@ID_AyahASI: Keuntungan Memberikan ASI

Dad's Corner

ID_Ayah ASI・05 Aug 2012

detail-thumb

Ini serius mau bicara soal keuntungan memberikan ASI? Hehehe. Dari sisi yang mana? Keuntungan anak yang diberikan ASI? Rasanya tidak perlu panjang lebar diulas, karena ASI bukan pilihan dan tidak bisa dibandingkan dengan cairan selain air susu seorang ibu. Dan argumen dilontarkan untuk melawan argumen lain yang setara; then it’s not in this case, don’t you think?

Mari kita mulai dari perhitungan yang paling sederhana: finansial. Hukum paling sederhana soal ini kira-kira begini, “Mana yang lebih menguntungkan? Bayar atau gratis?” Logika itu tidak memandang jenis kelamin, laki-laki atau perempuan, tahu persis jawabannya.

Keuntungan tambahan, terkait masalah keuangan, adalah soal alokasi. Pos kebutuhan rumah tangga tidak sekadar urusan sandang, pangan, dan papan. Kita tentu sangat paham, bahwa ada investasi lain yang tak kalah penting, yaitu pendidikan dan tabungan masa depan. Akan lebih menguntungkan jika profit finansial akibat pemberian ASI, dialokasikan untuk investasi jangka panjang ini.

Isu lain, untuk keluarga kelas ekonomi menengah, sampai rendah, hal di atas bisa jadi salah satu solusi menata cash flow rumah tangga. Tapi, untuk keluarga kelas ekonomi atas, nilai yang perlu dikeluarkan sebagai shortcut untuk meloncati lelahnya proses pemberian ASI, seolah tidak seberapa. Padahal, perspektif laki-laki yang bijaksana adalah mengatur alokasi dana secara efektif dan efisien. Prinsip manajemen ekonomi: dengan modal rendah, mendapatkan kualitas maksimal. That’s the true leader. Karena, dalam konteks ini yang “bicara” bukan hanya kapasitas, apalagi keberuntungan; tapi karakter. Laki-laki berkarakter, pasti lebih kuat.

Lucunya lagi, keluarga kelas ekonomi atas, yang cenderung menganggap remeh keuntungan finansial pemberian ASI, lazimnya berasal dari lingkungan yang berpendidikan layak dan baik. Manusia yang beruntung tumbuh dalam lingkungan itu, harusnya paham betul bahwa ASI adalah asupan terbaik untuk anaknya. Karena pendidikan, selalu mengarahkan manusia untuk tahu mana yang baik. Ketika meleset, mungkin ada yang salah dengan caranya mencerna pendidikan, apalagi dengan kualitas yang layak dan baik tadi.

Berikutnya, keuntungan memberikan ASI dari segi emosional. Proses menyusui bukan sebatas transfer cairan dari payudara ibu ke dalam tubuh si anak. Jauh lebih dalam dari itu, ada kesabaran yang diuji, ketahanan fisik yang ditempa, manajemen konflik, sampai pengembangan dan konsistensi teknik (pelekatan, pengaturan ASI perahan, dan lainnya); sebagai proses belajar yang membuat wawasan sepasang suami-istri semakin matang untuk menjadi orang tua, dan mendewasakan secara emosional.

Pemberian ASI bukan hanya soal bonding ibu dan anak, tapi juga ayah dan anak, serta ibu dan ibu. Saat ibu menyusui anak yang nyaman di dalam pelukannya, ayah yang memijat pundak si ibu di saat bersamaan; mungkin sambil menemani ngobrol tentang banyak hal. Lalu si ayah menggendong anak yang selesai menyusui, menyerdawakannya, memeluknya, membisikkan nyanyian pengantar tidur; adalah harmoni relasi manusia paling intim dan indah yang pernah ada. Momen yang tidak akan pernah bisa di-setting di luar masa menyusui.

Keuntungannya, mungkin tidak langsung dirasakan. Jika kita bisa segera memetakan keuntungan finansial, maka keuntungan emosional adalah investasi jangka panjang. Proses menyusui adalah communication training paling dasar dalam rumah tangga; antara ayah, ibu, dan anak. Mungkin, gantian ada yang mau menjawab, apa keuntungan pondasi komunikasi yang baik dalam sebuah hubungan? Apa pun bentuk hubungannya. Silakan.

@bangaip