banner-detik
SEX

The Grey Phenomenon

author

irasistible14 Aug 2012

The Grey Phenomenon

Beberapa minggu lalu, saya dikirimi trilogi Fifty Shades oleh seorang teman kuliah. Saya yang minta, sih, karena saya baca di beberapa situs berita, novel ini lagi heboh di Amerika. Bahkan penjualannya konon melebihi buku laris Harry Potter. Wajar kalau jadi penasaran, kan?

Fantastisnya lagi, saya baca di berbagai artikel di situs berita (salah satunya di situs CNN ini), disebutkan trilogi yang terdiri atas Fifty Shades of Grey, Fifty Shades Darker dan Fifty Shades Freed ini menciptakan berbagai fenomena tersendiri dalam kehidupan rumah tangga serta sex life kaum perempuan. Wow!

*gambar dari sini

Setelah email datang, saya pun langsung melahap buku yang ada dalam format PDF itu. Menurut saya, sih, nggak ada yang istimewa dari jalan ceritanya. Untuk para pecinta novel romantis seperti novel-novel terbitan Harlequin, pasti sudah akrab dengan jalan cerita dalam trilogi Fifty Shades. Dua karakter utamanya juga sangat klise, yakni seorang pria sukses yang bertemu dengan wanita muda yang lugu, lalu jatuh cinta. Seluruh novel mengisahkan perjalan cinta mereka yang dibumbui dengan kisah seksual antara keduanya. Tentu dengan bahasa halus yang disukai wanita.

Yang agak berbeda, di novel ini, dimasukkan juga unsur BDSM yang, ehm terus terang, mind-blowing dan unconventional, hehehe… Tak heran di Amerika dikabarkan penjualan tali temali serta sex toys meningkat setelah booming novel ini. Dampak lebih luasnya, disebut-sebut akan ada generasi baby Grey, lho!

Dan seperti biasa, usai saya baca dan berbagi di Twitter dan blog pribadi, banyak yang minta dikirimi email ini. Saya pun mengirimkannya hanya dengan niat berbagi. Tanpa disangka, respons yang datang cukup membuat saya terkejut sekaligus gembira.

Salah satu teman saya, sebut saja namanya Mawar, mengirimkan email yang membuat saya terharu. Mawar amat berterima kasih dengan trilogi Fifty Shades yang saya kirim karena buku itu membantunya mengatasi masalah dengan sang suami. Menurut Mawar, setelah melahirkan, ia merasa bermasalah dengan sex drive-nya. Sang suami pun kecewa dan ini memicu berbagai problema lain antara ia dan sang suami. Bahkan, beberapa hari sebelum email saya datang, Mawar dan sang suami bertengkar hebat yang nyaris membuat mereka berpisah.

Setelah email saya datang, Mawar membacanya dan mengaku tergugah. “Gue jadi inget malam pertama dulu, Ra!” Sang suami pun kaget sekaligus senang. Kini, masalah-masalah yang ada di antara mereka mulai diselesaikan satu per satu karena masalah utamanya sudah terpecahkan. I’m so happy reading her confession! *air mata menitik*

Beberapa teman lain juga memberi komentar serupa. Tidak sefantastis Mawar, sih, tapi rata-rata mengaku membaca novel ini membuat mereka tergugah untuk berinovasi di ranjang. “My husband was very surprised and delighted because I took the lead. I asked him to blindfold me and so on. Biasanya kan gue yang manut-manut saja, Ra.”

Setelah saya pikir-pikir, pantas saja novel ini laris manis, ya. Efeknya ternyata cukup menggemparkan, lho. Di Amerika yang notabene lebih terbuka untuk urusan seks saja Fifty Shades masih menghebohkan dan dianggap sebagai buku yang menyuarakan isi hati wanita. Bahkan di sana terdapat kursus yang mengajarkan posisi-posisi seksual yang ada dalam novel tersebut.

Saya juga sempat berdiskusi dengan seorang teman wanita soal ini. Ia turut menyebarkan buku ini kepada teman-temannya dan mendapatkan reaksi yang positif. Salah seorang temannya bahkan mengaku baru mengetahui hebatnya orgasme setelah membaca buku ini dan mempraktikkan isinya. Padahal ia sudah menikah lebih dari 10 tahun! Kami pun yakin, sebenarnya masih banyak perempuan-perempuan bernasib sama di luar sana. Namun karena seks masih tabu di Indonesia, mereka tidak memiliki referensi tentang dos and donts-nya.

The conclusion is, be open minded kali, ya. Saya tahu, kok, memang agak memalukan, sih, baca novel erotis seperti ini, apalagi kalau di tempat umum. Makanya saya bacanya di versi PDF, hehehe .… Tapi meski isinya cemen, untuk referensi yang efeknya bisa membahagiakan kehidupan rumah tangga, kenapa nggak?

Apalagi dari beberapa artikel seks dan psikologi yang pernah saya baca, para ahli tidak melarang dan justru menganjurkan pasangan untuk membaca buku atau menonton film dengan konten seks. Terutama para pasangan yang sudah menikah lebih dari 10 tahun. Ini semata-mata untuk menyegarkan hubungan antara suami dan istri.

Dan berdasarkan pengalaman pribadi, perempuan biasanya malas dan jijik jika menonton film dengan konten seks. Makanya, saya paham kenapa Fifty Shades laris. Buku ini membuai fantasi kaum Hawa dengan kalimat-kalimatnya, dan membiarkan mereka bergairah dengan fantasi mereka sendiri.

So ladies, ready to blow your mind and fantasy? *wink*

Share Article

author

irasistible

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan