Terapi Musik Bagi Ibu Hamil

Pregnancy

Mommies Daily・21 Mar 2011

detail-thumb

Waktu tahun 2002, kakak ipar pernah bercerita ke saya tentang terapi musik di Rumah Sakit Harapan Kita (RSHK) yang ditujukan untuk ibu hamil. Ketika kehamilan memasuki usia 7 bulan, saya pun mengecek ulang informasi tersebut karena saya tertarik untuk ikut. Senangnya ketika dikasih tahu bahwa perogram tersebut masih ada. Ternyata memang sudah menjadi bagian dari parent education program RSHK. Selain terapi musik, parent education juga meliputi konsultasi kehamilan (dilihat dari aspek psikologi), senam hamil (yang harus dihadiri suami juga) dan konsultasi tumbuh kembang anak.

Pada hari pertama kunjungan terapi musik, saya dan suami diwawancara oleh seorang psikolog tentang pernikahan, kehamilan dan komunikasi dengan janin. Tahap ini harus dilakukan bersama-sama dengan suami agar suami memahami aspek psikologis ibu dan janin, supaya dapat memberi support dan membuat keduanya merasa nyaman. Setelah wawancara, saya pun masuk ke ruangan terapi musik untuk mulai melakukan terapi.

Metode terapi musik ini dilakukan dalam grup, paling banyak sekitar delapan orang. Di dalam ruangan gelap, instruktur (yang ternyata juga psikolog yang sama ketika mewawancara saya) mulai membunyikan musik yang menenangkan, sama seperti musik untuk meditasi atau yoga. Kami, para ibu hamil, merebahkan tubuh di atas bean bag yang sudah disediakan dan diajarkan konsentrasi untuk berkomunikasi dengan janin. Bagi saya yang senang curhat dan ngobrol, saya sangat menikmati saat-saat berkomunikasi dengan janin lewat cara ini, karena semakin kita fokus, semakin ada reaksi yang ditunjukkan janin lewat gerakan atau tendangan-tendangan di perut saya.

Ada berbagai cara untuk berkonsentrasi dengan janin dengan dukungan musik, antara lain dengan mengacungkan ibu jari kedua tangan dan membentuk angka delapan di depan wajah kita. Ada juga metode tuning (berdengung) dan latihan pernafasan yang berguna untuk menahan rasa sakit dan kontraksi menjelang persalinan. Selesai melakukan semua itu, kami pun disuruh tidur oleh sang instruktur agar bisa mendapatkan istirahat yang berkualitas.

Bagi saya terapi ini sangat menyenangkan karena membantu saya untuk bisa tetap relaks dengan kehamilan saya. Mengingat kehamilan ini adalah pengalaman pertama saya seumur hidup, saya sering merasa lelah dan nervous. Khawatir ada kekurangan dengan kehamilan saya. Terapi musik membantu saya mengatur emosi dan membuat saya lebih tenang serta membantu membangun komunikasi dengan janin lewat musik yang menenangkan. Dan yang lebih penting lagi, saya bisa memperoleh tidur yang jauh lebih berkualitas daripada di rumah.

Ketika kehamilan memasuki trimester terakhir, saya dianjurkan untuk melakukan terapi musik setiap hari. Namun karena saya bekerja dan belum mulai cuti sampai menjelang melahirkan, saya hanya bisa melakukan terapi ini setiap hari Sabtu. Saya dan suami percaya, kita dapat melakukan terapi musik di rumah jika sudah mulai menguasai metodenya. Menjelang melahirkan, saya sering sekali berkomunikasi dengan calon bayi saya dan mengajaknya bekerja sama dalam berbagai kegiatan. Yang paling utama, saya selalu mengajaknya bekerja sama dalam proses persalinan sehingga kami berdua melalui masa persalinan dengan lancar dan kami berdua bisa segera bertatap muka :)

Terapi musik bisa dilakukan oleh siapa saja karena fokus dari kegiatan ini adalah berkonsentrasi pada diri sendiri. Terapi musik juga bisa dilakukan sejak awal kehamilan atau oleh para perempuan yang senang dalam terapi untuk memperoleh anak. Selama saya menjalani terapi ini ada beberapa wanita yang juga ikut dalam kelas  agar bisa lebih berkonsentrasi dengan dirinya dan segera mempunyai momongan…

*Dikirim oleh Gita Nasution (@gitsybitsy), ibu dari seorang toddler laki-laki Dariovka Prajna Wijayajati (18 bulan)