banner-detik
HOME

Kompromi Memilih Warna Rumah

author

irasistible10 Feb 2012

Kompromi Memilih Warna Rumah

Karakter saya dan suami cukup bertolak belakang. Kami memang sama-sama social person yang bisa cepat akrab pada orang baru. Namun saya cenderung lebih terbuka, sementara suami sangat tertutup. Selera berpakaian, musik, pergaulan, dan film juga 180 derajat berbeda. Saya lebih outgoing dan suka tantangan serta hal-hal yang baru, sementara dia hanya suka hal-hal yang telah ia kenal dan lakukan sejak lama.

Perbedaan kami ini juga mencakup urusan rumah. Saya suka rumah dengan model modern minimalis, bahkan saya suka sekali model rumah yang edgy dan modern dengan warna-warna shocking sehingga tampil beda. Sementara suami suka rumah-rumah bergaya tempo doeloe dengan pekarangan rindang, cat warna putih atau krem dan genteng merah bata.

Saat kami memiliki rumah sendiri, kami menemukan jalan buntu untuk menemukan desain yang tepat. Maklum, nggak ada yang mau mengalah, hehehe. Berhubung kami meminta bantuan arsitek untuk merancang rumah tercinta, kami pun berkompromi. Hasil akhirnya, rumah dengan model modern minimalis, pekarangan rindang, dan cat warna putih. Win win solution jadinya.

Meski gagal mendapatkan rumah dengan cat warna-warni, saya cukup puas dengan pemilihan warna rumah kami. Rumah kami yang tidak terlalu luas itu jadi tampak lapang sekali. Warna monokromatik (seperti busana, ya?) dari lantai, dinding hingga langit-langit yang putih semua membuat ilusi rumah yang luas sekali.

Kekurangannya, karena putih, tentunya cat dinding pun cepat sekali kotor. Apalagi saya masih punya balita berusia tiga tahun. Meski sudah diberitahu untuk tidak mencorat-coret dinding, namun kadang dia suka menempelkan kakinya yang kotor ke dinding atau mengetes krayon barunya ke tembok. Berhubung suami saya perfeksionis soal kebersihan, dia rajin browsing dan menemukan bahwa tembok yang kotor bisa dibersihkan sendiri. Caranya dengan menyikatnya menggunakan sikat gigi bekas plus sedikit sabun. Setelah itu dilap hingga bersih dan diangin-anginkan hingga kering.

Selain itu, kalau tidak pintar-pintar memilih furniture dan hiasan dinding, dijamin rumah bercat putih akan semakin tampak seperti rumah sakit. Untuk desain interior saya sih memang nggak jago ya, malah boleh dibilang payah. Tapi saya berusaha keras untuk mendandani rumah saya dengan permainan sarung bantal yang bermotif, gorden, dan beberapa lukisan.

Untuk dapur, awalnya sih saya bercita-cita punya dapur berwarna merah. Namun, setelah mengikuti seminar feng shui yang digelar www.warnaimpian.com tahun lalu, saya belajar bahwa untuk dapur sebaiknya dipilih warna-warna tanah seperti beige dan krem serta warna-warna dedaunan seperti hijau dan kuning. Kenapa? Karena dalam ilmu feng shui, dapur merupakan pusatnya api, jadi harus diseimbangkan dengan warna-warna yang kalem. Kalau pilih warna yang bright seperti merah, energinya akan berlebihan dan malah berbahaya.

Jadilah cat dinding dapur saya tetap putih. Namun untuk kitchen set saya memilih perpaduan warna beige dan cokelat. Untuk memasukkan warna favorit saya, yakni merah, saya menyiasatinya dengan menggunakan mosaik di dinding dapur. Lumayan lah ya, ada merah-merahnya sedikit, hehehe.

Nah, gimana siasat Mommies sekalian dalam memilih warna rumah? Cerita-cerita dong :)

Share Article

author

irasistible

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan