Setiap orang tua pasti seneng anaknya ranking dikelas, pasti bangga anaknya pinter fisika, matematika dan sederet mata pelajaran lainnya. Namun sering kali kita lupa bahwa kecerdasan anak dibidang akademis hanya membuktikan fungsi otak kiri anak terstimulasi dengan baik, tapi bagaimana dengan otak kanannya?
Baru-baru ini saya berkesempatan mengikuti seminar yang membahas mengenai fungsi otak kiri dan kanan. Prof. Dr. A. Purba,dr. MSC.AIFO, Guru Besar Kedokteran UNPAD, yang bertindak sebagai pembicara, menjelaskan bahwa belahan otak kiri dan kanan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Belahan otak kiri berhubungan dengan hal-hal yang bersifat logika, analisa, bahasa, matematika. Fungsi otak kiri ini berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ), sedangkan belahan otak kanan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat abstrak, kreativitas, imajinasi dan spiritual. Fungsi otak kanan ini berkaitan dengan kecerdasan emosional (EQ). Kedua belahan otak kiri dan kanan sama penting dan sama kuatnya. Mereka saling melengkapi satu dengan yang lain. Namun yang menjadi kendala adalah kondisi pendidikan saat ini cendrung menuju dominasi fungsi otak kiri, banyaknya anak diberi les tambahan ini itu, hanya akan memberi beban berlebihan pada otak kiri akibatnya akan menghasilkan generasi-generasi yg pandai mengkritik, pandai meniru namun miskin ide, tidak produktif dan tidak mempunyai kemampuan memberikan solusi yang komprehensif. Nah, bagaimanakah cara agar kedua otak ini dapat berfungsi dengan sama baiknya?
Jawabannya ternyata sangat simple yaitu, JANGAN KURANGI WAKTU BERMAIN ANAK. Bermain disini tentulah bermain yg bisa merangsang kreativitas anak, permainan2 sederhana seperti bernyanyi, menari, bahkan permainan lompat tali yg terlihat sederhana pun memiliki makna pembelajaran, contoh : pada saat melompat anak akan berusaha mengikuti ritme putaran tali, ini merangsang aspek kognitif dan psikomotorik anak. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Satu hal lagi yg ternyata tidak kalah simple untuk dapat menstimulasi otak kanan anak yaitu melalui MENDONGENG. Ya mendongeng atau story-telling ini mungkin sudah akrab sejak kita masih kecil. Lewat mendongeng anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya, mendengarkan sebuah dongeng umumnya anak akan membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini. Saya jadi inget sewaktu saya kecil dulu, nenek sayalah orang yang paling sering mendongeng untuk saya. Tanpa sadar kebiasaan ini tertular kepada saya, saya jadi suka mendongeng untuk anak saya yang sekarang berumur 3 tahun. Kegiatan mendongeng ini sering kami lakukan kapan saja dan dimana saja, sebelum tidur bahkan saat diperjalanan. Mendongeng ini juga jadi senjata ampuh saya buat membujuk anak saya kalo tiba-tiba mogok makan. Misalnya, saya akan mendongeng tentang pangeran dari negeri antah berantah yg berhasil menyelamatkan seorang puteri dengan melawan naga besar setelah sang pangeran mendapatkan tenaga extra setelah menghabiskan makan siangnya hehehehe, atau ketika anak saya tiba-tiba mogok sikat gigi, saya akan mendongeng tentang putri kecil yang tidak bisa tidur karena sakit gigi akibat lupa menggosok gigi. Kuncinya adalah kreativitas kita untuk menyajikan cerita-cerita yang memiliki nilai positif dan patut ditiru oleh anak.
So, Mommies, ajaklah anak-anak anda untuk lebih terlibat pada permainan-permainan edukatif, ketimbang membiarkan mereka nonton didepan televisi seharian atau hanya duduk bermain video game, dan jangan lupa, mendongenglah :D
*Artikel ini dikirimkan oleh Tita