Sorry, we couldn't find any article matching ''
Anak Itu Menangis Sendiri…
Akhir Desember 2011 lalu, saya diajak sahabat untuk ikut dalam ‘wisata jiwa’, Saya diajak ke panti asuhan balita di daerah Cipayung yang bernama Panti Asuhan Tunas Bangsa.
Saya menulis ini tidak bermaksud riya’ dan sombong, melainkan karena seumur hidup baru kemarin itu saya menginjakkan kaki di panti asuhan. Saya hanya ingin berbagi bagaimana rasanya.
Ketika saya datang, saat itu sudah sore, suasana panti asuhan cukup ramai. Bersama sahabat, saya mulai mengangkut sumbangan yang berhasil dikumpulkan seperti susu, pospak dan beragam kebutuhan lainnya. Ada daftar sumbangan yang harus diisi berikut tanda terima yang sudah disiapkan oleh pihak panti. Di daftar kami lihat ada yang menyumbang uang 5 juta, 8 juta, glek … sempat malu juga dengan sumbangan sendiri yang belum sebanyak mereka :P
Panti Asuhan Tunas Bangsa dibagi oleh beberapa ruangan dan kelompok. Dimulai dari kelompok 0-6 bulan (di sini mata saya mulai berkaca kaca seraya berpikir, kok, tega ada yang membuang anaknya sehabis lahir seperti ini), 6 bulan – 1,5 tahun, dan kelompok terakhir adalah 2-5 tahun. Total seluruh anak saat itu 69 orang.
Mereka semua terlihat gembira, tidak jarang mereka mengajak pengunjung panti yang datang untuk mengobrol dan menggandeng tangan tanpa ragu. Ah, mungkin mereka belum tahu bagaimana sebenarnya keadaan mereka dan bagaimana dunia luar nantinya.
Hati saya mulai sakit ketika memerhatikan bahwa jumlah anak yang ada tidak sebanding dengan jumlah pengurus yang dipekerjakan. Bisa dilihat saat kelompok anak yang paling besar sedang makan siang bersama di ruangan makan. Anak-anak usia 2–5 tahun dikumpulkan bersama, sudah terbayang suasananya bukan?
Ada yang masih disuapi, ada yang sedang bertengkar hingga mereka berdua menangis maraung-raung, dan ada seorang anak yang jatuh dari meja hingga kepalanya membentur lantai. Keadaan semrawut.
Tenaga pengawas sendiri sudah sibuk memegang piring dan sendok yang ada. Sehingga yang bertengkar tidak ada yang melerai dan tetap menangis berdua, dan yang kepalanya terbentur lantai pun menangis sendiri….
Saya tidak menyalahi sepenuhnya cara dan sistem tenaga pengawas tersebut bekerja. Saya tahu sendiri bagaimana rasanya mengurus anak, dan memang terlihat bahwa para pengawas pun sudah mengerahkan seluruh kemampuan mereka. Tapi tetap saja, anak anak itu tidak mendapatkan cukup perhatian dan juga kasih sayang.
Tubuh saya seketika menggigil, ketika si anak yang kepalanya terbentur lantai tadi mulai mendapati saya dan ART saya, Arini, sedang melihat penuh iba ke arahnya dari luar kaca tembus pandang ruangan makan. Sadar dirinya lagi diperhatikan, anak itu berlari keluar ke arah Arini. Anak itu tidak menghiraukan pengawasnya yang berteriak jangan. Anak itu tetap berlari, menubruk Arini, dan memeluknya.
Sang pengawas datang untuk menariknya kembali masuk ke ruangan makan, tapi bocah itu diam, dia tetap ingin dipeluk Arini. Wajahnya sangat memelas meminta untuk disayang. Tangis Arini pun pecah. Saya sendiri tidak kuasa untuk menutupi wajah dengan kedua tangan sambil memeluk anak perempuan saya yang berusia 17 bulan, Adia.
Yang bisa saya ambil dari ‘wisata jiwa’ kemarin adalah: sejelek apa pun kita, walaupun kita penuh kekurangan, tapi memiliki orangtua adalah anugerah terbesar yang bisa kita syukuri di dalam hidup ini. Bagi Mommies yang ingin datang langsung dan menghibur anak-anak panti, ini alamat dan nomor teleponnya :
Panti Sosial Asuhan Balita Tunas Bangsa Cipayung
Jl. Raya Bina Marga No 79, Cipayung,
Jakarta Timur
Telepon: 021-8445651
*Ditulis oleh Dewa Ayu Putu Novita Angelia
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS