Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kehamilan Dengan Placenta Previa
Shock. Itu yang langsung saya rasakan begitu keluar darah segar sewaktu tidur siang, padahal usia kehamilan saya baru 30 minggu. Nggak ada rasa nyeri atau apa pun juga, bahkan pagi itu saya sempet beraktivitas. Sambil berusaha tetap tenang dan mengatur napas, saya langsung minta diantar suami ke RS.
Ternyata setelah diperiksa DSOG, saya mengalami placenta previa. Dari hasil googling saya nemu penjelasan: Placenta previa pada dasarnya adalah kondisi di mana posisi plasenta terlalu dekat atau bahkan menutupi serviks. Plasenta adalah organ vital yang menjadi jembatan antara ibu dengan bayi dan memberi suplai nutrisi melalui tali pusar janin. Mungkin pernah mendengar bahwa plasenta sebenarnya bisa bergerak, tapi dalam kenyataannya ia tetap berada di tempatnya. Namun uterus secara perlahan berubah dan mengembang seiring dengan bayi yang belum lahir, jadi posisi plasenta bisa berubah selama kehamilan.
*Gambar dari sini
Sebenarnya apa penyebab Placenta Previa? Menurut situs Majalah Kesehatan, penyebab placenta previa tidak diketahui, tetapi risikonya meningkat pada wanita yang:
Jika kondisi placenta previa terus berlangsung sampai saat kandungan semakin tua, dapat menyebabkan perdarahan dalam trimester ketiga. Bisa juga menyebabkan kelahiran dini yang membuat bayi lahir prematur. Jika plasenta menutupi seluruh serviks atau sebagian dari serviks saat akan melahirkan sulit diharapkan bisa melahirkan dengan normal atau jika terpaksa harus dengan bedah caesar.
Kalau usia kehamilan masih muda, hanya sedikit ibu hamil yang terancam komplikasi sampai persalinan, karena plasenta diharapkan masih bisa berubah posisinya ke arah normal. Perubahan letak plasenta pada usia kandungan masih muda ini juga masih mungkin terjadi karena jumlah cairan ketuban masih banyak dan memungkinkan janin bergerak memutar ke berbagai arah yang dikehendaki janin. Tapi pada usia kandungan tua, maka biasanya cairan ketuban akan semakin berkurang sampai menjelang masa persalinan. Nah, pada masa inilah biasanya placenta previa jadi bermasalah saat janin sudah berubah posisi namun letak plasenta tetap menutupi jalan lahir, sehingga sudah sulit untuk diharapkan kembali ke letak yang seharusnya. Masalahnya pada usia kandungan di trimester terakhir, cairan ketuban sudah semakin sedikit dan besar bayi sudah semakin memenuhi ruang rahim. Akhirnya perdarahan terjadi sejalan dengan perubahan pada serviks atau mulai melebarnya pembuluh darah kemudian pecah yang kemudian terjadi perdarahan, pada kasus saya jumlahnya cukup banyak sampai harus ditampung dengan wadah aluminium, bentuknya mirip seperti baskom.
Lalu bagaimana penanganan? Penanganan placenta previa tergantung pada letaknya:
Menurut DSOG saya mengalami keadaan placenta previa marginal, menutupi setengah jalan lahir. Namun yang melegakan, selama ini diketahui ibu yang melahirkan dengan kasus placenta previa tetap memiliki bayi yang sehat dan dapat tumbuh normal.
Dari awal kehamilan total 4 dokter yang pernah kita kunjungi, salah satunya adalah ahli fetomaternal dan ahli USG 4D, semuanya bilang kehamilan saya baik-baik saja dan normal. Ternyata memang saya punya plasenta aksesori (tambahan), jadi plasenta saya panjang dari atas hingga setengah jalan lahir. Mungkin memang terlewat karena dipikir plasentanya sudah di atas jadi aman. Nggak sangka kalau ternyata ada tambahan. Lalu apa yang harus saya lakukan?
Ternyata apabila saat itu pendarahan tidak berhenti terpaksa operasi sectio saat itu juga, padahal bayi baru berusia 30 minggu. Masih terlalu dini untuk keluar dari rahim, berat badannya pun belum cukup. Saat itu saya benar-benar kalut dan bingung, dan terus berdoa semoga Allah memberikan jalan keluar yang terbaik.
Alhamdulillah ternyata pendarahan berhenti. Operasi tidak jadi dilakukan. Saya benar-benar bersyukur. Setelahnya saya dianjurkan untuk bed rest total. Benar-benar total tidak beranjak dari tempat tidur, jika perlu buang air kecil pun menggunakan pispot di tempat tidur. Saya menyanggupi syarat-syarat dokter dan pulang ke rumah. Diharapkan dengan bed rest total, plasenta previa akan kembali ke posisi semula dengan sendirinya. Tapi kalau saya mengalami pendarahan lagi harus segera ke rumah sakit.
Akhirnya misi selanjutnya adalah menambah berat badan bayi secara ekstrem. Agar kepala bayi turun panggul dan mendorong plasenta ke atas sehingga jalan lahir kembali terbuka. Setelah 1 bulan lamanya saya berusaha keras menaikkan berat badan, dan ternyata selama 1 bulan itu hanya sanggup menaikkan berat badan sampai 4 kg saja, tapi saya bersyukur berat bayi mencapai target, yaitu di atas 2 kg.
DSOG saya yang tadinya hanya ingin kejar BB bayi sampai cukup lalu mau sectio (karena takut pendarahan lagi dan suplai makanan ke bayi terganggu) jadi berubah target. Jadi ternyata plasentanya sudah nggak menutupi jalan lahir, menurut beliau harus dicoba dulu kelahiran spontan/normal. Alhamdulillah. Saya senang banget. Melahirkan normal memang cita-cita saya, walau tidak terlalu ngotot juga, sih. Posisi plasenta masih di bawah, tepatnya di pinggir jalan lahir, jadi kalau saat melahirkan perdarahannya banyak harus pasrah untuk sectio. Apa pun asal saya dan bayi selamat saja, deh.
Memang tidak ada cara pengobatan khusus untuk placenta previa. Cukup bed rest saja dan apabila memang posisi plasenta tetap menghalangi jalan lahir sampai saat kelahiran, dokter akan menyarankan untuk sectio saja. Tapi memang Allah Maha Pemurah, saat minggu-minggu terakhir kehamilan kepala bayi saya sudah masuk panggul, berat badannya cukup, dan plasenta sudah kembali ke posisi normal, tidak menghalangi jalan lahir, sehingga saya bisa melahirkan secara spontan/normal.
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur saya ucapkan kepada Allah, rasanya bed rest total selama 2 bulan terbayar sudah sewaktu untuk pertama kalinya bertemu dengan Zahra. Pengalaman ini sungguh berharga, sejak saat itu saya jadi bisa menyemangati teman-teman yang hamil dengan placenta previa, bahwa mereka tidak perlu terlalu khawatir namun harus tetap waspada apabila mengalami pendarahan akibat placenta previa. Beberapa bahkan tetap bisa melahirkan secara spontan, namun yang terpenting adalah bisa mengantarkan bayi dengan sehat dan selamat ke dunia, apa pun caranya.
Share Article
COMMENTS