Sorry, we couldn't find any article matching ''
GTM Alias Gerakan Tutup Mulut
GTM alias gerakan tutup mulut. Fase ini kerap menjadi momok bagi para ibu-ibu. Kondisi ini adalah dimana si kecil menolak semua makanan yang disodorkan padanya, bahkan makanan yang kita tau merupakan favoritnya.
Menurut hasil mbah Google, anak usia 0-3 tahun wajar jika mengalami fase GTM (Alhamdulillaaaaaah). Karena di usia segitu, anak masih dalam tahap belajar konsep makan dan belum mengerti konsep waktu. Yang biasanya mereka lakukan saat GTM misalnya :
Kalau sudah begini, pasti ibu jadi pusing tujuh keliling. Apalagi emak-emak Indonesia (seperti saya) yang masih khawatir kalau perut anaknya belum kena nasi atau karbohidrat lainnya.
Menurut beberapa referensi yang saya dapat, beberapa penyebab anak menolak makan adalah :
Baru-baru ini, Langit juga sedang GTM. Dikasih makanannya yang biasa nggak mau, pasta nggak mau, skotel nggak mau, roti nggak mau, bahkan agar-agar/ pudding favoritnya pun hanya dimakan 1-2 suap saja. Disinyalir, GTM-nya dia ini akibat pengasuhnya yang merupakan teman bermainnya pulang kampung :( Namun perlahan tapi pasti, saya mencoba memahami apa yang dia mau.
Saya mulai dengan menanyakan “Langit mau makan apa pagi ini?”. Kebetulan, dia doyan banget sama telur dadar. Ya saya biarkanlah dia makan telur dadar yang sudah saya campur susu dan keju sebelumnya. Pernah saya kasih sayuran dan daging cincang, eh malah nggak dimakan, jadi dia mau ya telur thok. Sampai akhirnya dia bosan, dan mulai mengganti jawabannya dengan “mie” atau bahkan “naci goweng” (nasi goreng). Alhamdulillah sih, apa yang dia jawab, pasti akan dia makan meski ga sampai licin tandas tapi nggak apa-apa.
Kemudian saya juga mengurangi pemberian cemilan dengan harapan, di jam makan nanti ia akan lebih merasa lapar (bukan kelaparan yah bu). Yang ini memang rada sulit, karena Langit kebetulan seneng ngemil. Mengakalinya, saya hanya memberi cemilan buah-buahan.
Yang pasti selalu saya lakukan adalah, membiarkan Langit makan sendiri. Nggak takut kotor atau berantakan? Ya pastilah mana mungkin anak usia 22 bulan bisa makan rapih :D Tip saya, kalau anak mau makan sendiri jangan pernah ditolak! Gampang kok, alasi tempat makannya dengan koran/ plastik bersih yang sudah tak terpakai. Jadi kalau makanannya tercecer, ya tinggal buang koran/ plastiknya! Dan yang pasti, jangan memburu-buru saat anak sedang menikmati makan. Beberapa hari yang lalu, saya ajak Langit makan di sebuah restoran. Langit makan saat pesanan saya belum datang sampai saya selesai makan, dia masih asik makan. Bosan pakai sendok, dia beralih makan pakai tangan. Malu? Nggak ah, saya cuek aja. Dia suap nasi goreng itu 2 butir demi 2 butir. Nggak sabaran? Pasti! Tapi ya sudah, saya biarkan dulu, sampai akhirnya nasi goring porsi dewasa itu habis!
Oh iya, walaupun nggak perlu diburu-buru, tapi pengenalan waktu makan ke anak juga perlu loh! Kalau saya, saat Langit merasa bosan atau mulai memain-mainkan makanannya, maka saya akan bertanya, masih mau makan atau nggak? Kalau dia jawab iya, maka saya akan menunggu beberapa waktu. Kalau ia ternyata hanya main-mainin makanannya, ya angkat piringnya segera.
Kalau semua cara diatas tak berhasil juga, nggak usah memaksa anak untuk memakan apapun. Apalagi sampai ‘direjeng’ (Apa sih istilahnya yang mulut anak dipegangin terus dimasukin makanan?) atau dimarahi karena nggak mau makan. Ini semua yang ada malahan akan menimbulkan trauma pada si anak. Yang penting, orangtua memastikan nutrisi yang sudah masuk ke tubuh si anak di masa tersebut.
Kalau ada ibu yang belum pernah berhadapan dengan anak yang GTM, saya ucapkan selamat!
Share Article
COMMENTS