Sorry, we couldn't find any article matching ''
Serunya Liburan Keroyokan
Entah siapa yang memulai tapi keluarga besar saya hampir selalu pergi berlibur bersama. Ya, sepanjang ingatan saya akan berlibur ... hampir pasti dihabiskan bersama keluarga besar (mama): ada Om, Tante, dan para sepupu. Ternyata ketika saya bertemu keluarga suami ... kebiasaan mereka pun sama. Malah lebih heboh karena jumlahnya superbanyak (suami adalah anak ke-8 dari 9 bersaudara), haha. Tak perlu banyak adaptasilah untuk saya masuk ke rencana berlibur ala mereka.
Dulu, waktu para sepupu saya masih kecil, keluarga kami sering sekali pergi berlibur bersama. Target lokasi adalah area wisata yang seru aktivitas anak-anaknya. Begitu anak-anak beranjak besar, waktu menjadi kendala ... maklum masing-masing sudah punya rencana sendiri. Untuk mengakalinya, Tante saya (EO resmi liburan keluarga) pilihkan lokasi yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, yang penting adalah keluarga bisa berkumpul bersama. Biasanya, sih, ke Bandung. Sekarang, setelah ada Igo (3 tahun) para kakek-nenek tambah semangat ajak kami liburan. Maklum cucu pertama di keluarga besar.
Liburan keroyokan begini tentu ada plus dan minusnya. Berikut yang bisa saya share, ya:
PLUS
-Banyak pengasuh dadakan. Pastinya! Saya dan suami bisa lebih santai karena Igo pasti ditanggap kanan-kiri. Hahaha. Dari mulai makan di restoran ("Atu mau duduk dan makan sama Wowo (Mak Uwok, panggilan untuk tante saya, red)") sampai waktunya mandi ("Ibu, atu mau mandi sama Nenna (mama saya, red)"). Mantap, kan?
-Lebih hemat biaya. Walaupun pasti urunan atau patungan untuk pos tertentu, tapi biasanya ada saja rezeki-rezeki mendadak seperti makan tiba-tiba gratis karena salah satu Om traktir. Hihi.
MINUS
-Pengaruh lingkungan lebih besar. Biasa, deh, ya kakek-nenek cenderung mengiyakan kemauan anak kecil. Mau nggak tidur siang sampai cranky nggak jelas? Boleh. Mau mainan kereta padahal di rumah sudah punya yang mirip? Boleh, tinggal tunjuk mau dibelikan sama kakek-nenek yang mana. Aduh biyung. Belum lagi kalau isengnya pada kambuh ... Igo yang cranky karena kurang istirahat diledek terus sampai nangis. Udahannya pada kabur alias nggak mau tanggung jawab menenangkan Igo. Kalau poin ini, sih, bergantung dengan pintar-pintarnya saya dan suami "mengendalikan" Igo juga mengingatkan pada kakek-neneknya kalau masih ada rambu dari kami yang harus diterapkan walaupun kondisinya lagi berlibur.
-Perubahan jadwal. Walaupun keluarga kami cukup bisa bertoleransi dengan jadwal Igo tapi kadang ada beberapa hal yang tidak bisa disesuaikan misalnya waktu berangkat. Belum lagi kalau ada perubahan rencana mendadak, jadwal makan atau tidur bisa sedikit mundur. Tapi sejauh ini, sih, tidak jadi masalah. Igo harus bisa beradaptasi jugalah.
-Hampir tidak ada waktu pribadi alias waktu untuk keluarga kecil kami. Biasanya saya mengakali hal ini dengan menyelipkan satu sesi pergi bertiga saja, entah hanya untuk sekadar makan atau mengunjungi tempat wisata yang seru untuk anak-anak.
-Suara terbanyak. Hihihi ... kalau ada perbedaan pendapat biasanya diselesaikan dengan melihat suara terbanyak dari pilihan yang ada. Nah, kadang, kan, keputusannya kurang sesuai dengan keinginan kita.
Tapi tentu saja sisi minus tidak lantas membuat kami kapok dengan rencana liburan keroyokan karena kebersamaan yang terjalin saat itu membuat semua sisi minus di atas jadi lebih mudah dijalani. Kalau Mommies gimana, nih, apakah ada yang punya tradisi liburan di keluarga besarnya? Atau lebih suka berlibur hanya dengan keluarga kecilnya saja? Cerita dong :)
Share Article
COMMENTS