap barang-barangnya. Kecuali dia sedang bosan dengan mainan itu, mainannya tidak boleh dipinjam Rory. Ujung-ujungnya, Rory pasti menangis. Pusing, deh, mamanya. Karena Rory masih kecil, biasanya saya alihkan dia dengan mengajaknya memilih mainan lain yang diizinkan Aria untuk dipinjam. Tentu saja sambil bilang ke Aria untuk meminjamkan mainan yang sedang tidak ia gunakan.
Sepertinya, sebentar lagi saya akan menyerah. Saya akan belikan Rory mobil-mobilan sendiri, supaya tidak terus-terusan rebutan dengan Aria. Kasihan kalau Rory kalah rebutan terus. Nggak apa-apa juga, kan, anak perempuan main mobil-mobilan? Mungkin memang nasib saya, nggak bisa main masak-masakan sama Rory. Lagi-lagi harus main balap mobil ....
Share Article
COMMENTS