Sorry, we couldn't find any article matching ''
Cacar Air Sekeluarga
Bulan Juni lalu, kami sekeluarga tertular cacar air. Pertama yang kena si Ayah duluan, selang dua minggu kemudian giliran saya, deh. Hampir berbarengan dengan lesi yang muncul di saya, Dellynn dan Devan juga kena. Alhamdulilah Darris dan Dendra yang baru berusia 3 bulan waktu itu tidak tertular. Gejala yang muncul nampaknya bergantung pada ketahanan tubuh masing-masing. Pada si Ayah yang minggu-minggu sebelumnya habis lemburan di kantor, lesi muncul langsung banyak. Sementara saya yang lebih fit, hanya muncul sedikit lesi.
Untuk memastikan bahwa bintik-bintik yang muncul pada suami saya memang cacar air, saya cek mayoclinic.com dan menelpon teman sesama member Mommiesdaily, Faustomania. Faustomania pernah terkena cacar air sekitar setahun sebelumnya.
Suami saya juga mendatangi klinik dokter umum di dekat rumah supaya lebih pasti dan (bila perlu) mendapat resep. Sayangnya klinik tersebut kurang RUM (rational uses of medicine), ya, jadi selain bedak antigatal (salicyl), suami saya juga dapat 5 macam pil/kapsul yang tidak satupun ada keterangan nama maupun peruntukannya. Cuma ada dosis, jadwal minum, serta alamat si klinik. Suami saya juga ngga dijelaskan masing-masing pil tersebut untuk apa. Akhirnya pindah ke dokter lain baru dapat acyclovir kapsul dan salep. Acyclovir ini memang benar obat untuk virus semacam varisela dan kawan-kawan, tapi sebenarnya hanya efektif bila mulai digunakan dalam 72 jam sejak lesi pertama muncul. Sayangnya lesi biasa baru disadari saat sudah lebih dari 72 jam. O, ya lesi paling jelas biasanya di punggung ,ya. Walau lesi muncul sangat sedikit, di punggung biasanya pasti ada.
Cacar air umumnya bersifat ringan, tapi pada golongan berisiko tinggi dapat menimbulkan komplikasi seperti:
Kelompok yang berisiko tinggi adalah:
Buka-buka mayoclinic.com, gejala varisela memang lebih parah pada orang dewasa ketimbang pada anak-anak. Anak-anak juga lebih cepat hilang bekas cacarnya karena daya regenerasi kulitnya yang masih bagus. Dalam kondisi yang sangat parah, pada seluruh permukaan tubuh, termasuk permukaan organ dalam seperti usus, vagina, tenggorokan juga akan timbul lesi. Akibatnya bisa timbul perubahan tekstur feses (BAB), tenggorokan nyeri seperti radang, sariawan, dan rasa seperti ambeien bila lesi ada di sekitar anus. Tapi beda-beda munculnya tiap orang. Saya, yang bisa dibilang nggak terlalu parah cuma merasa lebih banyak lesi yang muncul di tenggorokan ketimbang daerah lain. Sementara suami, yang lesinya banyak di badan malah nggak muncul di tenggorokan.
Bekas cacar air juga lebih cepat sembuh dan hilang bekasnya bila lesi tidak terpecah/tergaruk. Agak susah, sih, memang jaganya, apalagi kalau yang kena anak kecil atau bayi, ya. Saya sendiri saja walau lesi yang muncul nggak terlalu banyak, sempat kecolongan juga nggak sengaja kegaruk. Nah, kita nggak lagi sakit aja kadang kesenggol nyamuk atau ada rambut lewat di dahi tahu-tahu refleks menggaruk, kan, apalagi yang memang gatal. Ternyata memang yang tergaruk itu jadi ngga sembuh-sembuh. Keringnya lama dan jadi luas bidang lukanya ketimbang lesi yang dibiarkan kering sendiri. Ada juga lesi yang bekas lukanya jadi dalam walau ngga pecah/tergaruk.
Tingkat keparahan cacar air tergantung kondisi badan saat tertular dan riwayat imunisasi. Dari kami berenam, Darris dan Dendra tidak menunjukkan gejala tertular. Darris, mungkin karena sudah vaksin, jadi tidak tertular. Meski demikian, vaksin tak menjadi jaminan, karena Dellynn pun sudah vaksin tetap tertular walau tidak separah Devan. Hanya muncul beberapa lesi, nggak lebih dari 15 buah. Devan agak banyak, karena ternyata imunisasi variselanya ketinggalan. Ada cukup banyak lesi yang muncul di Devan, mungkin juga dipengaruhi karena masih 3 tahun, jadi agak susah untuk dilarang garuk-garuk. Dendra, entah bagaimana nggak tertular juga. Mungkin karena daya tahannya kuat, mungkin juga karena ikut terminum obat cacar air yang saya minum. Saya baca memang 1% acyclovir dapat masuk dalam ASI.
Untuk Dellynn dan Devan saya hanya beri salep acyclovir, bedak salicyl, dan minum habbatus oil yang untuk anak. Saya sendiri juga selain minum obat cacar, sembari minum habbatus yang kapsul juga. Alhamdulilah, kami bertiga masih lebih ringan daripada ayahnya.
Rentang waktu cacar air sejak timbul sampai lesi kering sekitar 2 minggu. Minggu pertama kemunculan lesinya, minggu kedua keringnya. Sebelum munculnya lesi pertama, sebenarnya sudah tertular sejak 3-4 minggu sebelumnya. Inilah sebabnya mengapa ketika akan imunisasi varisela, dokter mengingatkan bahwa walaupun hari ini imunisasi, bisa saja cacar air muncul bila tertular dalam masa inkubasi tersebut. Jadi bukan berarti imunisasinya nggak mempan, tapi karena keduluan tertularnya.
Sekarang bekas cacar air sudah mulai memudar. Suami yang banyak di daerah muka jadi ke dokter kulit juga untuk dapat krim penghilang bekas cacar. Saya lihat-lihat ternyata sebetulnya isinya standar obat pemutih, hydroquinon, ditambah kapsul vitamin C dosis tinggi. Ada juga yang menyarankan masker parutan jagung muda, tapi dengan kerepotan sehari-hari seperti saya, nggak kesampaian, deh, bikinnya.
Sebelum UTS kemarin di kelas Dellynn sedang mewabah cacar air. Dalam seminggu, dari 10 anak di kelas, minimal 1 yang bergantian nggak masuk karena cacar air.
Hati-hati, ya, Mommies, pastikan anak-anak sudah mendapatkan imunisasi varisela untuk meminimalkan gejalanya.
sumber:
http://www.mayoclinic.com/health/chickenpox/DS00053
*gambar thumbnail dari sini
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS