Jujur saja, saya bukan orang yang rutin berolahraga. Olahraga saya selama ini hanyalah naik-turun jembatan/halte TransJakarta, plus jalan kaki selepas turun angkot menuju rumah. Selebihnya, paling mondar-mandir dari meja kerja ke pantry untuk mengambil minum :P
Tapi, kemalasan tersebut berubah saat hamil. Seperti bumil pada umumnya, saya mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, salah satunya ya dengan berolahraga. Berenang jadi favorit saya. Kebetulan, menurut American Pregnancy Association, berenang memang olahraga yang dianjurkan buat bumil. Ada beberapa alasan, tiga ini di antaranya:
Sepengetahuan saya, berenang tidak mengakibatkan keguguran maupun persalinan prematur, jadi sah-sah saja dilakukan selama kehamilan sehat dan tidak ada gangguan. Tapi jika merasa ragu, tidak ada salahnya, kok, konsultasi terlebih dulu ke dokter kandungan.
Meski aman dilakukan pada tiap semester kehamilan, berdasarkan pengalaman pribadi, sih, saya paling nyaman berenang di trimester pertama dan ke-2 saat perut belum terlalu besar. Pernah sekali saya nekat berenang gaya dada saat kehamilan sudah memasuki bulan ke-8, baru dua kayuhan langsung setengah badan saya (perut ke bawah) tenggelam karena beban terlalu berat :D
Di trimester ke-3, baju renang juga biasanya mulai tidak muat dan sempit di bagian perut. Memang, sih, solusinya bisa beli baju renang khusus bumil. Tapi bagi saya yang ogah rugi (sayang, kan, ngeluarin uang buat beli sesuatu yang hanya dipakai sebentar), saya mengakalinya dengan memakai tank-top gelap dengan panties yang warnanya senada. So far, sih, sukses ya, sepertinya banyak yang mengira saya mengenakan two-piece swimsuits biasa, hihihi.
Bagi yang tidak bisa berenang, bisa juga, kok, menggantinya dengan melakukan gerakan seperti senam yang melibatkan lengan-kaki, atau sekadar jalan-jalan di dalam air. Cara seperti ini setidaknya juga membuat tubuh bergerak, dibanding hanya leyeh-leyeh di pinggir kolam :D
Untuk menghindari kram, hindari jalan-jalan di bagian kolam yang agak dalam yang membuat kaki harus berjinjit. Saya pernah sekali melakukannya, dan langsung kram di tempat! Suami sampai panik karena mendengar saya menjerit-jerit kesakitan dari tengah kolam (tapi dibanding sakitnya, lebih banyak malunya, sih, karena jadi tontonan!).
Solusi lain, bisa pakai pelampung. Kalau takut terlihat kehebohan (karena pakai pelampung di kolam), sekalian saja berenang di laut. Selama dua kali hamil, sempat beberapa kali saya melakukannya. Nah, untuk berenang di laut, kiatnya beda lagi, nih, dengan berenang di kolam:
Mau berenang di kolam atau di laut, sama saja, kok, manfaatnya. Yang penting, jangan lupa perhatikan hal-hal berikut, ya:
Selamat berenang!
*Diceritakan oleh Amelia Yustiana (http://ameeel.multiply.com), ibu dari Rakata dan Ranaka.