Sorry, we couldn't find any article matching ''
Hal Penting Seputar Diare
Diare adalah perubahan tekstur dan frekuensi BAB. Kalau hanya perubahan tekstur saja, dari padat ke cair, masih belum bisa dibilang diare. Patokan diare yang perlu diwaspadai adalah saat BAB hanya tinggal cairan tanpa ampas dan kondisi ini (tanpa ampas) terjadi lebih dari 6x sehari.
Seperti muntah yang sudah dibahas sebelumnya, pada dasarnya diare adalah mekanisme untuk membersihkan pencernaan dari gangguan. Memberhentikan diare sebelum seluruh racun/penyakit terbuang justru membahayakan karena racun tertahan di dalam tubuh.
Perubahan tekstur dan frekuensi BAB bisa disebabkan oleh kondisi fisiologis maupun patologis (penyakit).
Penyebab yang bukan penyakit misalnya karena pencernaan sedang beradaptasi dengan makanan atau minuman baru. Ini paling nampak ketika bayi atau anak ganti merek atau jenis susu yang diminum. Efeknya bisa jadi sembelit, atau malah teksturnya melunak atau mencair. Jika frekuensinya tidak sering dan teksturnya masih berampas, pengenalan bisa terus dilanjutkan sambil terus dipantau BABnya. Biasanya adaptasi ini memerlukan waktu 1-2 minggu.
Pada masa MP-ASI juga kadang terjadi perubahan tekstur BAB. Karena itu disarankan pemberian MP-ASI mengikuti tata cara "aturan 4 hari tunggu" untuk melihat adanya gejala intoleransi makanan atau malah alergi. Aturan ini menekankan pemberian satu jenis makanan saja selama 4 hari sebelum diganti atau ditambah jenis makanan lain.
Sebagaimana muntah, perubahan tekstur BAB bisa juga disebabkan karena anak sedang mengalami batuk pilek dengan banyak lendir. Karena belum bisa mengeluarkan lendir sendiri baik dari hidung maupun tenggorokan, biasanya anak kecil cenderung menelan lendirnya. Lendir yang tertelan ini nantinya akan keluar bersama BAB dan mengubah teksturnya.
Diare juga bisa terjadi karena intoleransi terhadap obat. Biasanya ini penyebabnya obat golongan antibiotik (AB). Bila diare terjadi pasca mengonsumsi AB, segera konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif obat lain.
Selain AB, gangguan pencernaan dapat juga disebabkan oleh obat pereda nyeri yang mengandung ibuprofen (contoh: merk dagang Proris). Ibuprofen dikenal keras ke pencernaan dan memiliki efek samping di antaranya adalah diare serta pendarahan dan perforasi (perlubangan) usus. Bila memang harus mengonsumsi ibuprofen, pastikan diberikan sesudah makan dan pantau BAB. Bila BAB berwarna gelap atau berdarah setelah mengkonsumsi ibuprofen, konsultasikan ke dokter.
Sebagai catatan, sejauh ini efektivitas ibuprofen dalam meredakan nyeri, demam, dll sama saja dengan parasetamol yang faktor risiko dan efek sampingnya lebih sedikit.
Beberapa obat lain juga memiliki kontraindikasi ke organ pencernaan. Ada baiknya sebelum menebus obat, lakukan riset untuk mengetahui tentang karakteristik obat tersebut sehingga bila terjadi efek samping dapat diketahui secara dini.
Penyebab diare yang bersifat patologis, di antaranya adalah:
Penyakit-penyakit di atas biasanya menular melalui:
Pencegahan Diare:
Karena umumnya penyebab diare adalah virus yang tidak memerlukan obat, yang perlu diperhatikan hanya tanda-tanda dehidrasi dan asupan cairan baik dalam bentuk minuman dan makanan kaya air maupun yang spesifik cairan rehidrasi oral (CRO).
Bukan diarenya yang fatal, tapi dehidrasinya, terutama pada bayi dan anak kecil yang lebih mudah dan cepat kehilangan cairan tubuh. Perlu diwaspadai juga bayi dan anak yang sehari-hari lebih banyak minum susu ketimbang makan makanan padat, kehilangan cairan tubuhnya lebih cepat daripada yang rutin dan berimbang makan makanan padatnya. Ini karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak air ketimbang padatan yang juga mengikat air. Jadi dalam kondisi diare, air lebih cepat dan banyak terbuang karena tidak ada pengikat.
Selama diare, makanan bisa tetap diberikan dalam menu normal, walau mungkin tidak dalam porsi sebanyak biasanya. Memperlunak tekstur makanan mungkin juga membantu penyerapan pencernaan yang sedang tidak normal. Membatasi jenis makanan, seperti saran diet BRATTY (banana, rice, apple sauce, tea, toast, & yogurt) kurang disarankan, karena variasi makanan juga membantu mempercepat penyembuhan.
Jangan khawatir bila anak menolak makan, prioritaskan pada minum dan asupan cairan secara keseluruhan.
Sekali lagi, pantau tingkat dehidrasi anak dan terus upayakan masuknya asupan cairan. Lebih detail tentang tanda-tanda dehidrasi dan pemberian CRO akan dibahas di tulisan berikutnya ya.
sumber:
http://milissehat.web.id/?p=511
http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/diare.htm
http://www.drugs.com/ibuprofen.html
*gambar dari sini
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS