Keuntungan RUM Dari Sisi Finansial

Health & Nutrition

Reliza Arifiani・25 Sep 2012

detail-thumb

Mommies di sini mungkin sudah banyak yang familiar dengan RUM? RUM atau Rational Uses of Medicines adalah penggunaan obat-obatan secara rasional. Di situs WHO pengertian RUM sendiri adalah: Rational use of medicines requires that "patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period of time, and at the lowest cost to them and their community". Lalu apa hubungannya dengan sisi finansial? Mari kita cek satu per satu, ya.

*gambar dari sini

  • Mendapatkan pengobatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Arti pengobatan yang tepat sangat luas. Misalnya, pengobatan yang tepat untuk anak-anak yang terkena virus batuk pilek adalah home treatment, yang berarti banyak istirahat, perbanyak asupan cairan (air putih), berendam di air hangat, dan lain.
  • Dosis yang memenuhi kebutuhan individual dan dalam waktu yang tepat. Jadi, jangan berasumsi ketika dokter meresepkan obat X pada kita karena penyakit A, lalu ketika kita terkena penyakit A, kita membeli sendiri obat X dengan dosis yang sama dan dalam waktu yang sama.
  • Mendapatkan pengobatan yang terendah untuk pasien dan komunitas.  Bahkan WHO pun menekankan pentingnya mendapatkan pengobatan yang berbiaya rendah yang paling mungkin didapatkan oleh masyarakat.
  • Jadi sebenarnya bagaimana pengaruh prinspi Rational Uses of Medicine ini di sisi finansial? Saya pribadi banyak. Yang pertama, adalah kunjungan ke dokter menjadi lebih rendah sehingga biaya rawat jalan bisa diminimalkan. Bukan pelit atau perhitungan, tapi ketika saya tahu guideline tanda kegawatdaruratan, saya tidak langsung panik dan setiap saat anak saya demam langsung ke rumah sakit. Yang perlu diingat, yang diobati adalah anak kita, ya, bukan rasa panik itu sendiri.

    Berikutnya adalah, biaya obat-obatan yang lebih rendah. Sebagai konsumen kesehatan, kita berhak tahu pilihan pengobatan yang paling tepat.  Misalnya saja, ketika anak kita yang demam membutuhkan paracetamol, maka pilihan merek dagang yang ada dengan pillihan harga yang beragam. Atau pilihan obat generik. Obat generik pada prinsipnya adalah obat tanpa merek dagang, oleh karena itu harganya lebih murah. Contoh saja, pembelian obat dengan kadungan antihistamin (untuk alergi) harga obat dengan merek dagang bisa 10x lebih mahal dibandingkan dengan obat generiknya.

    Yang tidak kalah penting adalah, pengurangan risiko terjadinya efek samping penggunaan obat, yang dapat berujung membahayakan jiwa. Penggunaan obat yang tidak tepat dan memberikan efek samping yang berbahaya,  dapat menyebabkan kita harus masuk rumah sakit untuk pengobatan yang serius. Dari sisi finansial, tentunya biaya yang dikeluarkan menjadi berlipat.  Kasus pada teman saya yang anaknya terkena steve-johnson syndrom setelah salah mengkonsumsi obat.  Akhirnya sang anak harus dirawat secara intensif di rumah sakit selama 5 hari.

    Oleh karena itu, sebagai Mommies yang cerdas, kita perlu melakukan hal-hal ini supaya kita tidak melakukan pengobatan yang  tepat bagi anak-anak maupun keluarga kita:

  • Mengerti guideline kesehatan
  • Pahami penyakit-penyakit yang sering terjadi pada anak berikut gejala yang mengikutinya. Saat ini, sudah banyak seminar edukasi yang mengajarkan guideline kesehatan ini. Atau membuka situs milik WHO atau Kidshealth.org.

    Kenali juga tanda kegawatdaruratan, supaya kita bisa ‘men-justify’ kepanikan kita. Contoh saja, ketika anak jatuh, kita tahu kondisi apa yang mengharuskan anak harus ke rumah sakit, atau tidak.

  • Membeli obat sesuai resep
  • Untuk obat yang bukan termasuk over-the-counter medicines,  HARUS selalu dengan resep dokter. Ingat ya, risiko yang sangat besar  ketika kita mengonsumsi obat – seperti antibiotik – tanpa diresepkan dokter, yang bisa menimbulkan penyakit lain yang justru bisa membahayakan jiwa.

    Gimana Mommies? Menjadi orangtua memang tak boleh berhenti belajar, kan :)

     

    *Penulis, Reliza Arfiani (Icha- @relizakodri) adalah Planer di QM Financial. Icha menyelesaikan S1 di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Indonesia. Kemudian meneruskan S2 di International University of Japan di Niigata, Jepang.