Cerita Toilet Training Kenzie

Behavior & Development

Mommies Daily・04 Nov 2010

detail-thumb

Buat saya Toilet Training adalah sebuah "pekerjaan rumah" yang membutuhkan kepercayaan penuh orang tua kepada anaknya untuk mencapai kemandirian. Bagaimana tidak, selama ini kita sebagai orang tua memberikan kepercayaan bagian "pembuangan" ini pada selembar popok yang membuat anak nyaman dan orang tua tidak perlu khawatir saat berada di tempat umum atau bahkan saat santai di rumah.

Tahap toilet training akan datang saat anak siap. Jadi jangan pernah memaksa saat anak belum siap untuk mulai bilang "Mama, aku mau pipis" sebelum dia benar - benar akan buang air kecil, bukan setelah celananya basah atau saat anak mulai terasa risih waktu popoknya penuh dengan poop dan punya ketertarikan melakukan aktivitas toiletnya di dalam kamar mandi.

Untuk membuat ketertarikan anak pada kamar mandi, yang saya lakukan untuk Kenzie adalah dengan menempelkan berbagai stiker tokoh favoritnya pada dinding kamar mandi, tutup dudukan kloset, pernak - pernik kebutuhannya di kamar mandi seperti gantungan baju lucu, tisue toilet dengan print lucu, sampai dudukan toilet anak atau apa saja yang membuat dia betah dan nyaman di dalam kamar mandi. Melakukan aktivitas menarik di dalam toilet saat anak buang air besar dapat membantunya dari kebosanan, seperti membuat kapal-kapalan dari tisue toilet atau menyebutkan nama-nama tokoh kartun dari stiker dinding kamar mandi.

Kenali tanda - tanda 'alam' saat anak akan buang air kecil atau besar. Mungkin akan beda - beda tiap anaknya ya, tapi umumnya mereka akan pergi menyendiri di sudut ruangan dan mulai melakukan 'aktivitasnya' di dalam popok, Ini adalah tanda anak mulai merasa bahwa buang air besar adalah aktivitas pribadi yang tidak perlu diketahui banyak orang, bahkan anak akan terasa malu atau marah saat kita mendekat. Ketika anak menunjukkan tanda - tanda tersebut, ajak mereka ke kamar mandi, dudukkan di atas toilet. Jika menolak, biarkan sampai mereka selesai buang air besar di popok kemudian ajak lagi duduk. Tapi ingat ya, jangan pernah memaksa. Saat anak benar-benar menolak, coba buang isi popoknya (poop) ke dalam toilet, ajak dia untuk melihat aktivitas tersebut. Dengan begitu, anak akan mengerti bahwa poop tempatnya adalah di toilet.

Selain itu catat frekuensi anak buang air kecil di siang hari, ajak anak untuk buang air kecil sesuai frekuensinya. Saat bangun tidur siang, dan didapati popoknya kering juga merupakan sebuah tanda anak sudah bisa mengendalikan hasrat buang air saat tidur. Namun bila anak sama sekali tidak suka dengan suasana di kamar mandi, lakukan latihan dengan pispot, letakkan pispot dekat arena bermainnya di rumah, lalu perlahan - lahan geser pispot mendekati kamar mandi, sampai akhirnya di dalam kamar mandi.

Saya termasuk orang yang tidak percaya pada celana khusus toilet training, buat saya semakin anak nyaman celananya kering sewaktu buang air, semakin lama anak belajar. Sebaliknya, semakin anak merasa tidak nyaman, semakin mudah mereka diberi pengertian dan diajak ke kamar mandi. Saat di rumah, saya memakaikan celana biasa, begitu juga tidur siangnya, awalnya memang was-was sehingga saya selipkan perlak, kalau pergi dari rumah ke rumah kerabat (bukan ke mall) juga tidak pakai popok. Lagipula, celana dalam yang lucu dapat membuat anak memilih memakai celana saja daripada popok. Dan yang terakhir yang harus diingat, selalu hargai usahanya saat berhasil buang air kecil/besar di toilet.

Good luck ya Moms :)

*dikirim oleh Nandra Janniata, @nyainai, ibu dari Kenzie Maliq Nayzuko, 25 bulan