banner-detik
PRETEEN & TEENAGER

Berpelukan Dengan Lelaki Kecilku

author

Pia23 Nov 2012

Berpelukan Dengan Lelaki Kecilku

Wah, kalau Hanif dan Aca membaca artikel ini, mereka pasti protes keras. Di rumah, mereka sudah saya berikan tanggung jawab karena mereka sudah bukan anak-anak lagi.  Hanif memastikan bahwa rumah dan pagar sudah terkunci rapat sebelum tidur dan juga menasihati adik-adiknya kalau mereka berulah. Sedangkan Aca, punya tugas mengajar matematika adiknya,  Kasih, yang masih kelas 4 SD.  Masih banyak lagi tanggung jawab tambahan yang saya berikan, setelah mereka berdua duduk di SMP kelas 7 dan 8.

Tapi, kali ini saya akan berbagi bagaimana saya berusaha agar mereka tetap dekat dan bisa bermanja-manja dengan saya.  Mungkin ada orang tua yang berpendapat, bahwa ketika anak lelaki sudah mencapai usia tertentu, mereka tidak boleh lagi dipeluk dan dicium.  Tapi menurut saya, ketika saya lansia nanti, bukan harta dan kemewahan, lho, yang ditunggu, tetapi peluk cium dan perhatian dari anak-anak.  Kalau tidak dibiasakan, wah, bisa-bisa masa tua saya habiskan dengan nongkrong di warung bakso langganan.  Sendirian.

Sejak masih kecil, Hanif dan Aca, nggak pernah absen minta digosok/digaruk punggungnya dan dipukpuk pantatnya buat pengantar tidur.  Pulang sekolah, habis bermain, mereka pasti saya peluk dan saya cium pipinya.  Bad day at school, berantem sama teman, kecapekan setelah beraktivitas seharian, pelukan nggak pernah absen.

Malahan waktu kecil, ketika mereka kehabisan tenaga buat ngerjain PR (atau malas), saya beri pelukan satu per satu sambil saya katakan, “Robots/Tigers/...recharge!”  Ritual pelukan sebelum tidur terkadang berlanjut dengan mengelus-elus tangan, pijit jemari dan dahi mereka.  Berhubung ke dua anak saya itu superaktif, pijatan-pijatan itu jadi semacam terapi untuk menenangkan mereka di waktu malam.  Nggak hanya di dalam rumah saja, di luar rumah kalau kita lagi jalan-jalan, saya juga biasakan minta digandeng.  Ihiy, ini memang Bundanya yang haus kasih sayang kayaknya.  Tapi so far, mereka jarang protes kalau saya gandeng, kadang-kadang malah mereka duluan yang gandeng tangan saya.

Nah, karena sejak kecil sudah terbiasa dengan terapi sentuh ini, Hanif dan Aca juga sudah nggak segan lagi untuk minta dipeluk waktu mereka lagi ‘down’, atau lagi kecapekan atau just because.  Memang level ekspresinya nggak sama; Hanif akan mendatangi saya dengan bilang, “Peluk”, sedangkan Aca yang suka jaim bakalan duduk dekat-dekat saya sambil bilang, “Aku capek/pusing/nggak enak badan/lagi sebel ....” Kalau sudah begitu, langsung, deh, saya peluk erat-erat dan saya gosok-gosok punggung mereka.  Setelah itu mereka biasanya melanjutkan kegiatan mereka lagi.  Memang benar kata bijak yang pernah saya baca, “A hug is worth a thousand words and the cheapest medicine”.

Kata siapa remaja pria nggak bisa mesra sama ibunya? :)

Share Article

author

Pia

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan