Sorry, we couldn't find any article matching ''
Penyakit Jantung Bawaan: Kisah Yardan
Setiap calon ibu pasti menginginkan bayi yang akan dilahirkannya sehat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Namun, bagaimana jika kenyataannya tidak demikian?
Saat itu Yardan berumur 4 hari ketika saya mengetahui bahwa ia memiliki Congenital Heart Disease (CHD) atau biasa disebut di Indonesia dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB). Dokter mengatakan bahwa anak saya memiliki beberapa kelainan di jantungnya (sekarang diketahui bahwa kelainan jantung Yardan adalah Tetralogy of Fallot with PA, VSD, Mapcas). Intinya Yardan memiliki beberapa lubang di jantungnya dan juga pembuluh darah yang sangat kecil dari jantung ke paru-paru. Setelah mendengar berita itu, sebagai ibu baru rasanya dada ini sangat sesak, sakit sekali. Tidak terbayang apa yang harus dilalui bayi sekecil itu nantinya. Sebagai ibu tentunya saya harus kuat, saya harus mampu melindungi bayi saya dengan usaha semaksimal mungkin. Tetapi sebulan awal setelah melahirkan tiada hari yang saya lewati tanpa menangis.
Dokter mengatakan satu-satunya cara untuk memperbaiki jantung pada anak PJB adalah dengan operasi dan biasanya perkembangan anak akan berjalan lebih baik setelah operasi dilakukan. Sayangnya setelah proses kateterisasi dan MSCT-Scan, ahli bedah di Indonesia mengabarkan tidak sanggup untuk mengoperasi Yardan. Mereka mengatakan operasinya terlalu sulit untuk dilakukan dan menganjurkan untuk dilakukan operasi di luar negeri. Segala cara kami lakukan untuk mendapatkan informasi dari luar negeri. Kami telah menghubungi Malaysia, Singapore, Australia, tapi hasilnya nihil. Mereka juga tidak dapat mengoperasi anak kami. Saya pun menghubungi ahli bedah kelas dunia Dr. Tom Karl dari Cleveland, responnya baik, namun berita yang disampaikan tidak. Beliau mengatakan operasi bedah dapat saja dilakukan 3-4 kali, tetapi hasilnya masih tidak pasti, hal ini dikarenakan anatomi Yardan yang dianggapnya sulit. Ia menyarankan untuk dibiarkan saja, mungkin hidupnya akan lebih baik sementara ini. Sejak saat itu saya tidak tahu harus mencari opini medis kemana lagi.
Dokter jantung anak Yardan mengatakan bahwa harapan hidupnya tidak tentu, bisa 10 tahun, 20 tahun, atau lebih. Dokter lainnya berkata , “Nanti akhirnya bisa berjalan, main, sekolah, tapi jangan lari-lari ya..”. Saya mendengar semuanya seperti mati rasa, iya iya saja. Memang para dokter mengatakan bahwa perkembangan teknologi medis akan terus berjalan. Kami sebagai orangtua tidak boleh berputus asa dan terus berdoa, mudah-mudahan suatu hari nanti akan ada harapan menuju kesembuhan Yardan. Sepertinya saya juga harus lebih banyak belajar tentang ilmu ikhlas.
Terkadang jika melihatnya saat bermain, Yardan tampak normal sekali. Tetapi memang perkembangan motoriknya terlambat dan BB-nya pun kurang. Ia baru bisa tengkurap bolak-balik umur 7 bulan, duduk mantap umur 10 bulan, selebihnya terlihat normal seperti anak lainnya. Kadang masih ada saja pihak kerabat yang bertanya “Kok belum bisa ini..”, “Kok kurus ya Yardan..”, itu membuat saya sedih, karena mereka sekedar tahu penyakitnya tapi tidak tahu apa efeknya dan apa yang telah dilalui oleh Yardan. Walaupun saya akui saya termasuk jarang curhat tentang masalah ini kepada orang-orang terdekat maupun sahabat. Oleh karenanya saya sering menangis sendiri, kadang kalau ketahuan suami pasti dimarahi, “Menangis tidak akan menyelesaikan masalah!” katanya. Memang benar tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya mengurangi beban di hati.
Sekarang saya fokuskan hidup saya untuk Yardan. Saya bulatkan tekad untuk berusaha menjadi ibu yang terbaik untuk anak saya. Saya berhasil memberikannya ASI eksklusif selama 6 bulan, dan masih terus berlanjut hingga sekarang Yardan sudah 1 tahun. Insya Allah bisa terus sampai 2 tahun. Saya mematahkan anggapan bahwa anak dengan PJB akan malas menyusu karena lelah. Sayangnya itu tidak terbukti pada Yardan, yang sejak berumur tiga bulan sama sekali tidak mau menggunakan dot, maunya hanya nempel langsung sama ibunya.
Sudah pasti rasa tidak sabar itu kadang muncul dalam mengasuhnya, karena saya 24 jam selalu bersamanya. Apalagi usia saya masih muda, kadang rasa ingin bersenang-senang dengan teman sering muncul. Tetapi jika melihat Yardan tertawa, itu saja mampu menghilangkan kejenuhan apapun yang muncul di pikiran ini. Mungkin awalnya banyak orang menganggap ini adalah cobaan saya, tapi justru saya menganggap Yardan lebih sebagai anugerah. Bagaimana ia telah mampu menjadikan diri saya jauh lebih baik dari sebelumnya, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya kalau saya mampu. Yardan adalah anugerah terindah dalam hidup ini.
Terimakasih Tuhan. Terimakasih Anakku.
Semoga Yang Maha Kuasa akan memberikan jalan kesembuhan untukmu.
Dikirimkan oleh Gemma, ibu dari Yardan Rashad Perdana (13 bulan). Terima kasih ya Gemma atas ceritanya yang sangat menyentuh. Kita semua mendoakan semoga Yardan tetap sehat selalu..
Untuk informasi lebih lengkap mengenai Penyakit Jantung Bawaan, salah satunya dapat dilihat di sini dan di sini.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS