Finally, we can bring you the long awaited interview with Ligwina Hananto. I know it's been a while since you all submitted the question (it was at the end of March, I believe), but the explanation is so complete that it's well worth the wait :).
So here we go, if you have any question, concern or doubt regarding on what to do and what to plan for your kids education fund, read on!
Sesegera mungkin. Semakin cepat disiapkan, semakin kecil dana yang yang perlu disetorkan karena jangka waktunya lebih panjang. Tapi kenyataannya, waktu masih single kita juga punya Tujuan Finansial lain dengan prioritas lebih tinggi, misalnya: dana liburan, dana shopping atau dana rumah. Jadi kebanyakan kasus yang saya temui orang menyiapkan dana pendidikan ketika sudah menikah atau sedang hamil.
Kenapa dong gak siapin Dana Pendidikan Anak nya? Ke mana aja uangnya selama ini? SPP bulanan sebaiknya jangan lebih besar dari 10% penghasilan bulanan. Kenapa? Karena kita punya banyak sekali pengeluaran bulanan. Mulai dari investasi rutin yang juga penting, cicilan hutang, pengeluaran rutin dan pengeluaran lifestyle. SPP ini nanti masuk dalam salah satu pengeluaran rutin
Asumsi inflasi TK-S1 swasta 20% per tahun
Asumsi inflasi PT swasta 15% per tahun
Asumsi inflasi PT luar negeri 10% per tahun
Klik di sini untuk menghitung dana pendidikan dengan kalkulator dari QM Financial.
I just made a quick calculation, let's say an entrance fee for SMP right now is Rp 15,000,000. When it's Jibran time for SMP (in 6 years time), the entrance fee would be a whopping Rp 44, 789, 760. WOW! And that's not including monthly fee
Biasanya dana pendidikan itu sudah terpenuhi 2-3 tahun sebelum jenjang pendidikan. Jadi ketika kelas 4 SD, dana SMP sudah siap. Kalaupun belum siap, tapi sedang tumbuh dan tinggal sedikit lagi
Sebenarnya properti tidak untuk tujuan finansial seperti ini karena ketika kita mau membayar uang sekolah, ada kemungkinan properti tidak bisa dijual dalam waktu cepat. Apalagi kalau kita mau menjualnya dengan harga pasar. Jadi kalau sudah cukup dananya, gunakan produk dengan risiko rendah saja seperti tabungan, deposito, reksadana/RD pasar yang atau ORI yang sudah dalam nilai future value.
Banyak titipan pertanyaan nih tentang unitlink and I know you don't recommend it tapi udah banyak yang terlanjur beli. Nah kalo yang baru beli mendingan dijual dengan rugi atau dipertahankan sampai balik modal?
Kalau kita masuk jalan Tol Jagorawi yang ke arah Bogor dan pas sudah sampai Sentul kita baru sadar kalo kita itu salah jalan, karena tujuannya mau ke Bandara Cengkareng, gimana? Pertahankan saja sampai Bogor baru ke Bandara Cengkareng atau langsung exit tol dan putar balik? :)
Asuransi itu kan untuk proteksi, reksadana untuk investasi. Nah asuransi unitlink mengandung asuransi dan unit investasi seperti reksadana. Masalahnya sekarang apakah kita memang membutuhkan kombinasi tersebut?
Asuransi dalam unitlink bisa terdiri dari: Asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan dan asuransi penyakit kritis
Apakah kita perlu semuanya?
Kalau memang perlu, kenapa tidak beli saja asuransi murni? Bisa lho asuransi-asuransi itu dibeli murni, premi memang hangus tapi dengan manfaat atau uang pertanggungan lebih tinggi.
Kalau kita hanya perlu unit investasinya, kenapa tidak menggunakan reksadana saja? Unit investasi dalam unitlink itu dipotong biaya setiap bulan sehingga returnnya tidak bisa maksimal, padahal unit investasi ini dan reksadana memiliki risiko pasar yang sama!
Jadi kalau mau menutup unitlink harus ada pengganti asuransi dan reksadana sesuai kebutuhan.
More about unitlink from QMfinancial blog here.
Asuransi pendidikan memberikan manfaat pasti. Jadi kita tau berapa yang akan kita dapat pada tahun ke-6, ke-12, ke-15 dan tahun ke-18. Dari situ kita bisa hitung apakah yang akan kita dapat sama jumlahnya dengan yang kita perlukan.
Kalau angkanya nyambung (cocok) ya gak masalah. Tapi kalau nggak nyambung? Bisa-bisa dana pendidikan anak nggak cukup dong? Pada dasarnya produk asuransi pendidikan ini memang tidak bisa digunakan untuk mempersiapkan dana pendidikan dengan inflasi yang besar.
Tabungan pendidikan pastinya juga memberikan manfaat. Tapi namanya juga tabungan, return akan sangat rendah dan tidak bisa melawan inflasi. Jadi kalau mau menggunakan tabungan, masih bisa untuk tujuan jangka pendek <3 tahun atau bisa juga untuk mengumpulkan uang dan akan digunakan bukan untuk uang pangkal, misalnya untuk SPP, uang seragam, dll
Can you share about your own financial plan for your kids education with us?
Dulu pernah punya reksdana terproteksi karena memang sedang launch produknya. Untuk Dena masuk SD kebetulan punya dana kas yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan uang pangkal SD, jadi tidak perlu return lagi. Bulan Agustus lalu reksadana terproteksi ini cair, lalu saya biarkan di tabungan karena bulan Novembernya dibayarkan ke sekolah.
Jadi reksadana terproteksi ini fungsinya mirip dengan deposito, untuk parkir uang dalam jangka waktu tertentu saja, biasanya karena uang yang dimiliki sudah sesuai dengan target tujuan finansial. Tapi jangan lupa bahwa reksadana terproteksi ini memiliki resiko pasar (karena basisnya obligasi) sedangkan deposito tidak ada resiko pasar (produk bank).
Saya berinvestasi sudah cukup lama, jadi untuk anak-anak SMP sudah disiapkan dan sedang berkembang di reksadana campuran. Sedangkan untuk anak-anak SMA dan S1 sedang berkembang di reksadana saham. Memang tidak pasti tapi sudah diperhitungkan dengan resiko dan returnnya.
Investasi untuk SMP-S1 ini menggunakkan investasi regular setiap bulan secara otomatis. Jadi jangan lupa, ayahnya anak-anak harus memiliki asuransi jiwa. Karena sumber dari dana investasi bulanan ini adalah gaji ayahnya. Jadi suami saya memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Sebagai perbandingan:
Saya pernah memiliki asuransi pendidikan, bayarnya 8 juta per tahun. Pada tahun ke-6 dapat 10 juta, tahun ke-12 dapat 10 juta, tahun ke-15 dapat 10 juta, tahun ke-18 dapat 100 juta.
Padahal untuk Azra SD saja di tahun ke-6 saya perlu 18 juta, untuk Azra S1 di tahun ke-18 saya butuh 5 milyar. Uang pertanggungan jiwa suami hanya Rp 100 juta. Mobil Avanza second saja harganya segitu kan?
Jadi asuransi pendidikan ini tidak cocok untuk keluarga saya. Akhirnya saya tutup dengan konsekuensi rugi besar. Tapi tidak apa-apa karena kalau dilanjutkan manfaatnya tidak sesuai dengan kebutuhan saya.
Yang penting harus ada penggantinya. Maka sejak saat itu saya menyimpan dana di reksadana terproteksi atau reksadana pasar uang untuk TK - SD. Investasi regular di reksadana (SMP-S1) serta memastikan ayahnya anak-anak memiliki coverage ASJI yang cukup besar.
In the words of my father:
'Your education is not my obligation, your education is my responsiblity'.
Jadi nggak main-main nih :))
-------
Couldn't agree more with her on having the discipline to invest on our kids education. I believe all of us is mature enough to do that and would put aside our ego to buy yet another shoes. The money we spend for the shoes is going to be much more useful and meaningful if we put it towards the future of our children :). Thank you for sharing with us, Mbak Wina :)
Kalau mau tahu lebih jauh tentang investasi, bisa dipelajari dari membaca artikel-artikelnya Ligwina di http://www.qmfinancial.com. Jangan lupa baca 'Sekolah Mahal? So What?'
Di forum kita juga ada pembahasan macam-macam tentang investasi lho. Ada tentang reksadana, emas, saham, forex sampai investasi apartemen. Bisa juga berbagi tentang financial goal kita di thread ini. Masih banyak lagi topik diskusi seputar investasi yang sangat berguna di forum kita, dan kita bisa belajar langsung dari teman-teman yang sudah terjun langsung.
Yuk mari meluncur ke forum :)