You Are a Daddy, Now!

Dad's Corner

sazqueen・20 Nov 2012

detail-thumb

Kadang kalau cerita soal tumbuh kembang anak, yang suka keserempet jadi bahan omongan adalah ibunya. Misalnya kita lagi membandingkan si anak sudah bisa apa kemudian berubah jadi apa yang sudah dilakukan ibunya untuk stimulasi anaknya. Suka terlewat bahwa ada satu individu lagi yang punya andil: si Ayah!

Kenapa terlewat? Kalau versi saya, karena suami saya ini punya pekerjaan yang suka menyita waktunya hingga tengah malam. Sehingga father-daughter time hanya saat weekend (JIKA tidak ada event pas akhir pekan). Dulu suami saya 'cuma' bantu sebatas memijat saya ketika saya ketiduran sewaktu menyusui, atau mengambilkan air putih jika melihat saya masih terjaga tengah malam setelah mengganti popok basah. Sudah itu saja, tidak seperti ayah-ayah kece yang seliweran di Twitter yang sering kasih tahu ke jagad raya kalau mereka baru saja memberikan ASIP, memandikan bayinya, atau mengganti popoknya. Ya, saya dapat suami yang begitu adanya.

Hingga suatu hari saat Menik berusia 4 bulan menangis dan ternyata tetap menangis ketika sudah digendong oleh dirinya merasa dirinya jauh dengan anak perempuannya. Rino bilang, "Anakku, kok, tetap (me)nangis kalau digendong Aku?" Walau saat itu lelah, Alhamdulillah pikiran saya cukup jernih untuk bilang, "Anaknya mau nyusu, bukan mau digendong" dan bukan bilang, "Lagian nggak pernah pegang anaknya, sih!"Tapi rupanya ini menjadi satu titik balik untuk hubungan suami dan anak kami. Sejak saat itu, Rino mau bangun pagi walau pulangnya pagi juga demi menyambut ocehan Menik yang belum jelas. Rino juga mau bangun pagi di hari Minggu untuk sesekali menemani berenang . Rino punya inisiatif untuk menggendong dan mengalihkan perhatian Menik sementara saya makan. Bahkan baru-baru ini Rino berhasil ngelonin Menik tanpa harus ada saya di samping mereka! Dan masih banyak lagi perubahan yang terjadi dan terkadang bikin saya heran.

Milestone ini saya anggap bonus buat keluarga kecil kami, mengingat saya tidak pernah menaruh ekspektasi apa pun dari laki-laki yang tadinya hobi main drum bersama band metalnya. Sekarang Menik yang sudah berusia 13 bulan, senang sekali jika jalan bergandengan tangan dengan ayahnya. Menik juga mulai tahu kalau ayahnya adalah tempat berlindung paling nyaman ketika ibu harus bertindak tegas. Menik juga sibuk gedor-gedor pintu kamar mandi ketika ayahnya sedang mandi, dan sampai sekarang, Menik juga selalu terlihat tidak rela jika sang ayah harus berangkat kerja dan jarang mau melambaikan tangan ketika ayahnya sudah memakai helm dan bersiap pergi, atau sibuk mengajak bermain 'ciluk-ba' seakan permainan itu bisa mengalihkan pikiran si ayah agak tidak berangkat kerja.

For me, Menik had her own way to remind her father about her existence. Kemarin saya iseng bertanya, kenapa dulu seperti takut sekali jika mau memegang Menik? Jawabannya: "Habis kecil banget badannya, ringkih gitu, kayak ayam tulang lunak!" HA HA. Yes, he is my husband and he is a daddy, now!