Sorry, we couldn't find any article matching ''
AIMI SulSel: You Are Not Alone :)
Menyusui .… Satu kegiatan bagi sebagian orang bahkan tidak perlu dijadikan diskusi, tidak menyusui pun anak bisa tumbuh sehat. Begitulah kondisi Makassar pada tahun 2008, saat saya baru pindah ke kota "daeng" ini. Menggendong bayi dalam rangkulan dibaluti selendang karena sedang menyusui merupakan pemandangan langka di sini.
Tidak seperti Jakarta, walaupun terkesan urban namun kesadaran menyusui jauh lebih tinggi; tempat umum yang menyediakan ruang menyusui hingga perusahaan yang sangat menghargai waktu kerja.
Saat menjadi ibu, saya bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk anak, sama seperti ibu yang lain. Di Jakarta saya dikelilingi orang yang informatif, yang dapat membimbingku menyusui; dokter yang Pro-ASI, tenaga kesehatan yang kooperatif dan teman-teman yang sudah menjadi ibu lebih lama dan berhasil menyusui bayinya. Saya tidak sendiri ….
Makassar bukan kota kecil, namun juga bukan kota yang besar di mana saat itu masyarakat mampu menembus informasi mengenai hal ini. Intervensi orangtua dan budaya masyarakat sehingga ibu yang baru melahirkan menuruti apa yang sudah dititahkan oleh orangtua kita, ibu kita. Banyak ibu baru bahkan tidak tahu kemana harus mencurahkan ketidak tahuannya.
Beruntungnya saya ketika itu, merasa bahwa saya berada di jalur yang seharusnya. Menyusui itu kewajiban, hak bayi kita. Beruntungnya ketika itu saya menemukan milis AsiforBaby.
Milis ini menjadi sarana di mana saya bisa mengetahui hal-hal baru tentang menjadi ibu baru. Membaca pertanyaan dan jawaban di milis membuat saya merasa bahwa apa pun kendalanya, selalu ada jalan, dan saya tidak sendiri.
Ingin sekali rasanya menyebarkan virus ‘ASI’ di Makassar, propaganda yang terbaik saat itu hanya dengan tetap menikmati menyusi dan memerah agar yang lain dapat mengetahui bahwa menyusui itu menyenangkan. Ternyata tidak gampang, membayangkan wajah orang yang berjalan di mal melihat kita bersandar di dudukan dan sibuk menutupi bagian dada demi tetesan cairan bayi kita. Membayangkan wajah orang-orang kantor yang melihat saya keluar dari toilet membawa botol berisi susu. Membayangkan saya harus memindahkan bahan makanan ke bagian kulkas yang lain demi koleksi botol yang berisi ASI perah untuk bayi saya saat ditinggal.
Mungkin banyak juga ibu menyusui bayinya, beberapa kali saya bertemu dengan ibu dengan bayinya jawabannya dalam aksen Makassar, “ASI ji ...”, apa yang mereka maksud dari kata itu “Hanya ASI saja selama 6 bulan?"? Ternyata tidak. Kesimpulan saya, ternyata “ASI ji..” berbeda, lho, dengan “ASI tok ....” Lalu apa yang harus saya lakukan untuk menyebar virus ASI ini? Saya hanya bisa mendengarkan, sesekali menjawab jika memang dimintakan pendapat. Melihat hal ini, keinginan keras untuk berbagi semakin besar. Bermula dari membantu anggota keluarga agar bisa berhasil menyusui dan kalangan teman-teman dekat. Rasanya tidak bisa diungkapkan saat seorang ibu datang padamu berkata, dengan aksen Makassar, “Ma kasih, ya, say. Kalau bukan kau yang kasi tauka se nda bisa menyusui mi ....”
