Masih saya ingat ketika Zahra berumur 8 bulan dia mulai bergabung dalam klub GTM dan GMM, alias Gerakan Tutup Mulut dan Gerakan Mulut Melepeh. Dan masih saya ingat pula betapa saya stres dan nggak santai menghadapi hobi baru Zahra itu. Rasa-rasanya sudah semua buku saya baca, sudah semua kiat yang saya praktikkan, sudah semua seminar saya ikuti tapi tetap saja saya merasa gagal dalam memberi makanan yang (menurut standar saya) gizinya mencukupi.
Sering saya merasa sangat iri kepada anak teman yang, kok, makannya gampang banget, jangankan dilepeh, diemut saja nggak. Semua makanan masuk, bahkan ibunya sampai melarang untuk makan lagi saking ini anak maunya makan terus. Weleh weleh .... Sungguh beda 180 derajat sama saya yang kadang untuk 1 kali makan sampai harus ganti menu 3x. Karena yang saya baca bahwa satu-satunya trik menghadapi anak susah makan adalah dengan variasi menu, padahal saya dari dulu gak suka masak. Klop banget, kan :D
Dulu cara saya memberi makan Zahra adalah dengan jadwal makan yang ketat, dan karena saya merasa Zahra makannya susah jadi saya rela menyuapi dia hampir 2 jam. Begitu pula dengan pengasuh di rumah kalau saya kerja. Sampai suatu hari tante saya bilang sepertinya cara saya salah.
Memang benar, sih, saking nggak santainya saya, saya sampai lupa dia hanya seorang bayi yang juga punya mood untuk makan, dan sedang mengenali seleranya terhadap makanan. Sampai suatu hari saya buka kembali buku The Baby Book dari Dr. Sears dan merasa tercerahkan dengan kalimat ini :
Kebiasaan makan yang tak menentu adalah ciri khas perkembangan normal anak-anak batita yang dipengaruhi suasana hatinya. Anak Anda makan dengan baik hari ini dan tidak makan sama sekali di hari lainnya. Dia begitu senang menikmati sayurannya kali ini dan menolak sayuran tersebut di lain hari. Namun bila Anda menghitung rata-rata jumlah makanan yang dikonsumsi anak Anda selama seminggu atau sebulan, Anda akan terkejut ketika mendapati bahwa pola makannya ternyata begitu seimbang, lebih dari yang Anda perkirakan. Mereka hampir tidak makan apa-apa pada satu hari tertentu, namun keadaan itu diimbangi pada kesempatan lainnya. Asupan gizi menjadi seimbang untuk periode waktu tertentu.
Sejak saat itu saya agak santai dengan jadwal dan menu makan Zahra. Saya jadi jauh lebih santai dan bisa menerima mungkin memang begitu pola makannya. Dan memang benar misalnya hari ini dia makan suapan bisa dihitung sebelah tangan, tapi keesokan harinya dia bisa makan banyak 3 kali dalam sehari. Jadi tenyata yang perlu diperhatikan adalah gizi mingguannya, bukan gizi harian.
Dan memang ternyata GTM dan GMM itu ada masanya. Alhamdulillah sejak Zahra umur 3 tahun dia jauh lebih gampang makannya. Dan saya mencoba untuk ganti cara makannya dengan :
Pagi ini Zahra bangun tidur dan melihat meja yang kosong, lalu dia nanya, “Lho, kok, mejanya kosong? Nggak ada makanan? Zahra, kan, lapar” Oalah, Nak, betapa terharunya Mama dengar kamu bilang lapar dan minta makan, mengingat selama kamu dari umur 8 bulan itu Mama jungkir balik mikirin gimana caranya kamu mau makan.
Tapi syukurlah hari-hari GTM dan GMM itu sudah berlalu, ternyata memang ada masanya. Mungkin seharusnya saya lebih santai dari dulu, ya. Jadi untuk Mommies yang kebetulan anaknya juga susah makan, yakinlah suatu hari nanti masa-masa ini pasti akan berlalu. Atau kalau Mommies sendiri ada trik khusus nggak untuk menghadapi si kecil yang susah makan?