Sorry, we couldn't find any article matching ''
Memerangi Kutu Rambut
Kutu rambut merupakan “wabah” yang akrab dengan saya sejak kecil. Pasalnya, mama saya hobi sekali mencari kutu. Karena rambut saya saat kecil botak, mama mencari “korban” anak-anak tetangga yang berkutu di rambutnya. Setelah rambut saya mulai banyak, mama pun mengambil biang kutu di kepala anak tetangga, dan menaruhnya di kepala saya. Jadi, deh, waktu kecil saya kutuan, meski Alhamdulillah nggak sering-sering banget.
Karena merasakan betapa nggak enaknya kutuan (gatalnya nggak nahan!), saya bertekad untuk tidak melakukan apa yang mama saya lakukan kepada anak saya kelak. Ealah, tahun lalu tiba-tiba di kepala Nadira ada kutunya dong. Awalnya, sih, karena saya lihat, dia selalu menggaruk kepalanya berkali-kali. Saya pun curiga. Kalau gara-gara ketombe, kayaknya nggak mungkin karena saya selalu menjaga kebersihan kepala dan rambutnya dengan mencuci rambutnya minimal sekali sehari.
Lalu saya pun mulai mencari-cari di antara rambutnya. Mimpi buruk saya benar-benar terwujud kala saya menemukan telur kutu yang sudah gabug (kosong) di antara helai rambutnya. Ih langsung lemas dan sebeeelll banget! Apalagi, karena saya tidur bareng dengan Nadira, otomatis saya pun pasti tertular.
*gambar dari sini
Seperti layaknya ibu-ibu era digital, saya pun langsung browsing tentang kutu rambut dan terutama, tentang cara membasminya. Salah satunya adalah di http://www.sehatgroup.web.id/?p=1283.
Di situ dikatakan kalau kutu rambut adalah penyakit yang paling sering diderita anak-anak setelah common colds. Terus, kutu rambut tidak melulu berasosiasi dengan faktor sanitasi, strata ekonomi, dan kondisi higienis. Wong di Eropa saja yang kebersihannya sangat terjaga, kutu rambut masih suka terjadi. Hati saya pun langsung merasa lega, hehehe…
O, ya di beberapa situs yang saya baca, dikatakan kalau kutu rambut tidak bisa terbang atau loncat. Ia hanya menular kalo kepala penderitanya bersentuhan dengan kepala lain. Jadi Mommies yang masih tidur sama anak, kalo anaknya kutuan, langsung basmi juga, ya, “penghuni” di kepalanya.
Untuk obat pembasminya, tentu sudah pada tahu dong soal obat kutu kesohor bernama Peditox. Tapi karena dikatakan Peditox ini agak keras, saya jadi ragu-ragu. Seorang teman saya, @menikmayca yang sedang pendidikan untuk mejadi dokter spesialis kulit dan kelamin, menyarankan saya untuk menggunakan scabimite cream yang mengandung permetrin.
“Cara pakainya oleskan di kulit kepala dan rambut, lalu tutup dengan shower cap atau handuk. Diamkan selama 10 menit. Setelah itu disisir pakai serit. Setelah 24 jam, baru dikeramas seperti biasa,” kata Menik.
Tapi, menurut Menik, scabimite ini nggak bisa dibeli secara bebas, alias harus pakai resep dokter. Ya, kalau kata saya, sih, coba aja ke apotek, dan tanya sama apotekernya. Siapa tahu boleh dibeli bebas hehehe .…
Untuk Nadira, saya dulu menggunakan jeruk nipis yang infonya saya dapat dari sebuah situs (duh, lupa nama situsnya). Sesuai saran, jeruk nipis itu saya/ART oleskan ke kepala Nadira setiap hari sebelum mandi dan keramas. Diamkan minimal 30 menit, bahkan kalo bisa lebih dari itu. Emang sih, jeruk nipis bikin kepala terasa gatal. Tapi alihkan aja fokus anak ke hal lain supaya dia betah. Selanjutnya, keramas rambut anak hingga bersih.
Selain jeruk nipis, rajin-rajinlah menyisir rambut anak dengan serit supaya telur kutu bisa terjaring semua. Lalu, cari kutu dan anak kutunya secara manual supaya bisa tersapu bersih. Kalau semua langkah-langkahnya dilakukan, Insya Allah masalah ini bisa selesai dengan cepat, kok.
Untuk mencari kutu secara manual, ajak anak ke lokasi yang terang. Selain mempermudah Mommies, kutu itu ternyata nggak suka tempat yang terang, lho. Jadi begitu Mommies menyibakkan rambut anak yang berkutu di tempat dengan sinar melimpah, pasti kutu-kutu itu akan lari mencari tempat yang gelap. Gampang ditangkap dan dimusnahkan kan? Selamat berburu! :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS