banner-detik
HEALTH & NUTRITION

Vitamin Tambahan Untuk Anak, Perlukah?

author

kirana2127 Jan 2011

Vitamin Tambahan Untuk Anak, Perlukah?

Ada nggak Mommies di sini yang pernah memberi vitamin tambahan untuk anak?

Semua orang tua pasti ingin anaknya sehat. Tapi terkadang ada kondisi anak yang suka bikin orang tua khawatir. Contohnya kalau anak susah makan, beratnya ngga naik-naik, terlihat kurus, kurang aktif, habis sakit, dll. Rasanya iklan vitamin tambahan, suplemen dan teman-temannya menjanjikan solusi yang mantap yaa..

Tapi apa bener? Lebih penting lagi, apa aman?

Kita memerlukan macam-macam nutrisi yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh. Vitamin (dan mineral) yang merupakan mikronutrien hanya sebagian kecil dari nutrisi tersebut. Lainnya adalah makronutrien yang berupa karbohidrat, protein, serat, dan lemak. Sumber karbohidrat seperti yang kita tahu adalah padi-padian termasuk gandum, dan umbi-umbian. Protein, ada yang nabati (produk turunan kacang-kacangan) dan ada yang hewani (daging hewan, telur dan produk turunan susu). Lemak bisa didapat dari daging dan produk turunan susu seperti yogurt, keju, krim susu, dan es krim. Serat, sumbernya antara lain dari sereal, oatmeal, roti gandum, agar-agar dan jeli, sayur, dan buah.

Selain mikro dan makro nutrien ini, ada komponen penting lain yang berhubungan dengan proses pencernaan, yaitu enzym yang terbentuk antara lain ketika kita mengeluarkan ludah saat mengunyah dan saat usus memproses makanan. Enzym diproduksi sendiri dalam tubuh, tapi hanya jika ada stimulasi dari makanan padat yang perlu dicerna.

Enzym membantu proses pencernaan, dan bekerja lebih seperti oli terhadap mesin. Enzym yang cukup menjaga kesehatan organ-organ pencernaan. Membiarkan anak minum susu lebih banyak saat dia susah makan pastinya akan membuat anak kekurangan enzym. Dalam jangka panjang, organ pencernaannya akan 'lupa bekerja sebagaimana mestinya' dan berakibat gangguan pencernaan berat di masa dewasanya.

Lebih baik anak makan dalam porsi sedikit tapi sering daripada proses makan ditukar susu karena begitu anak kenyang susu, dia akan semakin menolak makan dan kekurangan nutrisi yang penting.

Lalu, kapan sebenarnya anak (dan kita) perlu vitamin tambahan?

Kalau pola makan berimbang, tidak perlu sama sekali. Semua sudah cukup dari makanan sehari-hari.

Kalau tidak berimbang, terutama karena anak sedang dalam fase pilih-pilih makanan, ini challenge untuk kita supaya kreatif menyelipkan makanan tersebut diantara makanan yang dia suka.

Kenapa vitamin tidak dianjurkan?

Vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen umumnya tidak berasal dari bahan yang alami. Tapi lebih berupa bahan artifisial yang dibuat oleh pabrik, yang secara kimia dibentuk supaya memiliki kandungan yang sama dengan vitamin-vitamin tersebut. Memang ada vitamin yang di ekstrak dari sayuran atau buah, tapi tentunya tidak beserta nutrisi lainnya yang seharusnya didapat saat kita makan buah atau sayur tersebut. Misalnya vitamin A atau beta karoten, bisa diekstrak dari tomat. Tapi kalau langsung makan tomatnya, kita sekaligus juga dapet vitamin B1 dan C. Bahkan tomat dapat membantu membersihkan hati dan darah kita, mencegah gusi berdarah, rabun senja/kotok ayam, usus buntu, kanker prostat dan kanker payudara. Bonus lain, jus tomat segar sangat membantu pembentukan glycogen dalam liver. Menurut penelitian ditemukan bahwa jus tomat menyeimbangkan fungsi liver dengan cepat dan dengan demikian berarti menjaga stamina tubuh dan menyehatkan badan. Garam mineral yang kaya dalam tomat meningkatkan nafsu makan dan merangsang aliran air liur sehingga memungkinkan makanan dicerna dengan baik. Konsumsi tomat yang teratur membantu mengobati penyakit anoreksia (kehilangan nafsu makan).

