Untuk terjadinya sebuah kehamilan, it takes two to tango .... dalam hal ini, diperlukan pertemuan sebuah sel telur yang sehat dan matang (siap dibuahi) dengan sebuah sperma -- yang juga sehat. Tapi, siapa bilang urusan punya anak cuma urusan istri? Kalau istri tak kunjung hamil, jangan cuma salahkan dia. Karena infertiltas alias ketidaksuburan bisa jadi gara-gara kondisi di pihak suami. Hasil penelitian menunjukkan 20 – 30% penyebab infertilitas adalah pria/suami.
Sperma yang Kurang OK
Apa peyebab infertilitas pada pria? Hal yang paling umum adalah karena jumlah sperma di bawah hitungan normal. Namun, kalaupun jumlahnya masuk standar normal (lebih dari 200 juta sel sperma per ejakulasi), kualitas sperma bisa jadi kurang oke sehingga tidak ada satu pun sel sperma yang survive menempuh perjalanan dari vagina wanita hingga mencapai saluran falopia (fallopian tube) di mana sel telur berada. Semua keburu ‘keok” di tengah jalan.
Jumlah yang hanya sedikit, atau kualitasnya yang kurang prima bisa disebabkan kondisi ‘pabrik’ sperma (organnya bernama testikel) mengalami gangguan. Idealnya di sekitar kemaluan pria, suhunya adalah 3 derajat di bawah suhu tubuh normal.
Memakai celana ketat, apalagi jika bahannya sintetis, cenderung membuat suhu di sekitar testikel meningkat. Selain itu, beberapa penyakit (infeksi, penyakit kelamin) juga bisa mempengaruhi jumlah dan kualitas sperma ini.
Penyebab lain adalah gaya hidup. Mulai dari kemacetan di jalan raya, beban kerja dan target tinggi, sering begadang sehingga tidur sangat minim, semua bisa menjadi penyebab ketidaksuburan para suami.
Teknik Mind-Body Connection
Dokter spesialis kesuburuan pria bisa mengatasi penyebab infertilitas pada pria dengan terapi medis dan obat-obatan. Pijat atau terapi tusuk jarum juga bisa jadi pilihan. Tapi, yang mungkin Anda belum ketahui adalah penerapan hypnoterapi untuk mengatasi masalah ketidaksuburan. Banyak teknik Mind-Body Conection diterapkan untuk melepas ketegangan, menghapus kecemasan, ketakutan, bahkan mungkin mengurai marah yang sudah lama ditekan masuk ke bawah sadar.
Sebut saja namanya Yana. Yana sudah 4 tahun lebih menikah dan Yani – istrinya– belum hamil juga. Keduanya sudah berobat sejak tahun kedua perkawinan mereka. Risih dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sanak keluarga, mereka memeriksakan diri. Kata dokter semua baik-baik saja. Pasangan ini hanya diberi saran untuk sering bulan madu lagi. Hasilnya tetap nihil.
Tak sengaja, Yana diperkenalkan kepada seorang hypnoterapis di sebuah pertemuan keluarga, dan ditawarkan untuk mencoba terapi untuk meningkatkan kesuburan.
Dalam sesi kedua terungkap bahwa Yana menyimpan rasa marah yang sudah
bertahun-tahun tersimpan di bawah sadarnya. Ia marah pada ayahnya yang pernah selingkuh. Perselingkuhan tidak sampai membuat orangtua Yana bercerai. Ayah kembali ke keluarga, namun membawa bayi mungil dari istri yang dinikahi siri, dan meninggal saat melahirkan.
Ibu Yana berbesar hati menerima bayi tersebut dan mengasuhnya. Yana dan adiknya pun menganggap si bayi sebagai adik mereka juga. Namun, tanpa ia pahami, Yana tak bisa mengekspresikan kemarahannya kepada ayah, yang menurutnya tidak adil terhadap ibunya. Yana ingin memeluk dan menghibur Ibu, namun ia ragu kalau simpatinya akan menambah kepedihan di hati ibu.
Yana menekan rasa sedih ini bersama kemarahannya tanpa pernah bisa terekspresikan bebas hingga dewasa. Ia tak menyadari bahwa terkaitlah emosi-emosi negatif ini dengan segala hal berkenaan dengan kehadiran seorang bayi. Walau di mulut ia berucap mendambakan kehadiran buah hatinya, namun sebenarnya Yana “tidak siap’. Dan tanpa ia sadari semua ini ‘"menghambat" kesuburannya.
Emotional Bonding
Seorang konsultan hypnobirthing fertility akan membantu pasangan tidak subur menemukan emosi-emosi negatif yang mungkin’tersangkut’ dan belum mendapat kesempatan diekspresikan. Seperti halnya membantu Yana menemukan emosi-emosi negatif ini dan kemudian bisa mengekspresikannya, merupakan bagian dari sesi hypnoterapi yang ia jalani. Anda bisa tebak akhir kisah Yana –Yani. Setelah Yana terbebas dari emosi negatifnya, tak lama setelah itu sang istri ngidam; katanya ingin makan nasi goreng cabe rawit setiap hari.
Bagi pasangan yang ternyata tak memiliki beban emosi negatif, terapis akan
membawa pasangan dalam emotional bonding yang dalam dan kuat untuk menyambut kehadiran seorang bayi.
* Ditulis oleh Dewi Dewo, Psi, CH, CHt, spesialis Hypnobirthing dan Hypnofertility