Sorry, we couldn't find any article matching ''
Cerita Tentang Garis Dua
Ini garis dua keempat bagi saya. Alhamdulillah. :D
Ketika kita memasrahkan keinginan kita pada-Nya maka ketika itu juga Allah memberikan yang kita butuhkan..
Setidaknya itu yang sedang saya rasakan saat ini. Garis dua keempat saya terjadi setelah saya 6 bulan melepas IUD. Bagi saya ini di luar keinginan saya, terlalu lama, melihat jarak garis dua ketiga saya terjadi hanya 1 bulan dari pelepasan IUD, tentu pikir saya inginnya seperti yang lalu juga.
Cerita garis dua pertama. Hari pertama haid terakhir (HPHT) saya tanggal 6 Maret 2004. Usia pernikahan saya memasuki 6 bulan, dan saya belum hamil juga. Galau? Pastinya :D . Akhirnya, suami dan saya memutuskan untuk ‘duduk bareng’, membicarakan tentang keinginan punya anak. Intinya, kita saling memantapkan hati kalau punya anak itu nggak sekedar pengen saja. Ada banyak hal yang harus disiapkan oleh pasangan yang sudah menikah untuk dipilih-Nya agar bisa diberikan amanah-Nya. Saling memperbaiki diri dan selanjutnya memasrahkan keinginan kita pada-Nya. Karena gimanapun juga Allah Yang Maha Tahu kesiapan kita sudah sejauh apa, sudah sepantas apa. Setelah ‘duduk bareng’ selesai, hati lebih plong rasanya, lebih ringan. Kalau memang sudah pantas punya anak *menurut Allah* nanti juga dikasih. Sekarang nikmati dulu masa-masa berdua suami. 6 April 2004 berlalu dan saya belum ada tanda-tanda akan haid. Tanggal 11 April 2004 saya dan suami ke dokter kandungan. Kebetulan dapat dokter yang orangnya santai banget, dia nggak mau melakukan tes apa pun terhadap kami kalau usia pernikahan belum 1 tahun. Jadilah tiap kali kami datang dia bertanya, “Ngapain sih ke sini melulu?” :D
Daaan tanggal 16 April 2004 garis dua pertama terjadi. Ini hadiah banget buat kita, karena hari lahir suami tanggal 15 April dan saya 19 April. Alhamdulillah, Allah memberikan yang kita butuhkan.
Cerita garis dua kedua. HPHT saya tanggal 24 November 2005. Saat itu saya sedang mempraktikkan apa yang saya dapat pas ikut seminar dr.Boyke. Kami ingin anak keduanya laki-laki, maka dipraktikkanlah, seperti yang sudah pernah saya bahas sebelumnya di sini. ‘Kunci’ pasrah tetap dipakai karena bagaimana pun Allah yang menentukan semuanya. 24 Desember 2005 berlalu dan saya belum ada tanda-tanda akan haid juga. Seperti cerita garis dua pertama yang terjadi di minggu ke 6 setelah HPHT, saya nggak sanggup untuk nunggu seminggu lagi :D akhirnya garis dua kedua terjadi di tanggal 5 Januari 2006. Alhamdulillah, Allah memberikan yang kita butuhkan.
Cerita garis dua ketiga. Dari kelahiran kedua kemarin, dr.spog saya udah wanti-wanti banget buat jaga jarak, karena saya sudah 2 kali operasi. Akhirnya saya pakai IUD setelah melahirkan yang kedua. Jarak dua tahun, pesannya. Akhir Juni 2008 saya ketemu dr.spog di suatu acara, langsung nanya dong, yaaa :D
“Dok, sudah boleh lepas belum?” tanya saya
“Memang berapa umur Hasan sekarang?” tanyanya balik
“Satu tahun 9 bulan,” jawab saya
“O, ya sudah, lepas saja. Bulan depan, ya, pas haid.” katanya.
*saya berbunga-bunga* :D
HPHT saya 19 Juli 2008, saya lepas IUD 23 Juli 2008. Banyak dengar dari orang, katanya kalau abis pakai IUD mau hamil lagi suka lama. Di samping itu, saat itu keluarga kami sedang di puncak masalah berat. Saya juga masih menimbang, melihat apakah saya ‘pantas’ untuk punya anak lagi karena saya sedang dalam masa adaptasi hidup tanpa bantuan siapapun dalam menjaga 2 anak saya. Jadi, benar-benar yang memasrahkan segala urusan sama Allah. Kalau menurut Allah kita siap punya anak lagi, pasti dikasih, tapi kalau ternyata belum siap, diperbaiki lagi . 19 Agustus 2008 berlalu dan saya belum ada tanda-tanda akan haid juga. Jujur, ini antara percaya dan nggak percaya. Nggak percaya karena masa sih, masa secepat itu? Percaya karena saya memang nggak menunjukkan akan haid, tanggal 24 Agustus 2008 akhirnya garis dua ketiga terjadi. Allah Maha Kuasa. Alhamdulillah, Allah memberikan yang kita butuhkan.
Cerita garis dua keempat. Dari kelahiran ketiga, dr.spog saya semakin wanti-wanti untuk menjaga jarak, karena saya sudah 3x operasi. Dan saya memutuskan untuk memakai IUD lagi setelah melahirkan yang ketiga. Sama seperti yang lalu pesannya, jarak 2 tahun. Dasar nggak sabar :D *coba kaya pas Hasan ke Husain kemarin* dateng ke dr.spog di rumah sakit akhir Desember 2010 atau awal Januari 2011 gitu *lupa sayah*
“Hee, ngapain ke sini?” katanya
“Pengen lepas dok, boleh?” tanya saya :D
“Berapa umur Husain?” tanyanya balik
“1 tahun 10 bulan.” jawab saya
“Mmh, ntar aja yaaa, pas 2 thn aja, biar lamaan dikit..” katanya
April 2011, Husain 2 tahun, karena ada rencana berpergian dengan pesawat di Juli pertengahan, jadilah saya mundurkan jadwal melepas IUD. Juli 2011 saya lepas IUD. Daaan menanti kapan tanda-tanda tidak akan haid datang.
HPHT saya 27 Desember 2011. Ini masuk bulan kelima saya menanti. Penantian berujung pemasrahan pada-Nya. Kembali menata hati, memantapkan hati, memperbaiki diri. Kalau semuanya Allah Yang Maha Kuasa. 24 Januari 2012 berlalu dan saya belum ada tanda-tanda akan haid juga. Akhirnya 26 Januari 2012 garis dua keempat terjadi, masih sangat merah jambu sekali garis yang satunya.
Seketika saya yang benar-benar merasakan
Ketika kita memasrahkan keinginan kita pada-Nya maka ketika itu juga Allah memberikan yang kita butuhkan..
1 Febuari 2012, saya ke dr.spog di rumah sakit..
“Naaah, kenapa nih?” tanyanya, sambil melihat berkas “Hamil yang keempat, ya?”
“Ya, dok ....”
“Masih kecil nih,” katanya sambil USG. “Coba, ya, kita lihat ... ya itu sudah kelihatan kantungnya. Kalau nggak terlihat kita ulangi dua minggu lagi. Tapi ini sudah kelihatan. Oke, deh, ke sini 4 minggu lagi, ya.”
“Ada pantangan? Saya hamil keempat, risikonya apa aja?” tanya saya
“Yang jelas risikonya makin tinggi, ga usah yang operasi, melahirkan normal keempat juga risiko tinggi,” jelasnya
“Seperti apa, Dok, risikonya?” tanya saya lagi
“Pendarahan. Pas hamil baik-baik saja, biasanya ketika persalinan itu yang berisiko,” jelasnya lagi.
Bukan dr.spog saya namanya kalau nggak menceritakan suatu ‘semangat’ untuk pasiennya (baca: saya).
Semoga kehamilan keempat saya baik-baik saja, sampai pada kelahiran yang selamat untuk saya dan adik bayi. Amin.
*mohon doa-nya teman-teman sekalian*
Share Article
COMMENTS