Dunia maya khususnya jejaring sosial, sekarang bukan hanya sebagai ajang eksistensi saja, berbagai informasi pun dengan mudah bisa didapat di jejaring sosial. Coba saja, nih, berapa banyak yang lebih sering bertanya di Twitter dibandingkan dengan meng-Googling sebuah informasi?
Nggak hanya informasi jalan raya, diskon produk, banjir, gempa bahkan sampai kesehatan anak pun tinggal send twit dan mention ke akun-akun yang bersangkutan. Urusan kesehatan anak, selain @mommiesdaily *ahem-ahem* banyak sekali dokter-dokter anak yang membuka akun twitternya dan rajin menjawab berbagai pertanyaan dari follower mereka. Bahkan, nih, mereka konon tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Twitland (IDAT) yang digagas oleh dr. Ardi Santoso, SpA. Mkes (@dr_ardi yang aktif sejak 12 agustus 2011), dari RS Kasih Ibu Solo. Selain dr. Ardi, saya juga mewawancarai dr. Wiyarni Pambudi atau lebih populer dengan nama @drOei yang aktif di Twitter sejak November 2009.
@drOei: Awalnya cuma karena ingin follow akun yang lucu-lucu, berita dan info kesehatan buat selingan bacaan. Boleh dibilang saya hampir nggak pernah nge-twit sampai ±1 tahun, kecuali balas mention teman. Sampai suatu saat, gara-gara bahas tentang ASI dan di-RT ibu dokter @as3pram, jadi tambah follower dan datang berbondong-bondong pertanyaan seputar kesehatan anak juga menyusui.
@dr_ardi: Twitter sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat, semua orang segala usia pasti memilikinya. Dengan adanya hal ini tidak salahnya kalau dokter anak juga memiliki akun Twitter sebagai sarana untuk bisa dekat dengan masyarakat, memberikan hal promotif edukatif kesehatan anak, bukan untuk saran bergalau ria, ya. Kita juga harus tanggap dengan tuntutan zaman saat ini, di mana penyuluhan sudah tidak melulu dilakukan seperti zaman dulu. Dengan Twitter akan menjadi hal yang efektif untuk penyuluhan edukatif promotif kesehatan anak.
@drOei: Dibawa santai saja, kalau senggang (seringnya, sih, saat terjebak macet, maaf, ya, jangan dicontoh) buka Twitter dan menjawab mention sebisa saya. Ikut senang kalau ada tweeps yang mengabarkan kemajuan anaknya, berhasil 'lulus' kasih ASI, dsb. Apalagi kalau avatarnya bayi yang unyu, makin gemas, deh. Ahahaha.
@dr_ardi: Sangat senang sekali, karena niat awalnya memang untuk seperti ini. Dari pertanyaan mereka saya juga lebih mengerti ternyata banyak banget hal-hal yang sederhana yang tidak diketahui oleh masyarakat.
@drOei: Jujur saya sedih, banyak sekali pertanyaan 'naif' yang menunjukkan betapa orangtua yang "kelasnya" sudah aktif di Twitter, tanggap teknologi internet, ternyata masih 'gagal paham' soal layanan kesehatan rutin seperti pemantauan tumbuh kembang, imunisasi, perawatan anak sehari-hari, dsb. Belum lagi kalau ada curhat tentang pengobatan yang tidak sesuai dengan kaidah ilmu kesehatan. Kampus kedokteran dan institusi pendidikan kita rupanya mencetak nakes yang 'kreatif' memodifikasi tatalaksana gangguan kesehatan. Dengan keterbatasan saya, mudah-mudahan usaha menjawab pertanyaan seputar kesehatan anak bisa sedikit membantu mengurangi kebingungan dan kepanikan mereka yang bertanya. Nah, kalau yang bisa pakai gadget saja masih 'gagal paham' bagaimana lagi yang belum terjamah akses infokes?
@dr_ardi: saya layani saja, kadang kalau berulang saya suruh baca di situs saya: www.drardisantoso.com. Hal ini secara nggak langsung mencerminkan tidak meratanya pendidikan untuk pengasuhan anak di Indonesia.
@drOei: Ya, itu sangat bisa dimaklumi, kan? Setiap ada kesempatan interaksi tentu akan dimanfaatkan untuk bertanya dan berbagi, termasuk di dunia maya. Masalah kesehatan yang ringan dan umum mungkin lebih cocok didiskusikan via Twitter, bukan problem yang spesifik atau kasus sulit--apalagi--gawat darurat.
@dr_ardi: Senang sekali, karena Twitter dapat dijadikan sarana penyuluhan promotif edukatif kesehatan anak buat masyarakat. Dengan semakin banyaknya follower, harapannya masyarakat jadi lebih pintar dan tidak tersesat oleh isu-isu yang kadang tidak bertanggung jawab.
@drOei: Mungkin karena sudah 'terpuaskan' cuap-cuap di alam nyata, saya jadi nggak terpaksa 'ngerem' curhatan pribadi. Twitter buat saling sapa, edukes, dan berbagi info (plus update hot issues, tentunya haha!).
@dr_ardi: Tidak untuk bergalau ria,murni untuk sarana edukatif promotif kesehatan anak,dengan menggunakan kalimat yang dimengerti masyarakat.
@drOei: Buat saya pribadi jadi semacam 'uji kasus', harus kreatif menemukan jawaban yang mengena dalam 140 karakter. Tentu saja manfaat lain, jadi 'ketemu' dengan para dokter anak yang gemar berkicau di Twitter, sampai ada "Ikatan Dokter Anak Twitland" yang dipelopori @dr_ardi dari Surakarta, hehehe.
@dr_ardi: Masyarakat jadi lebih mempunyai pengetahuan untuk pengasuhan anak di rumah. Saya bisa lebih dekat dengan masyarakat,bisa mengerti apa yang di minta masyarakat. Sepandai-pandainya kita,setinggi-tingginya ilmu yang kita punya,tidak akan ada artinya kalau kita tidak bisa bermanfaat buat masyarakat.
@drOei
@drOei: Twitter (seperti media sosial lainnya) bisa dioptimalkan untuk menambah wawasan, salah satunya tentang kesehatan anak. Namun terbatasnya informasi di linimasa sebaiknya diimbangi dengan mencari referensi yang lebih lengkap, supaya pemahaman perawatan kesehatan anak makin komplet.
@dr_ardi: Twitter adalah sarana untuk promotif, edukatif bukan sarana untuk MINTA OBAT. Pintar-pintar memilah mana akun Twitter yang bisa dipertanggungjawabkan.
@dr_ardi: Hehehe maunya bisa diseriusin, tapi ini tidak mudah karena tidak semua orang bisa sama persepsi dengan kita. Ke depannya bisa dijadikan komunitas dokter anak di Twitland, agar kita bisa lebih bisa merapatkan barisan, untuk meningkatkan promotif edukatif kesehatan anak di masyarakat.
Untuk menghindari efek negatif Twitter ini, jangan sampai Twitter dijadikan ajang minta obat, karena kita tidak memeriksa langsung. Twitter hanya untuk sarana promotif edukatif. Adakalanya edukasi itu mengalahkan obat. Untung saya bertemu dr. Oei dan dr. Piprim di Twitter, Insya Allah persepsi kami mengenai masalah pemanfaatan sosial media sebagai sarana penyuluhan promotif edukatif kesehatan anak buat masyarakat sama.
Meski saya di RS Kasih Ibu Solo, dan single fighter from Solo, hal ini tidak menghalangin langkah untuk maju. Saya nggak mau kalah sama yang di Jakarta dong, haha. Bahkan banyak yang mengira saya dari Jakarta. Jika tidak ada perubahan, saya berencana untuk bertemu dengan dr. Piprim dan dr.Oei untuk kopdar karena selama ini hanya ketemu di Twitland. Haha. Kami juga akan membahas beberapa hal, semoga semua bisa menjadi sesuai seperti yang diinginkan. Mungkin Twitter ini "sepele" tapi jika dijalani dengan serius akan sangat bermanfaat buat masyarakat. Mudah-mudahan bisa juga jadi inspirasi dokter anak di Indonesia..
Nah, gimana, Mommies? Sebagai orangtua, kita harus terus belajar, kan? Manfaatkanlah semua media yang ada. Tunggu apa lagi? Go and follow them!
*gambar thumbnail dari sini