Waktu saya hamil ke-2 dan ketahuan janinnya laki-laki (lagi), ada saja orang di sekitar yang sepertinya menyayangkan, karena menurut mereka itu kalau anak pertamanya sudah laki-laki, anak ke-2 pasnya perempuan. Biar sepasang, jadi komplit. Yeee, dikira sini mau mengembangbiakkan kambing butuhnya mesti sepasang? :D
Bagi saya yang memang lebih suka bergaul dan bersahabat dengan laki-laki, dikasih anak laki-laki lagi, mah, malah happy banget. Artinya punya sepasang pengawal selain suami, deh. Lagipula, dua anak berkelamin sama dengan umur berdekatan itu ... lebih irit! Hihihi.
Yes, apalagi kalau bukan urusan baju. Baju-baju Rakata yang sudah tidak muat tapi kondisinya masih oke, sudah pasti diwariskan ke Ranaka.
Berhubung Rakata adalah cucu pertama di keluarga saya maupun keluarga suami (bahkan cicit pertama juga), dulu pas lahir sangat kelimpahan kado baju dari sanak saudara. Sampai-sampai, kondisi mayoritas baju pun masih cukup baik karena jarang dipakai. Bahkan, ada juga yang masih gres dan labelnya belum dicopot. Terlupakan karena posisi menyimpannya agak ngumpet di pojok lemari.
Jadilah untuk Ranaka, saya dan suami hanya membeli baju ukuran newborn. Soalnya, sekitar sebulan sebelum sadar hamil lagi, kami baru saja menyumbangkan baju-baju newborn milik Rakata. Bukan, saya bukan ingin membatasi ingin punya satu anak saja, lho, ya. Tapi karena suatu hal, saya dan suami sepakat adiknya Rakata mau adopsi saja, dan adopsinya bukan yang newborn.
Akhirnya, ya, gitu, deh. Ranaka hanya menikmati baju baru pas baru lahir. Setelah itu, 70 persen pakai lungsuran Rakata yang disimpan setelah saya ngeh hamil lagi :D
*Kiri: Rakata Maret 2011. Kanan: Ranaka Juli 2012
*Kiri: Rakata November 2010. Kanan: Ranaka Juli 2012
*Kiri: Rakata Februari 2011. Kanan: Ranaka Juni 2012
Kasihan? Sudah pasti. Akibatnya, saya kadang diam-diam beli baju baru buat Ranaka meski akhirnya ketahuan suami dan diceramahi. Habis rasanya tidak adil melihat Rakata pakai baju baru terus, sementara Ranaka tidak (padahal, sih, anaknya juga tidak peduli, ya).
Dari pengalaman saya, urusan mewariskan baju dari kakak ke adik, sih, tidak ada masalah. Entah kalau anaknya nanti sudah lebih besar. Penyampaiannya tentu butuh trik agar Ranaka tidak minder atau bahkan merasa kurang disayang karena dapat lungsuran melulu. Atau mungkin, malah harus menghadapi ketidakrelaan Rakata yang baju favoritnya dipakai adiknya. Hmm, mungkin ada Mommies yang sudah punya pengalaman dengan anak yang lebih besar?
Yang jelas, sih, meski sering mewariskan baju Rakata ke Ranaka, saya berprinsip tidak akan mewariskan sepatu. Dari yang saya baca, setelah dikenakan dalam jangka waktu tertentu biasanya sepatu akan mengikuti bentuk kaki si pemakai. Jelas tidak nyaman bila lalu dipakai orang lain, ya? Apalagi jika kakinya dalam masa pertumbuhan dan pembentukan. Jangan sampai cuma demi irit, malah mengorbankan kenyamanan (bahkan keamanan) si adik. Setuju? :)