Penulis: @ID_AyahAsi
(Pandu Gunawan, Dipa Andika, Shafiq Pontoh, A.Rahmat Hidayat, Aditia Sudarto, Syarie Hidayatullah, Ernest Prakasa, Sogi Indra Dhuaja)
Penerbit: Buah Hati
Cetakan: Pertama, Juli 2012
ISBN: 978 602 8663 92 2
Tebal: 188 halaman
Harga: Rp.50.000,- (via Buah Hati Rp.42.500)
Di Indonesia, bapak-bapak masih dianggap tabu kalau berbicara tentang ASI. Padahal, jika kembali pada hakekat menumbuhkan generasi penerus berkualitas, maka keberhasilan pemberian ASI menjadi langkah pertama dan penentu, sudah sepantasnya menjadi tanggung jawab ayah dan ibu. Dari kesadaran itu, kemudian muncul gagasan gerakan Ayah ASI Indonesia. Gerakan yang diawali oleh 8 orang @ID_AyahAsi ini, menempatkan ASI sebagai hal penting yang wajib dipersiapkan dan direncanakan oleh para Ayah, tak kalah penting dari masalah pendidikan dan masa depan anak
Karena anak milik berdua, maka ASI juga tanggung jawab bersama. Kapan sebaiknya seorang suami belajar mengenai ASI? Saat masih lajang, Dipa Andika Nurprasetyo, satu dari 8 admin @ID_AyahAsi secara tidak direncana menghadiri seminar ASI. Dipa kemudian tergugah dan menyadari bahwa informasi seputar ASI sebaiknya dipelajari oleh calon ayah dan ibu sedini mungkin, bahkan sejak sebelum menikah agar persiapan menjadi lebih matang dan panjang (halaman 27 -41).
Peran ayah sebagai pelindung dan pendukung diperlukan pada hal-hal yang berpotensi menyebabkan kegagalan pemberian ASI, misalnya dalam menghadapi tekanan keluarga, mitos ASI, promosi susu formula, pihak medis yang tidak pro ASI, atau stres yang dialami sang ibu. Lingkungan keluarga seperti kakek, nenek, baby sitter, pembantu, dan semua pihak yang berada di sekitar ibu berperan penting dalam kesuksesan ASI eksklusif. Tidak mudah mengubah keyakinan orang lain. Orangtua generasi terdahulu banyak meyakini bahwa seorang anak tidak cukup hanya diberikan ASI, ia tetap harus diberi tambahan susu formula. Maka perjuangan ibu dan ayah pada titik kritis terutama pada 6 bulan pertama untuk meluluskan ASI eksklusif.
Tentang bagaimana menemukan rumah sakit ramah ASI dituturkan Pandu Gunawan pada halaman 55-69. Rumah sakit dan seluruh tim medis yang membantu kelahiran juga menjadi penentu keberhasilan ASI. Ciri rumah sakit pro ASI adalah mengajarkan ibu cara menyusui, menyediakan kelas ASI, mendukung ibu memberi ASI sesuai kemauan bayi, tidak memberi makanan selain ASI kecuali ada indikasi medis, tidak memberi dot atau empeng pada bayi, memahami aturan ASI ekslusif, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD),memiliki tenaga kesehatan yang memahami manajemen laktasi, dan bisa rawat gabung ibu dan bayi.
Praktik produsen atau distributor yang bekerja sama dengan bidan atau rumah sakit dalam melakukan promosi susu formula selama ini adalah hal yang umum terjadi. Pemerintah telah membatasi aktivitas promosi susu formula melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI Eksklusif. Perlu digaris bawahi, pemberian susu formula harus dengan resep dokter. A.Rahmat Hidayat menuturkan pengalamannya pada halaman 85-101. Saat bayi prematurnya kesulitan menyusu dan sang ibu sulit mengeluarkan ASI, saat itulah dokter meresepkan susu formula.Namun akhirnya Rahmat tidak jadi memberikan susu formula karena kemudian ASI sang istri dapat keluar ketika istri sudah merasa tenang.
Gaya penuturan para ayah ini sangat spontan dan khas pria. Mereka menulisnya dengan jujur. Contohnya, disebutkan salah satu keuntungan memberi ASI adalah pengurangan budget untuk membeli susu formula, dan itu artinya bisa digunakan untuk membeli gadget.
Data dan fakta penting seputar ASI, juga informasi dari para pakar ASI, dokter anak, dokter kandungan dan beberapa rumah sakit ramah ASI, disisipkan dalam buku ini sehingga menjadi sangat menghibur dan berbobot. Harapan @ID_AyahASI, semoga buku ini memberi kontribusi meningkatnya angka menyusui ASI di Indonesia dan semakin banyak bayi Indonesia yang mendapatkan ASI.
Para calon ayah dan ayah wajib baca buku ini, seru banget!!