Sorry, we couldn't find any article matching ''
Amankah Snack Kemasan untuk Anak?
Sebagai ibu yang nggak jago masak dan sepaket dengan nggak kenal rasa, saya sih pengennya tetap menyajikan makanan yang terbaik untuk keluarga. Terutama untuk Langit.
Semasa MPASI, sih, gampil, ya, makannya cuma aneka puree dan bubur saring. No gula-garam, pula! Jadi saya nggak punya kewajiban untuk icip-icip kurang garam, gula, atau gurihnya.
Nah, begitu di atas setahun, kebetulan Langit sudah langsung bisa table food, tantangan pun dimulai! Lagi-lagi, kalau makanan yang 3x sehari mah, masih lumayan, ya. Untuk camilan ini yang suka bingung. Paling-paling saya hanya 'mampu' bikinin skotel, puding, atau buah saja. Semacam cookies, kue-kuean, itu nyerah, deh!
Sementara si anak juga sudah mulai kenal camilan. Belum lagi beragam snack kemasan yang suka dikasih pas ada temannya ulang tahun, atau ketika mertua atau orangtua memberikan, saya nggak cukup tega untuk menolaknya.
Sebagai solusi, saya pun memberikan jalan tengah, yaitu memberikan guidelines pada mereka snack kemasan apa yang boleh dikonsumsi Langit.
Memang aman mengonsumsi snack kemasan?
Berikut aturan saya sendiri yang mungkin bisa Mommies terapkan jika kondisi ternyata mengharuskan anak-anak makan snack kemasan:
Ini agak tricky, sih, karena biasanya ada bahan-bahan yang kita nggak ngerti maksudnya apa. Yang paling gampang (buat saya), semakin sedikit list ingredients-nya, itu yang saya pilih. Ada bahan-bahan yang menggunakan bahasa kimia dan ternyata sebenarnya adalah turunan dari bahan pengawet atau pemanis buatan misalnya hydrolysed protein (protein terhidrolisa), hydrolysed vegetable protein (protein sayuran terhidrolisa), sodium caseinate atau autolysed yeast.
Saya selalu memilih snack kemasan dengan rasa paling netral seperti biskuit tanpa rasa atau cracker . Kalaupun ada pilihan rasanya misal stroberi, cokelat dan vanila, maka saya akan memilih vanila.
Ya, saya juga memilih untuk membeli snack kemasan keluaran merek yang cukup populer dan saya percaya. Misalnya untuk produk wafer, jujur, nih, setelah tahu visi dan misi di belakang wafer Tango yang peduli dengan gizi anak-anak, saya cenderung memilih wafer ini dibanding yang lain. Walaupun jauh sebelumnya, saya sudah membeli Tango dengan alasan ada rasa vanilanya yang saya juga suka karena nggak terlalu manis. Penghargaan Indonesia Customer Satisfaction Awards (ICSA) yang telah diperoleh Wafer Tango selama 9 tahun berturut- turut, yaitu sejak tahun 2002-2011 dan Golden ICSA Award di tahun 2008 pun membuat saya bertambah yakin memilih snack ini.
Di luar itu pun Tango menggunakan bahan-bahan pilihan bermutu tinggi yang aman dikonsumsi, halal dan telah mendapatkan ijin penggunaan dari BPOM dan MUI. Setiap bahan yang digunakan tertera di balik kemasannya dan memiliki manfaatnya masing-masing. Susu pilihan yang digunakan mengandung nutrisi yang sangat lengkap, seperti protein, mineral, lemak dan kalsium; tepung terigu yang terkenal sebagai sumber karbohidrat pun difortifikasi yaitu dengan ditambahkan vitamin B1, vitamin B2, zat besi, seng dan asam folat sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan; serta telur yang dipercaya sebagai sumber protein, mengandung 13 vitamin serta mineral. Belum lagi gula yang digunakan adalah gula dari tebu asli.
Untuk cokelat atau permen, saya menunda selama mungkin. Alhamdulillah, sih, sejauh ini Langit bisa dibilang sangat jarang makan cokelat (selain dalam bentuk biskuit atau wafer) dan bisa dibilang belum pernah makan permen.
Sementara itu, saya sempat bertanya pada dr. Ida Gunawan, dokter gizi klinik nutrisi di RS Puri Indah dan Hermina. Berikut kiatnya untuk memilih snack dalam kemasan:
Nah, gimana, Mommies, mudah-mudahan informasi di atas bisa memberikan pencerahan sehingga Mommies nggak bingung lagi tentang snack dalam kemasan, ya...
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS