banner-detik
SCHOOL REVIEW

Taman Kreativitas Anak Indonesia, The School I Fell In Love With

author

puandinar24 Oct 2012

Taman Kreativitas Anak Indonesia, The School I Fell In Love With

Waktu Aidan umur 2 tahun, saya mulai school shopping untuk Aidan masuk playgroup. Saya memang memutuskan untuk tidak memasukkan Aidan ke playgroup dengan Aira dulu karena saya melihat karakter Aidan rasanya kurang cocok untuk playgroup tersebut. FYI, Aidan anak yang ekspresif dalam emosi maupun sikap dan ucapan. Jadi saya mencari sekolah yang bisa memandang hal-hal tadi sebagai potensi untuk dikembangkan, bukannya malah diredam.

Setelah ngobrol dengan beberapa teman, termasuk tetangga saya yang anaknya bersekolah di sana, saya tahu tentang Taman Kreativitas Anak Indonesia, atau TKAI. Nama yang panjang untuk sebuah sekolah, tapi terdengar appealing di telinga saya. I kinda hooked at ‘kreativitas’. Maka saya pun berkunjung kesana, sendiri. Kesan pertama yang didapat tentunya fisik sekolah. TKAI menempati sebuah bangunan rumah 2 tingkat yang cukup luas. Biasa saja, begitu yang pertama terlintas di kepala saya. Tapi halamannya luas sekali, dengan sebuah pohon besar di tengah-tengah berikut rumah pohonnya. I was hooked a little bit more at ‘halaman luas ‘. Lalu saya masuk ke dalam, bertemu bagian administrasi, Mbak Wati, yang melayani saya dengan ramah dan langsung mengajak saya berkeliling.

TKAI memiliki program Kelompok Bermain yang dibagi menjadi Kelompok Bermain Kecil (mulai usia 2 tahun) dan Kelompok Bermain Besar (mulai umur 3 tahun). Lalu diikuti kelas TK A dan B yang masing-masing ada 2 kelas. TB menempati lantai bawah sementara TK menempati lantai atas. Saat melihat ruang kelas TB memang terkesan kecil, tapi rupanya itu karena kebanyakan kegiatan dilakukan di ruang tengah yang lapang atau di halaman, ruang kelas biasanya hanya untuk kegiatan tertentu saja, seperti menggambar, menempel, dan semacamnya. Makan pun dilakukan di meja yang disiapkan di ruang tengah tadi atau di teras belakang.

Setelah melihat-lihat dan ngobrol sebentar, saya pun pulang. Waktu itu akhirnya dengan berbagai pertimbangan saya tidak jadi memasukkan Aidan ke TKAI, bukan karena kurang sreg, tapi karena saya merasa Aidan belum siap untuk sekolah seminggu 2 kali di sekolah yang jaraknya lumayan juga dari rumah.  Jadi kami akan menunda saja sampai Aidan berusia 3 tahun. TKAI pun masuk ke laci untuk sementara waktu, Aidan ‘main’ seminggu sekali di Tumbletots dekat rumah.

Mendekati Aidan 3 tahun saya mulai merasa anak ini butuh kegiatan lebih ‘bermakna’ dari yang ditawarkan oleh Tumbletots. Jadi saya buka laci dan mengeluarkan lagi TKAI. Saya pelajari programnya dengan lebih serius. Apa memang cocok buat Aidan. Lalu saya kunjungi lagi TKAI. Begitu saya bertemu bagian administrasi di meja depan, Mbak Wati langsung ingat persis saya sudah pernah datang. Okay, saya tambah naksir sama sekolah ini. Kemudian saya dijelaskan lebih lanjut tentang program sekolah yang menggunakan active learning dan multiple intelligence. Jadi anak akan dilihat dan dikembangkan secara utuh potensinya.  Dan salah satu pendiri sekolah ini adalah psikolog Rose Mini (Bunda Romy). Akhirnya saya setuju Aidan ikut trial.

Saat trial inilah yang bikin saya naksir beneran sama TKAI. Kuncinya adalah para ibu guru di sini yang meriah, ramai, dan nggak "jaim" sama sekali. Aidan juga langsung kelihatan nyaman di lingkungan TKAI. Walau sewaktu akhirnya dia mulai bersekolah di sini tentunya sempat ada drama 1 bulan nangis sebelum masuk kelas, Bu Guru selalu berhasil menangani dengan baik dan Aidan baik-baik saja berkegiatan di kelas setelah lepas dari saya. Banyak yang saya kagumi dari para ibu guru TKAI. Pertama, semua guru dari kelas TB maupun TK mengenal semua anak. Dari pertama masuk anak tidak pernah diberi nama, tapi Bu Guru cepat hafal nama anak-anak, hal kecil memang tapi berarti buat saya. Kedua, Bu Guru sangat komunikatif dengan orangtua. Kita bisa menghubungi guru di telepon atau datang ke sekolah kapan saja untuk membicarakan anak. Sepulang sekolah setelah anak diantar keluar, Bu Guru biasanya masih ‘lingering’ di depan, sehingga orangtua yang ada di sekolah bisa mengobrol dengan mereka. Bu Guru tidak pelit cerita soal kegiatan anak di sekolah hari itu, bahkan terkadang mengajak kita masuk untuk melihat pekerjaan anak. Jika ada masalah dengan anak juga tidak ditunda untuk dibicakan ke orangtua, tidak menunggu saat menerima rapor saja. Bu Guru juga nggak segan menegur orangtua, misalnya jika anak terlalu sering datang terlambat. Lalu yang juga saya kagumi lagi adalah Bu Guru di TKAI berani tampil. Kapan pun ada kegiatan yang menampilkan anak-anak, pasti Bu Guru ikut tampil, terkadang malah lebih heboh dan "gila". Jadi benar-benar anak diberi contoh untuk berani tampil. Bahkan saat pentas akhir tahun pun Bunda Romy ikut tampil dan biasanya justru yang paling ajaib gayanya. :D

Karena menggunakan multiple intelligence, bisa dipastikan TKAI melihat kelebihan dan kekurangan anak secara individu. Setiap anak pasti berbeda dengan anak yang lainnya. Seperti si Aidan ini yang tinggi sekali dalam soal verbal dan linguistik tapi butuh lebih dikembangkan dalam soal motorik dan sosial emosional. Di TK, ada 2 ekskul wajib yang diikuti anak, yaitu drum band dan sains. Sains ini selalu ditunggu anak-anak karena para kakak pengajarnya yang seru sekali. Terkadang mereka muncul dengan menggunakan kostum, dan setiap minggu di kelas akan dipilih 1 anak yang menjadi Kapten Sains, yang tugasnya membantu kakak pengajar membagikan perlatan untuk bermain sains. Karena TKAI adalah sekolah umum, makan ekskul Iqro ada sebagai ekskul pilihan. Selain itu di TKAI pembelajaran menggunakan tema yang berbeda setiap bulannya. Bukan hanya kegiatan, tapi dekorasi di penjuru sekolah juga mengikuti tema tadi.

Saat penerimaan rapor orang tua harus sabar mengantri. Karena Bu Guru akan cerita panjang lebar tentang perkembangan anak, dan meladeni pertanyaan apa pun dari orangtua. Jika di TK, kemudian orangtua juga akan mengambil rapor ekskul langsung dengan guru pembimbing tiap ekskul yang bertanggung jawab dengan kegiatan si anak. Lalu seorang psikolog juga siap, jika kita merasa butuh atau disarankan oleh guru untuk menemui psikolog.

Kelebihan lainnya dari TKAI adalah support system-nya. Ya, saya menyebutnya sebagai support system, dalam hal ini mulai dari bagian administrasi yang akan tahu persis Mommies orangtua dari siapa dan senantiasa menyapa anda, helper yang membantu segala kegiatan anak-anak, sampai tukang parkir yang membantu anak turun di depan sekolah. Mereka semuanya ramah, ceria, dan perhatian terhadap anak-anak dan orangtua. Soal penerimaan juga TKAI selalu konsisten dengan kuota tiap kelas dan batas umur anak.

Saya bisa mengoceh panjang jika bicara soal TKAI. Menulis ini saja rasanya masih banyak yang ingin saya ceritakan. Sekarang Aidan sudah TK B. Saya mulai sedih membayangkan Aidan meninggalkan lingkungan TKAI. Memilih menyekolahkan Aidan di TKAI adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya ambil. Kalau TKAI ada SD-nya, bisa dipastikan saya tidak akan pikr panjang untuk memasukkan Aidan kesana.

Taman Kretivitas Anak Indonesia

Jl. Arco Raya No. 24

Cipete Selatan, Jakarta 12410

021-7513281

 

Share Article

author

puandinar

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan