Sebelum ini saya belum pernah main ke Taman Lalu Lintas Bandung. Bahkan waktu kecil sekali pun, entah kenapa. Jadi ini adalah kunjungan pertama saya, pastinya juga kunjungan pertama buat Aira dan Aidan.
Lebaran Idul Fitri, saat berkunjung ke Bandung kami menginap di Grand hotel yang memang lokasinya walking distance Taman Lalu Lintas, atau yang nama lengkapnya Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani. Suatu sore saat kami menginap disana, saya memutuskan untuk mengajak anak-anak berkunjung ke Taman Lalu Lintas.
Dari hotel kami tinggal menyebrang jalan dan menyusuri tepian Taman Lalu Lintas menuju pintu masuk yang berada di sisi lainnya. Trotoar tempat kami berjalan memang berlubang-lubang, tapi teduh karena di Jalan Belitung itu memang didereti pohon-pohon besar yang rindang. Begitu sampai ke pintu masuk, saya membeli tiket di loket seharga Rp. 6000,- per orang (hari libur) dan kami pun masuk ke dalam.
Di dalam cukup ramai, tapi tidak sampai terlalu crowded. Berhubung namanya Taman Lalu Lintas, yang pertama saya perlihatkan kepada Aira dan Aidan adalah berbagai petunjuk berlalu lintas yang baik dan rambu-rambu lalu lintas. Karena sudah pernah berkunjung ke Taman Lalu Lintas Cibubur, mereka sudah cukup familiar dengan peraturan-peraturan tersebut. Berikutnya kami mencari hal menarik yang bisa kami lakukan di sana. Karena ini pertama kalinya bagi saya juga, maka kami agak celingak-celinguk, sampai akhirnya kami menemukan track untuk bermain sepeda di sebelah kiri taman. Ada banyak sepeda yang disewakan (Rp. 4000,- untuk 15 menit). Kebanyakan sepeda, sih, wujudnya sudah tidak kece lagi, jadi harus cermat memilih yang masih enak untuk dikendarai. Terutama yang kecil dan beroda empat buat Aidan, karena sepeda yang agak besar untuk Aira ada beberapa yang masih gres alias baru banget.
Aira langsung meluncur masuk ke area trek sepeda. Saya yang masih was-was sama si adik, mengikuti Aidan. Tapi ternyata di dalam ada beberapa anak magang, sepertinya anak SMA, yang menjaga untuk membantu anak yang kesulitan dan menghindari tabrakan. Karena walaupun namanya Taman Lalu Lintas dan di dalam area trek dibuat seperti jalan lengkap dengan petunjuk dan rambu jalanan, tapi pasti ada saja yang tiba-tiba melawan arus atau terlalu kencang. Nah, Aidan mudah panik kalau tiba-tiba ada gerombolan anak yang melintasinya dengan cepat. Biasanya dia akan berteriak, sambil melipir ke pinggir, turun dari sepeda dan menunggu gerombolan tadi lewat. Setelah jalanan kosong, baru dia naik sepeda lagi. ;D
Bagaimana kita tahu kita sudah bersepeda selama 15 menit? Setiap sepeda di beri gantungan plat besi kecil yang tertera nomer, dan petugas yang duduk di menara pengawas akan membacakan nomer-nomer yang sudah habis waktu sewanya dengan pengeras suara, mengingatkan untuk mengembalikan sepeda atau membayar lagi untuk kembali bermain. Aidan sempat berhenti sebentar setelah 15 menitnya habis. Dia tergoda main mobil-mobilan (Rp. 4000,- juga, menitnya kurang jelas). Mobil yang disewakan adalah mobil mainan yang pakai aki. Tapi berhubung kondisi mobilnya sudah memprihatinkan dan berat badan Aidan yang lumayan itu, si mobil berjalan laaaambaaaat sekali memutari trek. Akhirnya Aidan bosan dan minta naik sepeda lagi. Sementara Aira berturut-turut 2 kali memperpanjang sewa sepedanya. Dia senang sekali.
Setelah puas bersepeda, kami mengembalikan sepeda ke parkirannya, dan berjalan melintasi taman menuju stasiun kecil untuk naik kereta api berkeliling Taman Lalu Lintas. Taman ini benar-benar vintage, segala sesuatu yang ada di Taman Lalu Lintas mengingatkan saya pada taman bermain masa saya kecil dulu. Mainan-mainan yang terbuat dari besi dengan cat warna-warni yang sudah mengelupas, perosotan dari semen, patung-patung semen berbentuk hewan dan dinosaurus, teman memancing ikan plastik, dan lukisan dinding yang juga sudah pudar dan mengelupas catnya. Bahkan kereta apinya pun antik, sumbangan dari PJKA tahun 1958. Kami naik kereta mengelilingi taman, yang ternyata cukup besar juga. Di dalamnya ada Taman Kanak-kanak, kolam renang, komidi putar kecil, beberapa area bermain, area bermain indoor, dan Pondok Baca. Lucunya, ada pelintasan kereta api yang masih berfungsi dengan baik. Saat kereta api kami lewat, palang penutupnya turun, lampu merah berkedap-kedip, dan terdengar bunyi lonceng yang mengingatkan 'pengguna jalan'.
Setelah berkeliling, Aidan masih ingin main lagi, sementara kakak Aira sepertinya sudah capek gara-gara main sepeda 3 x 15 menit nonstop. Akhirnya saya membiarkan si adik main lagi sementara saya dan kakak duduk-duduk saja sambil menunggu. Setelah benar-benar puas dan hari sudah semakin sore baru kami akhirnya keluar dari Taman Lalu Lintas dan berjalan kembali ke hotel. Hari itu anak-anak saya merasakan bermain di model playground masa kecil ayah bundanya. Dan ternyata bagi anak-anak, modern atau vintage, bermain tetap bermain, sama saja senangnya. :)
Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution
Jl. Belitung No. 1, Bandung
http://tamanlalulintas-bandung.com/