Berawal dari kedatangan Farahdiba Tenrilemba, sekjen AIMI di Makassar. Saya dan salah satu teman seperjuangan, Mbak Cindy, mengadakan kopi darat mengundang teman-teman dekat yang sedang hamil dan baru melahirkan. Acara tersebut lumayan ramai dan menghasilkan antusias yang besar serta membawa pengaruh yang besar terhadap teman-teman yang saat itu masih ragu. Banyak ibu berhasil menyusui anaknya ekslusif setelah mendengarkan fakta-fakta tentang ASI.
Pembicaraan pun terjadi antara kami dan AIMI pusat yang memberikan kesempatan untuk membuka cabangnya di Sulawesi Selatan. Tak disangka dari kopi darat tersebut saya bertemu dengan teman-teman dengan pengalaman yang sama dan dengan perjuangan yang sama. Serasa menemukan soulmate yang selama ini saya cari, ibu-ibu muda yang mengagumkan, yang membuka diri untuk segala informasi yang terbaik untuk buah hatinya.
Persiapan hampir setahun akhirnya pada 11 Desember 2011, AIMI cabang Sulawesi Selatan diresmikan, “Akhirnya kami menjadi bagian dari AIMI." Memang dari saat pertama bergabung di AsiforBaby, saya sudah mulai jatuh cinta dan bedecak kagum betapa hebatnya ide ini dan wanita-wanita di balik itu. Di saat kami ibu muda yang tidak tahu ingin bertanya dan mencurahkan kebingungan kami, di saat berada di situasi yang sangat ‘limited’ di mana mitos-mitos masih menjadi satu bagian besar dalam pengambilan keputusan ibu dalam menangani buah hati.
Peresmian AIMI Cabang Sulawesi Selatan digelar selama dua hari dirangkaikan dengan Breastfeeding Fair ASIVaganza yang pertama di Sulawesi. Acara tersebut termasuk acara yang spektakuler di Makassar yang pembukaannya disambut oleh Ibu Wakil Gubernur Sulawesi Selatan dan peresmiannya oleh Ibu Walikota Makassar. Belum ada sebelumnya yang pernah membuat acara bertemakan breastfeeding di kota ini. Teman-teman yang berada di balik ASIVaganza adalah ibu-ibu muda yang juga menyusui dengan segala kerumitan dan kerepotan waktunya, berhasil membuat hal ini terjadi. Kumpulan ibu-ibu muda yang hebat, bukan hanya pengurus rumah tangga. Mereka adalah super woman. Ada yang bekerja full time di sebuah pemerintahan, wiraswasta, ibu rumah tangga, ahli desain. Bagi saya, mereka tidak hanya bisa membersihkan ompol bayi dan bekerja di kantor, semua punya andil dalam keberhasilan acara ini. Bangga bisa dipertemukan dengan wanita-wanita luar biasa seperti mereka. Semua ini karena kami punya keinginan yang sama untuk berbagi ilmu. ASI bukan isu biasa, ini menyangkut hak bayi kita, generasi kita.
Kelak, di kota ini tidak ada lagi, “ASI-ku basi ....”, “Bayinya lapar, berikan susu formula” atau “ASI-ku tidak cukup". Hanya ada “ASI yang terbaik untuk bayiku.” Semoga virus ASI ini menyebar ke seluruh wilayah Sulawesi Selatan, menjadi satu superbugs yang tidak akan berubah lagi menjadi satu pandangan langka.
Kelak, ibu dapat menyusui bayinya dengan selendang yang berwarna dengan bangga hati. Ibu dapat memerah ASI di kantor dengan leluasa dan berhasil memberikan secara ekslusif kepada bayinya.
Kelak, tidak ada lagi pemasaran susu formula secara bebas. Ibu bisa dengan leluasa memutuskan yang terbaik untuk bayinya tanpa interfensi dari pihak mana pun.
Kelak, semua bayi kita mendapatkan haknya, yaitu ASI ekslusif, the golden liquid.
@lelhyarief - Mommy brilian
Ketua AIMI cab. Sulawesi Selatan
Share Article
COMMENTS