Coba, mesti minum berapa macem suplemen berisi nutrisi artifisial untuk mendapatkan nutrisi yang sama dengan makan sebuah atau malah cukup satu dua potong tomat segar? Demikian pula sayur dan buah lain. Referensi yang simpel tentang ini bisa dibaca di sini.

Karena diproduksi pabrik, otomatis suplemen vitamin akan lebih sulit dicerna ketimbang buah atau sayur yang sekaligus mengandung serat. Vitamin A, D, E, dan K yang tidak larut dalam air berpotensi menumpuk dalam tubuh dan dapat menimbulkan racun. Sementara vitamin B dan C walaupun larut dalam air, tapi kalau terlalu banyak akan membuat ginjal bekerja ekstra, dan pada akhirnya menimbulkan batu ginjal.

Kelebihan vitamin A bisa menimbulkan efek kelainan janin (karena itu ibu hamil dilarang menggunakan produk yang mengandung retinol dan suplemen vitamin A), gangguan pada hati, perubahan warna pada kulit, rambut rontok, dan kekeringan yang parah pada kulit/pengelupasan kulit, dan dicurigai mengganggu penyerapan vitamin D.

Kelebihan vitamin D bisa menimbulkan penumpukan kalsium karena vitamin ini mengikat kalsium. Hypercalcemia ini bisa berakibat pusing, muntah, nafsu makan turun (nah lho, kebanyakan vitamin bisa bikin nafsu makan turun ternyata ya?), sembelit, lemas, gangguan pada detak jantung dan batu ginjal.

Perlu diketahui bahwa overdosis vitamin ini hanya terjadi pada pengguna suplemen karena vitamin yang terkandung pada makanan secara umum -dan paparan sinar matahari untuk vitamin D- hanya sedikit, cukup untuk kebutuhan tapi tidak sampai menimbulkan overdosis.

Lalu, bagimana cara mengetahui apakah kita kekurangan vitamin atau tidak?

Tanda kekurangan vitamin sebetulnya sangat susah dideteksi oleh orang awam kecuali kondisinya memang sudah sangat parah. Selain itu, ciri kekurangan vitamin harus pula dilihat kasus per kasus. Kekurangan vitamin A misalnya, biasanya di bagian putih mata akan terlihat keruh. Bila didiamkan, lama-lama akan timbul bercak.

Kekurangan vitamin B Kompleks pada beberapa kasus juga bisa menimbulkan turunnya nafsu makan. Tapi naik turunnya nafsu makan sendiri penyebabnya bisa banyak faktor dan tidak bisa dipatok bahwa pemberian vitamin bisa menambah nafsu makan. Kemungkinannya adalah keseimbangan asupan vitamin, memberikan perbaikan terhadap nafsu makan. Bukan menambah.

Oh iya, anak yang ngemil macem-macem tapi ngga mau makan nasi itu bukan susah makan ya. Itu lebih ke pilih-pilih makanan. Dalam kasus ini, pakai saja patokan kecukupan karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah. Jangan berpatokan pada jenis makanannya.

Soal berat badan juga bukan ukuran mutlak anak kekurangan vitamin. Memang, pada sebagian kasus, anak yang kurang vitamin biasanya beratnya rendah. Tapi tidak bisa dibalik bahwa anak yang kurus berarti kurang vitamin karena bentuk badan bergantung dari keturunan juga. Bahkan bisa jadi anak gemuk tapi kurang vitamin karena gemuknya dari karbohidrat saja, tapi jarang makan buah dan sayur.

Jadi, pastikan makanan anak berimbang ya, supaya tidak kekurangan vitamin dan nutrisi lain. Sebenarnya selama perkembangan dan pertumbuhan anak bagus, tidak perlu ada kekhawatiran kekurangan vitamin. Kurus bukan berarti nggak tumbuh lhoo kalo tingginya nambah :) Bila dicurigai anak memang sedang membutuhkan tambahan vitamin, konsultasikan dulu ke dokter. Dokter akan mengecek secara keseluruhan kondisi anak apakah sesuai dengan kriteria defisiensi vitamin dan menentukan vitamin tambahan apa yang tepat.

*sumber:

http://evialfadhl.wordpress.com/2010/05/30/kandungan-obat-yang-terbapat-pada-buah-buahan/

http://www.mayoclinic.com

http://tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Hati-Hati-Vitamin-Bikin-Kurus

Share Article

author

kirana21

FD/MD resident


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan