Setelah melahirkan Nadira hampir 4 tahun yang lalu, yang ada di kepala saya pertama kali adalah, pilih kontrasepsi apa, ya? Maklum, saya khawatir sekali jika Nadira kesundulan, alias saya hamil lagi saat Nadira masih berusia beberapa bulan. Saya nggak bisa membayangkan harus mengurus dua bayi sekaligus secara bersama-sama. Bisa pecah, deh, kepala saya *lebay*
Semua orang, terutama Mama, menyarankan saya untuk memasang IUD. Tapi saat saya baca-baca di internet, IUD lebih baik dipasang saat menstruasi, karena mulut rahim tengah membuka. Sehingga rasa sakitnya bisa diminimalkan. Padahal hingga dua bulan setelah masa nifas selesai, menstruasi saya belum datang-datang juga. Waduh, gimana, dong?
Oke, deh, daripada parno sendiri, akhirnya saya konsultasi dengan obgyn langganan dan juga bidan dekat rumah. Karena saya menyusui, saya pun minta agar kontrasepsinya tidak bersifat hormonal sehingga tidak memengaruhi produksi ASI saya.
*gambar dari sini
Dari konsultasi itu, saya diberi beberapa pilihan, antara lain adalah suntik 3 bulan, kondom dan pil KB untuk ibu menyusui bernama Pil KB Andalan Laktasi. Saya memilih yang terakhir karena menurut saya ini adalah pilihan sementara yang paling aman. Untuk KB suntik, saya melihat banyak sekali saudara atau tetangga yang tubuhnya “membengkak” karena memilih kontrasepsi jenis ini. Jadi deh saya coret dari daftar karena saya khawatir tambah gemuk (silly reason, I know). Sedangkan kondom kurang saya sukai karena agak repot, terutama dalam kasus “emergency”, if you know what I mean, hehehe .…
Meski begitu, sebenarnya saya deg-degan juga, sih, karena terus terang, saya ini pelupa banget. Sementara pil itu harus diminum secara rutin, setiap hari, mengikuti jadwal yang sudah ada. Untuk masalah ini, saya punya solusinya, yaitu alarm di ponsel. Setiap jam tertentu, setiap hari, alarm saya akan berbunyi sebagai pengingat agar saya minum pil.
Selama hampir 10 bulan, saya rutin minum Pil KB Andalan Laktasi dan Alhamdulillah, aman-aman saja. Tidak ada keluhan apa pun, termasuk untuk urusan produksi ASI. Memang, ASI saya nggak yang melimpah banget. Tapi cukuplah untuk menyusui Nadira langsung atau diperah dan disimpan.
Harganya juga murah meriah. Satu kaplet kalau tidak salah harganya nggak sampai Rp 15 ribu, untuk durasi 28 hari. Pil Andalan Laktasi ini terdiri dari 28 tablet yang mengandung Lynestrenol 0.5mg (hormon progestin).
Dari situs http://www.tundakehamilan.com/product_pilkb.html, saya mendapatkan beberapa informasi penting mengenai pil KB jenis ini. Di antaranya adalah:
Sedangkan efek sampingnya adalah sebagai berikut:
Bagi yang tertarik memilih pil Laktasi Andalan, perhatikan beberapa hal berikut ini:
Bagaimana, tertarik?