5 Hal Yang Wajib Diperhatikan Bumil Saat Traveling

Pregnancy

ameeel・20 Jun 2012

detail-thumb

Bisa dibilang, saya termasuk yang beruntung karena selama dua kali menjalani kehamilan tidak pernah sekalipun mengalami hal-hal yang umumnya dialami bumil, entah itu mual-muntah, hilang selera makan, atau kaki bengkak. Kondisi kandungan pun cukup kuat, tidak perlu dieman-eman berlebih.

Karena itu, jika rata-rata bumil baru nyaman traveling setelah memasuki trimester kedua, saya, mah, dari hamil lima minggu sudah asyik jalan-jalan. Memang, sih, pengalaman saya traveling saat hamil tidak banyak. Namun dari pengalaman yang ada, saya coba rangkum hal-hal yang patut diperhatikan, ya ...

1. Konsultasi ke Obgyn

Tanyakan apakah kondisi kita memungkinkan traveling? Jika ya dan ingin naik pesawat, minta dibuatkan semacam sertifikat medis atau surat pengantar yang isinya menjelaskan bahwa kondisi kita cukup baik. Sertakan juga keterangan mengenai vitamin dan obat yang mesti kita minum selama hamil.

Ingatkan obgyn untuk menuliskan usia kandungan kita juga. Tindakan ini berguna jika saat hamil bobot tubuh kita melonjak drastis melebihi batas kewajaran. Jangan sampai maskapai menolak menerbangkan kita karena mengira waktu lahiran sudah dekat (akibat tubuh bengkak banget), padahal bisa saja usia kandungannya baru 28 minggu, hehehe.

2. Kebijakan Maskapai

Beda maskapai, beda juga batas maksimal usia kandungan yang ditoleransi. Misalnya, nih, Sriwijaya Air membatasi usia kandungan maksimal adalah 32 minggu, Air Asia maksimal 35 minggu, sementara Qantas maksimal 36 minggu.

Perhatikan usia kandungan jika ingin traveling dalam waktu lama. Saya pernah nyaris ke Melbourne dalam usia kandungan 34 minggu untuk menghadiri pernikahan kakak. Tapi karena jadwal pulangnya terlalu mepet dengan batas usia maksimal kandungan, akhirnya memutuskan batal. Tidak lucu, kan, bisa berangkat tapi tidak bisa pulang :D

3. Lokasi Wisata

Jangan tiru kesalahan saya yang dua kali hamil, dua kali pula ke Ujung Kulon, lalu baru belakangan sadar bahwa Ujung Kulon ternyata merupakan daerah endemik malaria, ya :D

Kalau saya pribadi, sih, pada dasarnya memang tidak terlalu memusingkan lokasi wisata. Mau yang moderat, ayo. Mau yang agak adventurous, ayo juga. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Pilih sesuai selera dan sadar kemampuan tubuh saja.

Meski begitu, saya tidak menganjurkan Extreme Traveling Saat Hamil meski dulu pernah melakukannya, ya. Apalagi jika kehamilannya berisiko tinggi. Kalau nekat, ya, risiko ditanggung sendiri, hehehe.

4. Higienitas Makanan

Traveling dan wisata kuliner tidak dapat dipisahkan. Nah, menahan godaan untuk tidak jajan sembarangan ini yang sulit. Pernah karena penasaran dengan aneka es krim dan rujak pinggir jalan di Bangkok, saya kalap icip sana-sini, lalu berakhir dengan muntah dan diare sepanjang sisa liburan. Diagnosa dokter: gejala tifus. Jreeeng ...

Tidak seperti menahan godaan jajanan saat di luar negeri, menurut saya menahan diri di dalam negeri jauh lebih mudah. Thanks to reportase investigasi di TV yang sukses bikin parno buat jajan sembarangan :D

5. Jangan Maksa

Warning ini ditujukan khusus buat bumil yang tipe 'kejar setoran'. Maksudnya: dalam tempo waktu terbatas ngotot mau mengunjungi beberapa obyek wisata sekaligus. Ambisius.

Ya, jika kondisi fisik memungkinkan, sih, tidak masalah. Tapi saat hamil, apalagi kandungan sudah makin besar, biasanya tubuh lebih mudah capek. Sadar kemampuan tubuh sajalah. Jangan sampai karena cuma ngincer ingin foto dengan obyek tertentu (demi profpic BBM keren *uhuk*), jadinya kecapekan dan malah kontraksi dini.

Menurut saya, lima hal tersebut yang wajib diperhatikan. Mungkin Mommies mau menambahkan?