Selama hamil ini, saya merasakan berbelanja perlengkapan bayi di tiga macam toko:
Toko yang dilayani, misalnya seperti kebanyakan toko bayi di ITC—Jungle, Ocha Baby Shop, Baby & Co, dan banyak lainnya. Mommies pasti sudah familiar dengan sistemnya, ya. Kita tinggal duduk di depan counter, lalu menyebutkan apa saja barang yang kita butuhkan, dan sang pramuniaga pun akan mengambilkan. Keuntungannya, kaki tidak pegal, dan kita bisa dapat masukan kecil-kecilan dari para pramuniaga.
Toko swalayan, di mana kita harus memilih dan mengambil barang sendiri. Contohnya juga banyak, misalnya di Mothercare, Lavie, Birds & Bees, serta berbagai factory outlets, umumnya di Bandung.
Online shops. Saya yakin, Mommies pasti juga sudah amat sangat familiar dengan toko macam ini, hehehe.
Dari ketiga macam toko tersebut, saya paling suka dengan sistem swalayan. Mungkin karena saya nggak suka diintilin pramuniaga, dan pilih-pilih barang sendiri rasanya lebih lega dan bebas.
Maka apa rasanya ketika saya berkesempatan berbelanja di sebuah megastore khusus perlengkapan bayi? Sudah pasti superbahagia!
Bulan lalu, saya pergi ke Tokyo bersama suami. Niatnya, sih, jalan-jalan saja dan tidak berbelanja keperluan bayi. Namun saat sedang nge-mall di Odaiba dan Ikebukuro, saya nggak sengaja menemukan Babies R Us.
Mommies pasti tahu retailer mainan raksasa Toys R Us, kan? Nah, Babies R Us adalah “adiknya”, yang khusus menjual perlengkapan bayi, mulai dari newborn sampai toddler. Biasanya Babies R Us digabung dengan si kakak alias satu toko dengan Toys R Us.
Meski sudah lama ada dan cabangnya ada dimana-mana—mulai dari Singapura, Hong Kong, sampai Amerika, tentunya—ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Babies R Us.
Secara bentuk, Babies R Us ini persis seperti megastore yang biasa kita temui, misalnya, hypermart semacam Carrefour atau Giant. Tempatnya luas sekali, dengan puluhan rak, langit-langit tinggi, serta lampu neon terang benderang. Setahu saya, Babies R Us adalah salah satu toko perlengkapan bayi andalan para ibu di Amerika selain Walmart, Target, BuyBuyBaby, dan beberapa lainnya. Tingkat “pentingnya”, tuh seperti ITC di Jakarta, lah—rasanya lumpuh kalau tidak ada!
Barang-barang Babies R Us sudah pasti banyak dan komplit. You name it, they got it. Setidaknya di cabang-cabang yang saya datangi ini, ya, karena mungkin kualitas tiap cabang berbeda-beda. Saya menemukan perlengkapan bayi lucu, yang jarang ada di toko-toko sini (kecuali OLS), misalnya.
Boon Grass and Lawn Drying Rack
Puj Tub
Lalu karena ini adalah Babies R Us Jepang, banyak merek dan barang-barang yang mungkin tidak ada di cabang negara lain. Misalnya, kimono versi bayi ini. How cute is this?!
Banyak juga kosmetik bayi, popok, perawatan ibu, makanan bayi, serta susu formula merek Jepang yang tidak pernah saya dengar sebelumnya. Sebagai penggemar kosmetik Jepang, saya sangat tergoda untuk borong toiletries bayi di sini. Sayang, tulisannya semua dalam bahasa Jepang. Hampir tidak ada tulisan latinnya sama sekali. Daripada tebak-tebak buah manggis, akhirnya batal saja, deh. Padahal variannya banyak banget.
Tapi kalau mau cari barang merek Jepang yang sudah kita kenal, Babies R Us Jepang adalah surganya. Saya menemukan banyak sekali sepatu Aprica, Combi, juga carseat, dan stroller merek-merek tersebut.
Soal stroller dan carseat, Babies R Us Jepang tampak cukup setia dengan merek lokal. Sepanjang mata saya memandang, hanya ada sedikit merek-merek Eropa yang umumnya digilai di Jakarta, seperti Quinny atau Silver Cross. Merk Jepang tetap mendominasi, dengan model-model yang tentunya lebih beragam daripada di Indonesia.
Begitu juga di jalan-jalan Tokyo. Rata-rata ibu-ibu membawa bayi mereka dengan stroller atau pram merk lokal. Beberapa kali saya melihat, kalau ada yang membawa stroller merk Eropa, biasanya langsung sekelas Stokke *ngiler* Memang, kalau saya perhatikan, stroller Jepang sudah disesuaikan dengan medan jalanan, fasilitas umum, serta proporsi badan orang atau bayi Asia: kecil, ringan, ringkes, dan antiban besar.
Harganya variatif. Beberapa merek internasional—seperti sepatu Adidas dan Puma—tetap mahal, dengan kisaran antara Rp350,000-450,000. Meski demikian, koleksi merk Babies R Us-nya sendiri cukup murah, terutama baju-baju dan layette. Tidak semurah ITC, tapi bisa setengahnya Mothercare, kadang lebih murah.
O, ya, di sini hampir tidak ada pramuniaga yang melayani, lho. Rata-rata mereka sibuk dengan tugas inventaris mereka, atau siaga di kasir. Bahkan di rak sepatu anak-anak, ada bel yang bisa dibunyikan kalau kita perlu bantuan mereka. Mungkin ada Mommies yang tidak suka dengan sistem ini, tapi bagi saya yang lebih suka ngulik sendiri dan tidak suka diintili pramuniaga, this is heaven :D
Kesimpulannya, saya suka sekali berbelanja perlengkapan bayi di megastore seperti ini. Nggak harus di Babies R Us, ya. Retailer-nya, sih, bisa apa saja, tapi pokoknya, kalau ada yang mau buka toko perlengkapan bayi di Indonesia dengan konsep begini, pasti saya dukung!
Bagi mommies yang berencana ke Tokyo dan ingin berbelanja perlengkapan anak dan bayi, konon ada megastore yang jauh lebih dahsyat lagi—Akachan Honpo. Happy shopping!